Sudah menjadi kodratnya bahwa seorang wanita yang masih subur di dalam hidupnya setiap bulan bisa saja harus berhadapan dengan masalah rutin. Ada dua yang menjadi masalah rutin bulanan tersebut yaitu premenstrual syndrome (PMS) atau sindroma pramenstruasi dan dysmenorrhea atau nyeri ketika haid. Walaupun terkadang masalah ini dapat diabaikan, tapi keduanya dapat berpotensi menjadi gangguan yang sampai membuat seorang wanita tidak dapat berfungsi efektif dalam kesehariannya.
Fakta Mengenai PMS dan Nyeri Haid
- PMS Terjadi pada 1 dari 3 wanita subur di seluruh dunia, hanya intensitasnya berbeda-beda; dan hanya terjadi pada manusia, tidak pada makhluk lainnya.
- Belum bisa disimpulkan mengapa pengaruh hormon pada siklus menstruasi wanita memberikan efek berbeda pada wanita yang berbeda.
- Sebagian besar wanita mengalami PMS yang pertama pada usia 20an, tapi ada yang baru mengalaminya pada usia 30an. PMS biasa akan bertambah parah pada awal 40an ketika memasuki perimenopause (menjelang menopause).
- Nyeri haid mulai terjadi pada usia belasan tahun, ketika awal-awal mengalami menstruasi. Kemudian mengalami puncaknya pada usia 20-24 tahun dan menurun seiring dengan terjadinya keseimbangan hormonal dalam tubuh.
- PMS dan nyeri haid diturunkan di keluarga dari garis ibu.
- Wanita yang sudah menopause, tidak akan mengalami PMS an nyeri haid lagi dalam hidupnya.
Seorang wanita dikatakan mengalami PMS, bila gejala normal tidak nyaman pada payudara, nyeri-nyeri di otot, serta kembung dan bengkak pada tubuh beberapa hari sebelum datang siklus menstruasi sampai mengganggu keseharian dan membuat suasana hati terganggu (moody). PMS biasanya tidak perlu mendapatkan pertolongan medis dan akan hilang dengan sendirinya, tapi bila sudah bertambah parah maka masuk ke dalam kategori PMDD (Premenstrual Dysphoric Disorder), dan harus mendapatkan pertolongan medis.
PMS dan PMDD sendiri dapat terjadi karena perubahan normal pada keseimbangan hormonal pada fase luteal, saat satu sel telur dilepaskan dari ovarium sampai sekitar 14-28 hari kemudian. Selama fase luteal tersebut akan terjadi penebalan dinding rahim. Bila terjadi pembuahan, maka telur akan ditanam pada dinding rahim untuk tumbuh menjadi janin. Tapi bila tidak terjadi pembuahan, maka sel telur akan diserap kembali. Pada fase tersebut juga terjadi peningkatan hormon progesterone dan penurunan hormon estrogen.
Perubahan antara kedua hormon pada masa 1-2 minggu inilah bersama interaksi dengan serotonin (sebuah neurotransmitter di otak) dapat mencetus kejadian PMS yang biasanya terjadi selama 3-4 hari. Serotonin sendiri berfungsi untuk mengatur suasana hati dan tingkat sensitivitas terhadap nyeri. Wanita yang tidak mengalami PMS biasanya memiliki kadar hormon serotonin yang tinggi di otaknya, dibanding dengan wanita yang mengalami PMS dengan kadar hormon serotonin yang rendah di otaknya. Rendahnya kadar serotonin diketahui akan membuat seseorang lebih rentan terkena gangguan psikis mengalami depresi.
Faktor Resiko PMS
Berikut adalah hal-hal yang dapat membuat seorang wanita lebih beresiko untuk terkena PMS atau malah PMDD.
