Beberapa kurun waktu belakangan ini, semakin banyak kita temui kemasan atau wadah makanan dan minuman yang terbuat dari bahan plastik. Ini disebabkan karena semakin mudah dan murahnya wadah plastik tersebut untuk diproduksi secara masal, sehingga dapat menekan harga produk. Apa lagi air mineral, di mana harga kemasan jauh lebih mahal dari pada harga produk atau air yang terdapat di dalamnya. Hal ini membuat para produsen berfikir keras bagaimana caranya menurunkan ongkos produksi terutama biaya kemasan. Maka kemasan plastik menjadi pilihan ekonomis dari hampir seluruh produsen makanan dan minuman tersebut. Yang jarang kita ketahui, ternyata tidak semua jenis plastik baik sebagai kemasan atau wadah makanan dan minuman kita.
Fakta Tentang Kemasan dari Plastik
- Dari 19 negara berbeda, 259 botol minuman dari 27 lot dan dari 11 brand berbeda, ditemukan 93% mengandung microplastics yang berbahaya bagi kesehatan.
- Ada banyak jenis plastik yang dijadikan bahan kemasan makanan/minuman spt: Polyethylene terephthalate (PET), High density polyethylene (HDPE), Low Density Polyethylene (LDPE), Polyvinyl chloride (PVC), Polycarbonate (PC), Polypropylene (PP), dan Polystyrene (PS); yang akan kita bahas dalam artikel lainnya.
- 2 Jenis microplastic yang sering dibahas: DEHP dan BPA.
- Batas minimal kandungan BPA pada sebuah kemasan dari plastik ternyata belum sepenuhnya aman karena, bahkan di bawah batas minimal tersebut, sudah bisa mencetus ketidaknormalan secara medis.
Para peneliti sudah sering mengeluarkan peringatan terhadap plastik pada botol minuman, dan kini semakin banyak penelitian mengenai hal ini. Tidak hanya pada botol minuman tapi juga pada wadah makanan dalam kemasan, mainan anak-anak, sampai ke wadah kosmetik. Hal ini karena teknologi pembuatan wadah plastik bisa menciptakan partikel berukuran mikro yang justru tambah berbahaya bagi manusia karena lebih mungkin bisa tercerna dan terserap di tubuh. Microplastic ini merupakan endocrine-disrupting chemical (EDC) yang sangat merusak tubuh manusia dan pencetus kanker. Hal ini disampaikan oleh seorang profesor di bidang fisiologi dan endokrinologi reproduksi dari David Gaffendi School of Medicine University of California di LA bernama Nancy Wayne, PhD.
Di-Ethylhexyl Phthalate (DEHP)
Salah satu jenis dari microplastic yang sering dibahas adalah DEHP yang banyak ditemukan pada kemasan kosmetik, mainan anak-anak, bahkan alat medis yang berasal dari plastik seperti dialyzer, set infus, kateter, dll. Paparan DEHP dapat membuat tikus percobaan menjadi mandul karena menurunnya kualitas dan kuantitas sperma. Peneliti sampai memberikan peringatan bahwa paparan DEHP akan merusak satu generasi ras manusia di atas dunia. Kita akan bahas tentang DEHP ini di artikel lain.
Bisphenol-A
Jenis kedua yang sering dibahas dari microplastics adalah bisphenol-A (BPA) yang sebenarnya sudah ditemukan sejak tahun 1890. Tapi baru sejak tahun 1950-an digunakan pada pembuatan kemasan dari plastik polycarbonate. Tujuannya adalah untuk membuat kemasan plastik tersebut menjadi lebih kuat. Awal ditemukannya polycarbonate yang ditambahkan BPA ini dibuat sebagai bahan dasar CD dan DVD, housing dari peralatan elektronik, peralatan olahraga, lensa kaca mata, wadah toiletries seperti shampoo, sabun, dll. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak yang digunakan sebagai kemasan/wadah makanan, minuman, dan kosmetik.
