Siaran Bersama Laboratorium Klinik Pramita
Judul Sehat di Hari Kartini ini saya ambil karena kita akan membahas pemeriksaan-pemeriksaan yang terkait dengan wanita. Kita akan membahas 3 pemeriksaan yang sering dilakukan kepada wanita yaitu pemeriksaan Mammogram atau dikenal dengan Mammography, pemeriksaan kepadatan tulang atau bone density test (bone densitometry), dan pemeriksaan HPV DNA (Human Papilloma Virus DNA). Ketiga pemeriksaan ini juga sering menjadi hal yang ditanyakan masyarakat dan pasien kepada dokter.
Pengertian
Mammogram atau mammography pada prinsipnya adalah pemeriksaan Rontgen (menggunakan sinar X) dengan target organ payudara. Tujuan utamanya adalah pemeriksaan screening untuk kanker payudara. Dari hasil pemeriksaan mammogram dapat terlihat tumor di payudara sejak ukurannya kecil, bahkan sebelum bisa teraba oleh tangan pemeriksa. Seperti yang sudah di ketahui bahwa kanker akan lebih mudah ditangani dan diobati bila ditemukan pada stadium awal, maka deteksi dini menjadi sangat penting. Satu hal yang harus dimengerti bahwa pemeriksaan mammogram tidak pencegah seseorang untuk terkena kanker payudara, tapi sudah tentu dapat mengurangi tingkat kematian karena kanker payudara.
Saat ini sudah tersedia mammogram digital yang memungkinkan dokter untuk melihat lebih jelas hasil pemeriksaan bahkan bisa memberikan gambaran 3 dimensi dari payudara.
Kapan dan untuk siapa Mammogram
- Screening untuk wanita yang tidak memiliki tanda atau gejala sama sekali. Screening ini setidaknya dilakukan sekali dalam seumur hidup.
- Screening untuk wanita yang memiliki keturunan kandung yang terkena kanker payudara, apa lagi terkenanya pada usia di bawah 40 tahun.
- Mendeteksi adanya kanker payudara pada wanita dengan gejala: adanya benjolan di payudara, keluar cairan apa pun dari putting (padahal sedang tidak menyusui), perubahan tekstur kulit pada payudara, nyeri pada payudara, dll.
- Untuk menentukan lokasi tepat saat akan melakukan biopsi jaringan payudara.
Persiapan yang Harus Dilakukan
- Bila sebelumnya pernah melakukan mammogram, hasilnya harus dibawa saat pemeriksaan berikutnya.
- ·Bila pernah dilakukan biopsi pada payudara atau pernah dilakukan pengangkatan tumor payudara, harus diinformasikan kepada dokter yang melakukan pemeriksaan, agar pemeriksaan lebih terkonsentrasi.
- Pastikan sedang tidak hamil, karena sinar X-ray berbahaya bagi pertumbuhan janin.
- Tidak dapat dilakukan untuk Ibu yang sedang menyusui, karena hasilnya tidak akan jelas pada kelenjar payudara yang berisi ASI.
- Sebaiknya dilakukan sekitar 2 minggu setelah bersih mens yang terakhir, agar tidak begitu nyeri. Karena 2 minggu setelah bersih mens adalah saat jaringan payudara paling lembut/lunak.
- Harus menginformasikan bila memakai implant pada payudara, karena membutuhkan teknik mammogram khusus untuk melakukannya.
- Pada hari pemeriksaan, jangan menggunakan deodorant, parfum, bedak atau minyak pada payudara; karena residunya bisa mengganggu sinar X.
- Pemeriksaan juga relatif lebih sulit pada wanita yang obesitas karena jaringan payudaranya lebih padat.
Prosedur Pemeriksaan
Karena harus membuka pakaian dari pinggang ke atas, maka pemeriksaan dilakukan oleh sesama wanita. Pemeriksaan dilakukan biasanya sambil berdiri dan satu persatu payudara diletakkan di bidang datar sementara bidang datar lainnya menekan dari atas sehingga jaringan payudara berada pada kondisi serata mungkin sebelum dilakukan foto Rontgen. Foto diambil setidaknya dua kali, yaitu dari atas dan dari sisi, dan seluruh proses dilakukan dalam 10-15 menit. Sebagian wanita mengaku merasakan sakit saat pemeriksaan, namun sebagian lagi mengatakan biasa saja.
Interpretasi Hasil
Hasil yang didapatkan bisa berupa gambaran normal, gambaran abnormal, dan hasil yang butuh pemeriksaan tambahan. Karenanya 5-10% dari kasus, pasien harus menjalani pemeriksaan lebih dalam untuk memastikannya seperti ditambah dengan pemeriksaan USG payudara. Adanya kecurigaan sebuah massa yang ditemukan pada sebuah hasil pemeriksaan mammogram bukan selalu berarti pasti merupakan sebuah kanker (pemeriksaan memberikan hasil positif palsu) terutama pemeriksaan pada wanita usia subur. Sebaliknya, pemeriksaan juga dapat memberikan hasil negatif palsu yaitu saat benar ada suatu kanker, namun tidak terlihat. Hal in dapat terjadi pada wanita muda dengan kelenjar payudara yang padat.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Pengertian
Bone mineral density (BMD) test sering disingkat menjadi bone density test atau bone densitometry. Adalah suatu pemeriksaan untuk mendeteksi adanya osteopenia atau masa tulang yang rendah dengan cara mengukur kepadatan mineral pada tulang. Osteopenia terjadi pada kasus osteoporosis, yang bila tidak tertangani bisa sampai dapat mengakibatkan tulang patah secara spontan di mana biasanya terjadi pada panggul, tulang punggung, dan pinggang. Karenanya pemeriksaan BMD dilakukan pada tiga lokasi tersebut, walau pun dapat juga dilakukan pada tumit tangan, dan lokasi lainnya. Osteoporosis bukan hanya penyakit pada wanita tua, karena dapat terjadi pada semua usia karena penyebab atau kondisi medis yang berbeda-beda. Karena pencegahan merupakan kunci utama pada osteoporosis, maka pemeriksaan bone densitometry menjadi sangat krusial. Terutama untuk yang beresiko seperti di bawah, sebaiknya dilakukan dua tahun sekali.
