Mengalami masa-masa ketika anak sakit saja sudah merupakan beban bagi orang tua, apa lagi kalau anak menderita penyakit berat seperti kanker. Jenis kanker pada anak, ternyata jumlahnya tidak sedikit dengan jumlah penderita yang juga tidak sedikit di dunia. Berbeda dengan kanker yang terjadi pada seseorang ketika ia sudah dewasa; kanker ada anak lebih sulit untuk dicegah karena faktor resiko kanker pada anak belum sepenuhnya dipahami. Penanganan kanker pada anak juga berbeda dengan dewasa, karena kanker pada anak itu unik dengan penanganan yang juga unik harus senantiasa mempertimbangkan banyak faktor seperti faktor pertumbuhan dan masa depannya serta faktor psikis si anak.
Fakta Mengenai Kanker pada Anak
- Di seluruh dunia kanker adalah penyebab kematian kedua setelah kecelakaan yang dapat dialami oleh seorang anak.
- 14 dari setiap 100 ribu anak berusia di bawah 15 tahun di AS menderita kanker. Memang jauh lebih sedikit dibandingkan dewasa, tapi total jumlahnya lumayan besar.
- Dua kanker tersering pada anak adalah Acute Lymphoid Leukemia (ALL) dan kanker otak. Kesembuhan ALL lebih baik dari kanker otak.
- Dengan kemajuan ilmu kedokteran kini 65-70% kanker pada anak dapat disembuhkan, apa lagi bila terdeteksi secara dini.
- Pada kasus yang sangat jarang, seorang anak bisa saja menderita jenis kanker yang biasanya terjadi pada orang dewasa.
Dalam artikel ini kita akan lebih membahas mengenai perkembangan terapi kanker pada anak dan bagaimana meminimalisir efek samping setelah terapi. Kita tidak secara spesifik membahas jenis kanker. Tapi yang pernah diketahui, berikut jenis-jenis kanker yang dapat terjadi pada anak:
- Acute lymphoid leukemia (ALL)
- Kanker otak (yang tersering: astrocytoma)
- Hodgkin dan non-Hodgkin lymphoma
- Kanker tiroid
- Kanker mulut
- Kanker di daerah THT
- Kanker usus besar
- Kanker liver
- Kanker paru
- Kanker kantung kencing
Penyebab Kanker pada Anak
Mencari penyebab kanker pada anak, masih menjadi PR panjang para peneliti di seluruh dunia. Sebagian besar kanker pada anak terjadi begitu saja tanpa adanya penyebab yang dapat dijelaskan. Sebagian besar kasus kanker pada anak tidak terkait oleh riwayat penyakit kanker di keluarga, dan sedikit sekali kaitannya dengan kebiasaan hidup yang buruk; karena masa mereka hidup mereka juga masih relatif sebentar. Saat ini banyak sekali penelitian epidemiologis di seluruh dunia mencoba mengidentifikasi faktor penyebab kanker, bahkan sampai meneliti jaringan kanker dari pasien untuk mencari keabnormalitasan pada genetisnya. Para peneliti berharap pertanyaan besar ini dapat terjawab dalam 10 – 20 tahun ke depan.
Faktor Resiko Kanker pada Anak
Tidak seperti kanker pada dewasa, di mana seorang anak dari seorang penderita kanker beresiko untuk menderita kanker yang sama ketika ia sudah menjadi seorang dewasa; kanker pada anak masih penuh dengan misteri untuk dikaitkan dengan kecendrungan kanker pada sebuah keluarga yang membuatnya menjadi sebuah penyakit turunan. Misteri ini kini terus diteliti secara genetik pada level kromosom, melihat apakah ada yang disebut “gen kanker” diturunkan oleh orang tua pada anaknya; walau pun si orang tua sendiri tidak atau mungkin belum menderita kanker.
Kini para peneliti untuk menuntaskan misteri tersebut, mengumpulkan sebanyak-banyaknya data dan mengikutserta-kan sebanyak-banyaknya keluarga dengan sejarah panjang kanker pada keluarganya atau yang disebut sebagai “cancer syndrome”. Mereka meneliti gen kanker payudara, gen Leukemia, gen kanker otak, dan lain-lain; dengan tujuan dapat menciptakan rencana pencegahan pada anak-anak mereka agar terhindar dari kanker yang sama. Penelitian tersebut juga dikenal dengan istilah “cancer screening”.
