Puasa sudah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu dengan banyak tujuan dan motif. Ada yang berpuasa untuk menurunkan berat badan, ada yang berpuasa untuk tujuan detox dan alasan kesehatan. Tapi sebagian besar orang yang berpuasa bertujuan menjalankan perintah agama dan dijalankan oleh umat muslim di seluruh dunia sejak 14 abad yang silam. Kini banyak sekali tulisan di internet yang mempertanyakan puasa dan manfaat dan resikonya bagi kesehatan. Tapi menurut saya ada kesalahan persepsi antara puasa yang dibahas untuk disamakan dengan puasanya umat muslim di bulan Ramadhan. Karena walaupun ada kesamaannya, tapi sangat banyak perbedaannya untuk bisa dibahas apple to apple.
Puasa untuk Tujuan Diet
Sekarang mari kita bahas terlebih dahulu puasa untuk tujuan diet yang banyak dibahas di internet tersebut. Hampir seluruh ahli kesehatan setuju bahwa puasa bukan alat menurunkan berat badan yang sehat. Yang dimaksud oleh ahli kesehatan di sini adalah berbagai jenis puasa untuk tujuan diet, karena saat ini ada beberapa jenis puasa untuk tujuan diet dengan definisi dan ketentuannya masing-masing. Jenis puasa dengan tujuan diet ini hanya berhasil menurunkan berat badan sementara. Ketika pola makan kembali normal, maka berat badanpun kembali bahkan lebih tinggi dari angka semula dengan bonus kesehatan sudah terganggu selama menjalani puasanya. Apa lagi dijalani oleh orang yang sudah mengalami masalah liver atau ginjal.
Tidak ada satupun bukti ilmiah yang mengkonfirmasi bahwa tubuh kita perlu di-detoksifikasi. Bahkan semua cara detox yang ada itu tidak berbeda dengan placebo dan lebih bersifat persuasi saja. Tubuh sudah punya caranya sendiri tanpa harus di-detox. Liver kita adalah pusat detox alami di mana paru-paru, usus besar, ginjal, kelenjar getah bening, dan kulit adalah tempat keluarnya toxin. Justru dengan melakukan puasa khusus detox yang memantang pelakunya mengkonsumsi sumber gizi tertentu seperti memantang karbohidrat dan protein justru akan merusak kemampuan tubuh menjalani fungsi detox-nya tersebut.
Jenis-Jenis Puasa Diet
Saat ini ada beberapa jenis puasa yang bertujuan untuk diet dan detox. Maraknya puasa diet ini karena biasanya di-endorse oleh artis. Di antaranya:
- Puasa ala Beyoncé. Beyoncé menjalani puasa dan berhasil menurunkan berat badannya 10 kg demi perannya dalam film Dreamgirls. Caranya dalam kurun waktu tertentu ia menjalani diet ekstrim dengan hanya mengkonsumsi campuran syrup, jus lemon, air dan bubuk cabe cayenne pepper. Yang dilakukan Beyoncé beresiko tinggi bila dijalani oleh orang yang tidak fit tubuhnya karena berpotensi membuat tubuh lemah dan rentan terkena penyakit. Apa lagi yang memang sudah menderita penyakit.
- Puasa ala Richard Marx. Ia melakukan puasa intermitten yang Selain berpuasa dikombinasikannya dengan colon cleansing atau kuras usus besar; yang sudah dinyatakan berbahaya oleh University of Pittsburgh School of Medicine; karena bakteri baik yang harusnya ada di dalam usus akan ikut terkuras dan terbuang.
- Puasa ala Deddy Corbuzier. Dikenal dengan nama OCD yang merupakan akronim dari Obsessive Corbuzier’s Diet, sebenarnya merupakan jenis puasa diet intermittent yang membatasi jam makan pelakunya. Deddy membaginya menjadi level 1 sd. 4 dengan memakai istilah ‘jendela makan’. Kita tidak membahas dalam tentang puasa OCD ini, tapi yang jelas, jenis puasa inipun tidak bisa dilakukan oleh semua orang dan hanya diizinkan dilakukan oleh orang yang sehat. Apa lagi sudah pada level 4 di mana makan hanya dilakukan sekali dalam 24 jam.