- Memiliki riwayat keluarga dangan PMS juga,
- Usia; ketika mendekati masa menopause, gejalanya semakin terasa,
- Kurang berolahraga,
- Terlalu banyak konsumsi kafein, alkohol, dan garam,
- Merokok dan menghirup asap rokok orang lain,
- Kekurangan vitamin B6, calcium atau magnesium,
- Memiliki tingkat stres yang tinggi,
- Ada latar belakang kecemasan, depresi, dan gangguan psikis lainnya yang akan lebih mudah terkena PMDD.
Gejala PMS
Gejala PMS biasanya akan semakin kuat pada 2-3 hari sebelum menstruasi dimulai sampai sekitar 1-2 hari awal menstruasi. Gejala yang biasa terjadi pada suatu kasus PMS adalah sbb.
- Bloating; yaitu terjadi bengkak pada bagian tubuh seperti kelopak mata, tungkai, perut, dll., serta terjadi peningkatan berat badan akibat akumulasi cairan.
- Payudara lebih keras dan cendrung terasa nyeri.
- Keram otot, sakit pinggang bagian bawah, dan sakit kepala.
- Asma dan alergi kambuh.
- Sembelit atau diare (pencernaan tidak normal).
- Jantung berdebar kencang (palpitasi).
- Lebih ingin makan makanan yang manis, asin, atau pedas.
- Hilang libido seksual.
- Gangguan emosi ringan seperti mood swing, merasa cemas, mudah tersinggung, kurang konsentrasi, menarik diri
- Wanita yang sudah menjalani pengangkatan rahim, tetap dapat mengalami PMS bila masih ada ovarium yang ditinggal.
Seorang wanita dikatakan mengalami PMDD, bila mengalami 5 atau lebih dari gejala-gejala berikut dan terjadi pada hampir setiap siklus menstruasi pada 1 tahun berjalan: (1) Rasa cemas berlebih. (2) Sangat mudah tersinggung dan cepat marah. (3) Mood swing yang parah. (4) Sulit berkonsentrasi. (5) Kehilangan semangat kerja, sekolah, hobi, & bersosialisasi. (6) Depresi. (7)Mengalami CFS (Chronic Fatigue Syndrome). (8). Perubahan pola makan. (9) Gangguan tidur. (10) Nyeri atau keluhan pada fisik terjadi lebih parah.
Penyebab Nyeri Haid
Rata-rata wanita menghabiskan waktu 3.500 jam dalam masa menstruasi yang terjadi sekitar 450 kali sepanjang hidupnya. Sebagian besar wanita mengalami rasa nyeri ketika haid yang nyerinya bisa bervariasi dari ringan sampai berat. Tapi dari 50% merasakan nyeri haid yang mengganggu, hanya sebagian kecil yang sampai harus mendapatkan perhatian medis serius. Nyeri haid terjadi karena selama proses menstruasi, rahim memproduksi hormon prostaglandin yang menyebabkan rahim berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Wanita yang merasakan nyeri hebat saat menstruasi merupakan akibat dari jumlah prostaglandin yang diproduksi lebih banyak dari normal atau ia terlalu sensitif terhadap efek naiknya kadar hormon prostaglandin tersebut.
Penyebab Nyeri Haid Berdasarkan Jenisnya
- Dysmenorrhea primer; adalah yang umum terjadi tanpa adanya penyebab fisik lain selain dari kejadian menstruasi. Jenis ini biasa terjadi pada wanita dibawah 30 tahun.
- Dysmenorrhea sekunder; terjadi karena adanya penyebab fisik atau masalah medis lain yang biasa terjadi pada wanita di atas 30 tahun. Masalah medis tersebut seperti:
- Endometriosis dan Adenomyosis. Endometriosis adalah kejadian tumbuhnya sel menyerupai sel dinding rahim pada bagian lain di rongga perut, sedangkan adenomyosis bila sel tersebut tumbuh ke dalam jaringan otot rahim. Nyeri biasa terjadi sejak 1-2 hari sebelum mulai mens dan bertahan hingga menstruasi selesai.
- Adanya pertumbuhan tumor jinak pada organ reproduksi seperti kista ovarium, polyp rahim atau leher rahim, dan fibroid (tumor jaringan ikat pada rahim).