Kemajuan Penanganan Kanker pada Anak
Di bandingkan dengan tengah abad 20 yang lalu, di mana hanya 5% dari seluruh penderita kanker anak yang sembuh; kini kita dapat berharap sekitar 65% dari mereka dapat disembuhkan. Kini juga sudah banyak survivor kanker yang dapat hidup tanpa masalah yang berarti hingga 20 – 40 tahun setelah terdiagnosis kanker di masa anak-anaknya. Ini dapat terjadi karena pengertian ilmu kedokteran yang lebih baik terhadap pendekatan terapinya dengan memberikan kombinasi yang lebih tepat serta obat yang lebih bagus.
Pemberian terapi kanker pada anak seperti terapi radiasi dan kemoterapi berbeda dan lebih rumit dibandingkan dengan pemberian terapi kanker pada orang dewasa. Obat kanker untuk dewasa biasanya tidak bisa digunakan untuk anak. 85% anak penderita kanker di AS dirawat di RS pusat penelitian kanker di mana mereka diikutsertakan ke dalam uji klinis sebuah metoda pengobatan kanker. Setiap kasus baru dibuat lebih baik dan mendapatkan keuntungan dari tindakan terapi kasus yang ada sebelumnya. Seringnya terapi yang diberikan spesifik dan unik untuk satu kasus saja, dan berbeda pada kasus yang lain. Hal inilah yang membuat terapi kanker pada anak kini berkembang sangat pesat. Penelitian kini juga banyak yang menunjukkan bahwa kanker yang terjadi pada remaja lebih baik diterapi seperti kasus anak dengan keberhasilan lebih tinggi dibandingkan diterapi seperti kasus dewasa.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Sangat dianjurkan agar kanker yang terjadi pada seorang anak ditangani oleh seorang ahli kanker anak (pediatric oncologist), bukan oleh seorang ahli kanker biasa yang lebih berkonsentrasi menangani kanker pada dewasa. Jadi pilihlah sebuah RS atau pusat terapi kanker yang memang mengkhususkan diri menangani kanker pada anak. Hal ini sangat penting karena hal-hal yang sudah dijelaskan di atas. Pada RS atau pusat khusus seperti itu juga akan dilengkapi dengan dokter ahli pediatric radiotherapy, dokter sub-sub ahli kesehatan anak lainnya, psikolog anak, dan perawat khusus yang dilatih menangani pasien kanker anak. Bila dapat memilih, pilihlah dokter ahli kanker anak yang dapat diajak bertukar fikiran dan berdiskusi secara mendalam mengenai penyakit dan pilihan terapi yang ada. Serta yang tak kalah penting, seorang dokter yang dapat berkomunikasi secara baik serta persuasif kepada seorang anak. Hal ini juga tak kalah penting agar anak senantiasa merasa nyaman ketika harus menjalani segala rencana terapi yang dipilih dokter dan orang tuanya.
Mengatasi Nyeri pada Anak Penderita Kanker
Rasa dan keluhan nyeri adalah suatu hal yang sangat wajar pada seorang penderita kanker, termasuk juga pada seorang anak yang sedang berjuang melawan kanker di tubuhnya. Nyeri biasa dikeluhkan oleh penderita yang baru terdiagnosis atau baru menjalani sebuah terapi. Rasa nyeri tersebut akan berangsur berkurang seiring dengan jalannya terapi. Tapi uniknya, seorang anak biasanya tidak seekspresif orang dewasa dalam mengungkapkan keluhan nyeri yang sedang ia rasakan. Mereka cendrung lebih kuat dari pada orang dewasa dan seringnya mereka baru mengungkapkannya setelah ditanya. Hal ini kini menjadi perhatian serius dalam penanganan kanker pada anak. Tidak ada orang tua yang rela menyaksikan anaknya menderita nyeri dan dokter di pusat-pusat kanker anak sangat serius mengenai hal tersebut. Pada pusat kanker anak yang besar seperti di AS, sampai disediakan seorang dokter ahli khusus yang tugasnya spesifik untuk mengatasi keluhan nyeri. Dokter tersebut (yang juga disebut sebagai “child-life specialist”) akan mengikuti si anak selama dirawat, sampai ikut serta ketika mereka bermain untuk mengamati secara lebih teliti adakah rasa nyeri yang tidak sempat terucapkan.