- Puasa ala Ivan Gunawan. Yang dijalani Ivan dikenal dengan istilah ketofastosis atau puasa untuk membuat kondisi ketosis di dalam tubuh. Trend puasa ini sudah mendunia karena banyak testimony yang mengaku berhasil. Tapi ada satu hal yang dari ilmu gizi jenis puasa ini tidak dianjurkan, karena membatasi pelakunya mengkonsumsi karbohidrat dan protein serta menyarankan mengkonsumsi banyak lemak. Dasar dari ilmu gizi sendiri sudah pasti adalah mencukupkan semua jenis nutrisi yang dikonsumsi. Hilangnya jenis nutrisi tertentu dan menambah jenis nutrisi tertentu dalam diet cepat atau lambat akan berefek tidak baik bagi kesehatan.
- Puasa ala Mona Ratuliu. Yang dijalani Mona adalah diet yang dikenal dengan nama diet Mayo. Seperti juga Ketofastosis, diet mayo membatasi konsumsi karbohidrat dan garam pelakunya. Oleh para peneliti ini juga termasuk ke dalam fad diet yang berarti belum bisa dibuktikan manfaatnya bagi kesehatan. Malah seperti di bahas di atas, cepat atau lambat karena tidak seimbangnya asupan nutrisi akan berakibat tidak baik bagi kesehatan.
- Puasa ala Pierre Dukan. Yang dikenal dengan Dukan diet, di mana pelakunya hanya mengkonsumsi protein dengan cara sebebas-bebasnya tapi hampir tidak mengkonsumsi lemak dan karbohidrat; yang membuat manusia menjadi seperti karnifora. Diet Dukan ini diperkenalkan pertama kali 30 tahun yang lalu dan sangat terkenal pada tahun 2000. Manusia dengan sistem pencernaannya yang omnifora sudah tentu akan menimbulkan efek tidak baik bagi kesehatan bila hanya mengkonsumsi protein saja.
Puasa sering diteliti baik bagi kesehatan bahkan bisa sampai menyembuhkan penyakit tertentu seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, asma, radang sendi, penyakit autoimun, dll. Seorang dokter bernama Joel Fuhrman dari New Jersey AS yang menuturkan kepada WebMD, mengatakan bahwa tubuh kita didisain untuk puasa dan kita melakukannya setiap malam ketika tidur. Itulah sebabnya dalam bahasa Inggris, sarapan pagi dinakaman sebagai breakfast atau berbuka puasa.
Setidaknya ada 6 penelitian yang di publish di American Journal of Physiology, Endocrinology and Metabolism, di Scandinavian Journal of Rheumatology dan di Journal of Nutrition; yang menunjukkan puasa secara signifikan berefek baik bagi kesehatan, bahkan bisa menurunkan level stres dan depresi. Bahkan Dr. Fuhrman menganjurkan seseorang setidaknya berpuasa 4 sampai 5 hari setiap bulannya untuk meningkatkan kesehatan imunitas tubuh. Ini kurang lebih sama seperti puasa Senin dan Kamisnya umat Muslim.
Puasa Ramadhan
Sekarang mari kita teliti sedikit tentang puasa Ramadhan dibandingkan dengan uraian mengenai jenis puasa diet dan detox di atas.
- Puasa Ramadhan tidak membatasi jenis nutrisi tertentu, bahkan disarankan untuk mengkonsumsi cukup nutrisi baik saat sahur maupun buka; tentu dengan cara tidak berlebihan. Ini artinya selama menjalani puasa, pelakunya tidak akan kekurangan jenis nutrisi tertentu, karena semua jenis nutrisi itu penting bagi tubuh dengan manfaatnya masing-masing.