- Infeksi di dalam pelvis yang terjadi bersamaan dengan masa menstruasi. Biasanya terjadi didahului oleh penyakit menular seksual.
- Peradangan pada rongga panggul atau PID (Pelvic Inflammatory Disease).
- Menggunakan alat kontrasepsi IUD; di mana rasa nyeri terasa pada bulan-bulan awal pemasangan IUD, dan berkurang sampai hilang seiring dengan adaptasi tubuh terhadap IUD.
- Terjadi kehamilan ectopic atau hamil yang terjadi di luar rahim (biasanya pada tuba falopii).
- Kelaian bawaan (congenital) pada mulut rahim yang menyempit atau rahim yang melengkung ke belakang (retro). Untuk rahim yang retro, akan terkoreksi ketika hamil dan nyeri haid akibat masalah ini tidak akan dikeluhkan lagi.
- Setelah menjalani prosedur medis di daerah organ reproduksi seperti cautery, cryotherapy, conization, radiation, biopsi endometrial, dll.
Faktor Resiko Nyeri Haid
- Kejadian mens pertama terjadi pada usia lebih muda dari 11 tahun.
- Masa menstruasi terjadi lebih lama dari 5 hari.
- Merokok dan terpapar aktif asap rokok orang lain.
- Belum pernah hamil.
- Memiliki riwayat keluarga nyeri haid.
- Stres yang tinggi.
Penanganan Sendiri PMS dan PMDD
- Merubah pola hidup seperti makan makanan yang sehat, cukupkan berolahraga, cukupkan tidur, hindari stres, dan buat hati senantiasa bahagia.
- Kurangi alkohol, caffeine, dan garam; dengan tujuan mengurangi keluhan nyeri di payudara dan sakit kepala.
- Berhenti merokok dan menjauhi asap rokok orang lain.
- Untuk keluhan nyeri, bisa mengkonsumsi obat penahan nyeri yang dijual bebas.
- Makan suplemen vitamin B6 (100mg/hari), calcium (1000-1200mg/hari), dan magnesium (200-360mg/hari).
- Mengkonsumsi gingko biloba yang dapat mengurangi rasa nyeri di payudara.
Penanganan Sendiri Nyeri Haid
- Lakukan olahraga rutin pada hari menjelang mensturasi.
- Gunakan kompres hangat pada bagian yang terasa nyeri.
- Mengkonsumsi suplemen vitamin B1, vitamin D, vitamin E, dan asam lemak omega 3 yang pernah diteliti dapat mengurangi keluhan nyeri haid.
- Bisa menggunakan obat-obatan penahan nyeri seperti paracetamol, ibuprofen atau obat-obat golongan obat anti inflamasi non steroid (OAINS).
- Memijat punggung dan panggul yang dirasa nyeri.
- Melakukan yoga dan Pilates yang belakangan diteliti dapat mengurangi insidensi nyeri haid.
- Menjalani terapi akupunktur dan acupressure.
Pencegahan PMS dan PMDD serta Nyeri Haid
Mencegah PMS dan PMDD lebih mudah karena hampir tidak mungkin mencegah terjadinya nyeri haid. Tapi seiring dengan waktu, nyeri haid akan berangsur berkurang dengan sendirinya. Tapi usaha untuk senantiasa hidup dalam kondisi sehat dan teratur dan menghindari faktor resikonya terbukti dapat menurunkan insidensinya dengan cara:
- Hidup dengan pola yang sehat yaitu makan dengan tidak berlebihan, teratur berolahraga, mencukupkan tidur, mengontrol stres, dan membuat hati senantiasa bahagia.
- Tingkatkan asupan buah-buahan dan sayuran, kurangi asupan garam dan kafein, hindari konsumsi alkohol.
- Berhenti merokok dan jauhi asap rokok orang lain.
- Rutin konsumsi vitamin B6, calcium, dan magnesium; baik dari makanan (diet) atau dari suplemen.
- Nyeri haid juga bisa dihindari dengan menikah lalu hamil.
©IKM 2018-04