BPA yang terdapat pada wadah makanan/minuman dari plastik bisa terlepas dan tercampur ke dalam makanan dan minuman. Penelitian menunjukkan setidaknya BPA ditemukan pada 90% urine subjek penelitian tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sudah sangat banyak BPA yang termetabolisme tubuh-tubuh manusia modern yang kesehariannya mengkonsumsi makanan dan minuman dengan kemasan terbuat dari plastik. Penelitian lain melaporkan, terjadi 66% penurunan BPA pada urin setelah 3 hari menghindari wadah makanan/minuman dari plastik. Penelitian lain menunjukkan level BPA pada bayi yang diberi ASI secara langsung, 8x lebih rendah dibandingkan yang menggunakan botol.
Pembatasan & Pelarangan BPA
BPA sudah dilarang di negara Uni Eropa, Canada, Malaysia, bahkan Cina, terutama pada produk-produk untuk bayi dan anak-anak. Di AS FDA (BP POM-nya AS), memberikan batasan minimal BPA yang masih boleh bisa terserap oleh tubuh dalam 1 hari yaitu 50 mcg/kg berat badan. Tapi kini semakin banyak penelitian yang menentang rekomendasi itu karena bahkan pada 10 mcg/kg berat badan/hari pun, BPA sudah menunjukkan efek negatif pada fungsi reproduksi. Semua penelitian yang didanai oleh industri melaporkan bahwa paparan BPA tidak berbahaya. Sebaliknya 92% penelitian yang tidak didanai oleh industri melaporkan secara signifikan bahaya dari BPA.
BPA di Dalam Tubuh
Di dalam tubuh, BPA meniru struktur dan fungsi dari hormon estrogen, karena struktur kimianya mirip seperti estrogen. Akibatnya BPA dapat terikat pada reseptor-reseptor estrogen yang mempengaruhi beberapa proses di dalam tubuh seperti pertumbuhan, perbaikan sel, reproduksi, pertumbuhan janin, sampai tingkat energi. BPA juga memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan reseptor hormon lain seperti hormon tiroid sehingga bisa juga mempengaruhi kerja tiroid. Tubuh manusia sangat sensitif terhadap perubahan kadar hormon. Karena itu dipercaya BPA dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Bahkan BPA berdosis rendahpun bisa mengganggu fungsi sel dan mengaktifkan gen yang mencetus pertumbuhan kanker.
Baca artikel lain di blog Dr. Indra K. Muhtadi
Sudah mulai teridentifikasi beberapa efek BPA bagi kesehatan dengan penelitian yang mendukung dugaan tersebut sbb.:
1. Gangguan kesuburan:
- Wanita yang sering mengalami keguguran rata-rata memiliki 3x BPA lebih tinggi di darahnya dibandingkan dengan yang tidak pernah keguguran.
- Wanita yang sedang diterapi kesuburan, jumlah produksi telur lebih tinggi pada mereka yang memiliki kadar BPA lebih rendah di darahnya dan 2x lebih mungkin berhasil hamil.
- Pada pasangan yang menjalani program bayi tabung (IVF), prianya dengan level BPA lebih tinggi, 30-46% pasangan tersebut memproduksi kualitas embriyo yang lebih rendah.
- Pria dengan kadar BPA tinggi, 3-4 kali lebih mungkin memiliki konsentrasi dan jumlah sperma yang lebih rendah.
- Pria yang bekerja pada pabrik BPA di Cina, 4.5 kali lebih tinggi kejadian disfungsi ereksi.
- BPA ditemukan 46% lebih tinggi pada penderita PCOS (Polycystic Ovary Syndrome).
- Wanita dengan kadar BPA tinggi, 91% lebih mungkin melahirkan bayi di bawah 37 minggu.
- Anak yang lahir dari ibu terpapar tinggi BPA, dilaporkan lebih hiperaktif, lebih agresif, serta cemas dan depresi.
- Juga dilaporkan 130% lebih beresiko untuk terkena asma pada usia di bawah 6 bulan.
- 27-135% lebih beresiko untuk menderita hipertensi.
- 18-63% lebih beresiko untuk terkena penyakit jantung
- 21-60% sampai 68-130% lebih beresiko terkena kencing manis
- 37% lebih beresiko mengalami resistensi insulin.