- Puasa Ramadhan hanya dibatasi antara 10 sd. 16 jam tergantung di mana seseorang berada di permukaan bumi; yaitu dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Kondisi ketosis yaitu saat tubuh menggunakan cadangan lemak sebagai sumber energi terjadi setelah kita berpuasa kurang lebih 10 jam. Ini artinya puasa Ramadhan juga menciptakan kondisi pemecahan lemak dan pembuangan toxin oleh tubuh di penghujung puasa sebelum berbuka. Tapi tidak terlalu lama sampai 24 jam, karena kondisi lipolisis atau penghancuran lemak untuk energi juga tidak baik bila terjadi terlalu lama.
- Puasa Ramadhan dilakukan terus menerus salam 29-30 hari untuk melatih tubuh membuat pola unik bagi:
- Pola pencernaan yang beristirahat di siang hari. Pencernaan yang diberikan waktu beristirahat memberikan waktu bagi sistem ini untuk membersihkan dirinya.
- Pola penggunaan energy. Di mulai dari penggunaan glukosa, disambung dengan glikogen, lalu akhirnya pembakaran lemak.
- Pola pengaturan hormon cortisol. Kosongnya perut dan rasa lapar menekan produksi hormon cortisol, yang merupakan hormon stres; yang sudah pasti berefek baik bagi semua organ dan sistem di dalam tubuh.
- Pola imunitas. Kondisi lapar setiap siang hari tersebut membuat tubuh selalu dalam siaga satu sehingga memperkuat daya tahan tubuh atau imunitas dari serangan infeksi, alergi, bahkan mencegah timbulnya keganasan pada sel.
- Rendahnya cortisol dan baiknya sistem imunitas sangat baik bagi organ kesuburan untuk berfungsi optimal.
- Puasa Ramadhan secara otomatis memberikan efek detox dan efek menurunkan berat badan seperti yang diinginkan oleh pelaku jenis puasa-puasa diet. Memang efek menurunkan berat badan dari puasa Ramadhan tidak sebanyak dan tidak dicapai dalam waktu sesingkat puasa-puasa diet. Tapi sudah tentu merupakan cara yang aman bagi kesehatan dan memberikan hasil yang permanen.
Penutup
Dari tulisan singkat ini, dapat kita simpulkan bahwa puasa Ramadhan serupa tapi tidak sama dengan puasa untuk tujuan diet dan detox yang banyak jenis dan macamnya. Puasa diet dan detox mencapai tujuannya dengan cara lebih instan tapi berpotensi untuk kembali lagi kepada kondisi sebelum dilakukan. Juga cepat atau lambat berpotensi berefek tidak baik bagi kesehatan. Bila Anda termasuk pelaku dari jenis puasa-puasa diet dan detox, cobalah untuk berkonsultasi kepada dokter yang dapat Anda percayai akan manfaat dan bahayanya bagi Anda. Karena fad diet dan crash diet tersebut hanya diperbolehkan untuk orang-orang tertentu yang sehat dan fit fisiknya; sementara puasa Ramadhan aman dilakukan oleh setiap orang, bahkan anak kecil yang dalam masa pertumbuhan sekalipun.
Puasa Ramadhan memang aman dan bermanfaat bagi kesehatan, tapi juga harus ada syarat dan ketentuannya bagi kesehatan agar jangan malah terkena atau kambuh penyakitnya akibat berpuasa. Baca dalam artikel lain untuk mengetahui cara berpuasa yang baik bagi kesehatan. Di antaranya dengan mencukupkan dan menyeimbangkan nutrisi, mencukupkan air minum terutama air mineral, dan tidak makan/minum secara berlebihan.
Dokter Fuhrman menyimpulkan paparannya di WebMD dengan kalimat “Bila Anda mau hidup lebih lama, makanlah secara sehat dan berpuasalah secara rutin”. Hal ini juga sudah disampaikan 14 abad yang lalu dalam Hadist yang artinya “Makan dan minumah kamu, tapi tidak berlebihan” dan “Berpuasalah kamu maka kamu akan sehat”.
©IKM 2018-05