Kapan dan untuk siapa Bone Densitometry
- Screening untuk wanita saat menginjak usia 30 tahun.
- Screening untuk mereka yang memiliki penyakit atau kondisi medis yang dapat mengakibatkan osteoporosis.
- Wanita yang mendapatkan menopause di bawah usia 45.
- Wanita yang sudah menopause terutama > 65 tahun.
- Wanita yang memiliki keluarga kandung yang pernah mengalami patah tulang secara spontan.
- Memiliki kelainan tulang punggung.
- Pemilik berat badan yang kurus.
- Memakai terapi kortikosteroid jangka panjang.
- Diet keseharian yang rendah kalsium.
- Jarang olah raga.
- Perokok.
Persiapan yang Harus Dilakukan
Tidak ada persiapan khusus sebelum pelaksanaan pemeriksaan bone densitometry.
Prosedur Pemeriksaan
Pemeriksaan Bone densitometry menggunakan sinar X seperti pemeriksaan Rontgen, hanya menggunakan kuantitas sinar yang sangat rendah sehingga aman, tidak invasif, dan tidak nyeri. Ada beberapa metoda pemeriksaannya seperti Dual energy X-ray absorptiometry (DXA or DEXA), Single energy X-ray absorptiometry (XSA), Quantitative computed tomography (QCT),Radiographic absorptiometry (RA), dan terakhir yang tidak menggunakan sinar X; Quantitative ultrasound (QUS).Kita tidak akan membahas secara detil teknis pemeriksaan-pemeriksaannya di sini.
Interpretasi Hasil
Hasil pemeriksaan biasanya menggunakan dua norma. Yang pertama disebut sebagai Z-score yaitu membandingkan hasil dengan data sesuai umur, jenis kelamin, dan ukuran tubuh. Yang kedua disebut sebagai T-score yaitu membandingkan hasil dengan data puncak optimal kepadatan tulang pada dewasa normal usia 30 tahun dan jenis kelamin yang sama. Pemeriksaan kedua lebih bisa menggambarkan resiko terjadinya patah tulang spontan.
Berikut interpretasi hasil menurut WHO:
- Normal bila kepadatan tulang ada dalam standar deviasi,
- Rendah (osteopenia) bila di bawah normal > 1 sd. 2,5 standar deviasi,
- Osteoporosis bila lebih rendah dari 2,5 standar deviasi.
Pengertian
HPV atau Human Papilloma Virus adalah virus yang menginfeksi leher rahim (cervix) yang dapat mencetus penyebab terjadinya kanker pada leher rahim. Ada sekitar 40 jenis virus HPV, tapi yang menyebabkan kanker adalah subtipe yang menginfeksi anogenital dan ditularkan melalui hubungan seksual. Walau pun ada cara pencegahannya dengan vaksinasi, namun deteksi dini tetap harus dilakukan terutama bagi mereka yang memang memiliki resiko tinggi dengan memeriksa keberadaan DNA dari virus HPV ini di dalam tubuh. Tes ini terkadang disebut juga dengan Cervista test karena pemeriksaan dilakukan dengan mengambil sample dari cervix dengan cara sama seperti pemeriksaan pap smear. Pemeriksaan ini cukup baru karena baru dikenalkan dan direkomendasikan sejak tahun 2009.
Kapan dan untuk siapa HPV DNA Test
- Pemeriksaan HPV DNA tidak dianjurkan untuk dilakukan rutin sebagai tindakan screening, tapi sebagai pemeriksaan yang dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan pendukung lainnya pada mereka yang beresiko tinggi untuk terkena.
- Tidak dianjurkan dilakukan pada wanita di bawah 30 tahun yang hasil pap smear-nya normal.
- Dianjurkan untuk wanita yang hasil pap smear-nya tidak normal atau ada kecurigaan; seperti ditemukannya atypical squamous cell (ASC-US) atau low grade squamous intraepithelial lesions (LSISL); yang merupakan perubahan morfologi sel mengarah kepada kondisi terjadinya kanker.
Persiapan yang Harus Dilakukan
- Sebaiknya dilakukan 2 minggu dari bersih menstruasi.
- Dan sebaiknya tidak melakukan hubungan seks sekitar dua hari sebelum pemeriksaan.
Prosedur Pemeriksaan
Ada dua pemeriksaan yang tersedia. Pertama Cervista HPV 16/18 yang mengidentifikasi 2 tipe virus HPV yang paling sering menyebabkan kanker. Dan yang kedua Cervista HPV HR (high risk) yang disebut sebagai tipe HPV resiko tinggi untuk kanker. Jenis yang akan diperiksa tergantung dari rekomendasi dokter dari dugaan sebuah infeksi yang terjadi.
Interpretasi Hasil
Hasil yang positif (terdapat DNA dari virus HPV dari sediaan yang diambil dari leher rahim), bukan langsung berarti seorang wanita pasti akan terkena kanker leher rahim. Hasil positif harus digandengkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya untuk menarik sebuah kesimpulan. Biasanya hasil yang positif itu dapat digunakan untuk mengestimasi seorang wanita akan terkena kanker leher rahim dan menduga keparahannya bila memang terkena.
IKM 2015-04