Sembuh saja kini tidak cukup
Bagi seorang anak survivor kanker, kini sembuh saja tidaklah cukup. Kemoterapi, terapi radiasi, dan operasi akan memberikan efek tertentu pada tubuh, otak, dan psikologis anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Efek tersebut terkadang baru timbul beberapa tahun setelah terapi selesai. Oleh karenanya, kini yang sedang digalakkan bukan sekedar menyembuhkan kanker pada anak, tapi juga setelahnya. Hal ini sering dinyatakan sebagai “To cure and care thereafter”. Kita harus senantiasa juga harus menangani komplikasi dari semua terapi yang diberikan. Semakin besar dosis yang diberikan pada usia yang semakin kecil, akan memberikan efek samping terapi yang semakin besar pula. Hal ini membuat dosis kemoterapi untuk anak kini sudah jauh dikurangi agar tidak mengganggu pertumbuhan mereka. Tapi bila anak menjalani terapi radiasi pada kepalanya, akan beresiko mengalami kegagalan produksi hormon pertumbuhan dan kemampuannya untuk belajar.
Belum ada cara untuk mencegah hal ini, tapi dengan senantiasa didampingi oleh dokter anak khusus bahkan setelah ia sembuh, sepanjang masa pertumbuhannya; dapat meminimalisir efek samping dari terapi kanker tersebut. Seorang child endocrinologist atau ahli hormon anak dapat memantau pertumbuhannya dan dapat memberikan tambahan growth hormone (hormon pertumbuhan) bila mendeteksi adanya suatu keterlambatan. Kemudian seorang dokter ahli tumbuh kembang anak dapat mengidentifikasi masalah untuk kemudian untuk membantunya dalam belajar. Masalah gangguan perkembangan yang mungkin terjadi adalah seperti hilang konsentrasi, lambat dalam menulis dan berhitung, dan kesulitan dalam bersosialisasi.
Bagi orang tua, yang juga tidak kalah penting untuk dilakukan adalah memiliki jurnal yang mencatat semua hal dari mulai anaknya terdiagnosis kanker sampai dengan ia dewasa nanti. Jurnal ini harus memuat dari mulai hasil pemeriksaan, pilihan terapi yang pernah disarankan dokter, terapi yang diberikan mencakup nama-dosis-waktunya, efek samping dari terapi (bila ada), keluhan yang ada dari sebuah terapi baik yang dikeluhkan atau tidak, sampai tanda-tanda keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak. Hanya dengan cara ini, segala ketidakberuntungan dari sebuah penyakit kanker dan terapi kanker pada anak dapat diminimalisir. Sebuah pusat terapi kanker anak yang baik, akan memberikan jurnal tersebut untuk diisi bersama-sama antara dokter dan orang tuanya.
Terapi Alternatif dan Komplementer
Disebabkan oleh masih minimnya penelitian mengenai terapi kanker pada anak, membuat terapi alternatif dan komplementer menjadi marak dan tumbuh subur. Sebagian dari terapi tersebut memang dapat melengkapi terapi yang diberikan oleh dunia medis, walaupun memang banyak juga yang hanya bersifat seperti placebo saja. Terapi yang sering diberikan sebagai komplementer untuk kasus kanker pada anak adalah seperti terapi pijat, hipnosis, akupunktur, dan terapi perilaku. Tapi sejauh ini, terapi herbal, suplemen, dan vitamin; belum ada yang terbukti dapat menggantikan terapi kanker yang diberikan dokter. Sangat disarankan untuk mendiskusikannya secara terbuka kepada tim dokter yang merawat si anak bila orang tuanya ingin mencoba terapi alternatif dan komplementer ini. Yang dikhawatirkan adalah interaksi obat kanker dengan zat aktif yang ada di dalam suplemen yang dapat mencetus kerusakan liver, ginjal, dan organ lainnya di tubuh anak; yang malah akan membuat kondisi bertambah buruk.
©IKM 2018-02