- Wanita obesitas memiliki 47% level BPA lebih tinggi
- Mereka dengan BPA tinggi, 50-85% lebih beresiko untuk mengalami obesitas; pada dewasa, remaja, dan anak-anak.
BPA Free
Karena laporan berbagai penelitian seperti di atas, akhirnya para produsen berusaha untuk beralih dari plastik yang ditambahkan BPA dengan yang non BPA. Pilihan mereka adalah Bisphenol-F (BPF) dan Bisphenol-S (BPS). Tetap terdapat pro dan kontra terhadap BPF dan BPS ini, karena juga dibutuhkan banyaknya penelitian untuk dapat menyimpulkan BPF dan BPS ini aman. Yang jelas untuk saat ini plastik polycarbonate yang ditambahkan BPF dan BPS lebih aman dibandingkan BPA.
Ada juga produsen yang sudah sama sekali meninggalkan plastik polycarbonate (PC) yang membutuhkan bisphenol untuk memperkuatnya. Pilihannya jatuh kepada plastik jenis polypropylene (PP). Berikut perbandingan antara PC dan PP:
- PC lebih kuat dibandingkan PP
- PC merupakan plastik transparan, PP kurang transparan
- PC lebih berat dibandingkan PP pada ukuran yang sama
- PC lebih sulit untuk didaur ulang dibandingkan PP
- PC lebih sulit terurai di alam dibandingkan PP
- PC mengandung bisphenol dan DEHP, PP tidak.
Menghindari Kemasan dari Plastik yang Berbahaya
Sangat mustahil untuk terhindar 100% dari paparan microplastics yang berbahaya ini pada kemasan makanan /minuman kita. Tapi setidaknya ada usaha yang dapat kita lakukan untuk mengurangi paparannya sbb.:
- Sebisa mungkin menghindari makanan/minuman siap saji dalam kemasan. Lebih baik memasaknya sendiri.
- Atau setidaknya hindari makanan/minuman dengan wadah kemasan plastik dengan label “PC” atau berkode nomor 7 (biasanya ada pada bagian bawah kemasannya).
- Lebih baik menggunakan wadah dari kaca atau keramik.
- Berikan ASI secara langsung, jangan menggunakan botol karena hampir semua botol susu terbuat dari plastik.
- Bila terpaksa pilihlah produk-produk bayi dan untuk anak-anak yang food grade.
- Memilih mainan anak-anak yang berkemungkinan dimasukkan ke dalam mulutnya untuk juga aman dari microplastic.
- Microplastics lebih mudah terurai bila dipanaskan. Jadi hindari memanaskan dengan wadah dari plastik jenis apapun, baik di atas nasi di dalam magic jar atau menggunakan microwave.
- Hindari pula meletakkan/menyimpan makanan/minuman panas di dalam wadah plastik.
- Jangan biarkan wadah plastik terpapar panas seperti di dalam mobil, atau terpapar sinar matahari.
- Jangan menggunakan ulang botol air minum dalam kemasan, karena memang diperuntukkan hanya untuk sekali pakai saja.
Penutup
Hidup di zaman modern seperti sekarang ini, kita lebih rentan terpapar oleh bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatan. Tanpa kita sadari, karena perkembangan dan tuntutan zaman dengan alasan kemudahan, efisiensi dan faktor ekonomi; sering kali menjadi tidak mudah, tidak efisien, dan malah berbuntut biaya tinggi bila sampai harus menderita sakit dan menjalani pengobatan. Mungkin ini pulalah sebabnya kini terjadi peningkatan insidensi pasangan tidak subur, gangguan tumbuh kembang janin dan anak, penyakit cardiovascular, kencing manis, kasus obesitas, bahkan kasus-kasus kanker. Jadilah individu yang cerdas, jadilah konsumen yang pintar; khususnya bahasan kali ini, lebih baik kita kritis dan mengeluarkan uang lebih banyak untuk memilih kemasan atau wadah makanan dan minuman yang lebih aman.
©IKM 2018-11