Sebelumnya dalam artikel lain kita pernah membahas tentang Insomnia, di mana dalam artikel tersebut dibahas segala aspek yang dapat menyebabkan insomnia. Kini kita membahas suatu jenis insomnia yang disebut sebagai Insomnia Primer (Primary Insomnia) yang merupakan kondisi kurang tidur atau rendahnya kualitas tidur yang tidak disebabkan oleh masalah medis, psikis, atau pun faktor lingkungan.
Fakta Tentang Insomnia
- Insomnia adalah salah satu penyebab utama terjadinya depresi.
- Insomnia meningkatkan resiko seseorang untuk menjadi ketergantungan terhadap rokok, alkohol, bahkan penyalahgunaan narkoba.
- Kurang tidur akan menyebabkan seseorang menurun daya tahan tubuhnya sehingga menyebabkannya sering sakit serta beresiko terkena penyakit metabolisme dan kanker.
- Pada orang tua, meningkatnya keparahan insomnia akan meningkatkan resiko untuk terjadinya kecelakaan.
- Oleh karenanya insomnia sering juga disebut sebagai salah satu penyebab kematian.
- 1 bulan atau lebih mengalami setidaknya satu di antara a) kesulitan memulai atau tetap tertidur atau b) tidur tidak nyenyak.
- Gangguan tidur (ditandai dengan rasa lemas di siang hari), sampai menyebabkan gangguan aktivitas dan fungsi diri dalam keseharian yang signifikan.
- Bukan termasuk kelainan narcolepsy, gangguan tidur akibat masalah pernafasan, gangguan tidur akibat ritme sirkardian dan bukan suatu parasomnia.
- Bukan disebabkan oleh gangguan mental atau psikis.
- Bukan karena pengaruh obat-obatan, alkohol, atau suatu kondisi medis lainnya.
Penyebab dan Gejala Insomnia Primer
Penyebab insomnia primer dibagi ke dalam 3 sub grup:
1, Psychophysiological insomnia
Kondisi insomnia yang disebut sebagai insomnia kronis, terjadi pada seseorang yang sebelumnya tidak memiliki gangguan tidur sama sekali. Kondisi kurang tidur kemudian terjadi akibat adanya suatu kejadian stres yang rasa tegang serta cemasnya mengakibatkan tubuh selalu terjaga. Dalam perjalanannya yang bersangkutan merasa bahwa tidur hanya akan tambah membuatnya merasa stres karena tidak dapat memecahkan masalah sehingga menjadi suatu kebiasaan untuk kurang tidur. Pada sebagian besar orang saat kondisi stres sudah mereda, gangguan tidur ini akan hilang. Tapi bagi penderita insomnia primer, walaupun kondisi stres sudah hilang, pola tidur yang buruk tidak dapat hilang dan menjadi masalah baru karena yang bersangkutan justru kini merasa khawatir akan gangguan tidurnya. Kondisi ini dapat bertahan hingga tahunan sehingga disebut juga sebagai behavioral insomnia.
Gejalanya:
- Gangguan tidur bervariasi antara sedang sampai berat.
- Manifestasinya bisa kesulitan memulai tidur atau sering terjaga di malam hari.
- Biasanya lebih mudah untuk tidur di tempat lain dari pada di dalam kamar tidurnya sendiri.
- Dalam kesehariannya terlihat lebih sering tegang tapi seringnya dengan menekan perasaan dan sering lari dari masalah.
2. Idiopathic insomnia
Kesulitan tidur yang terjadi di hampir sepanjang hidup penderitanya karena adanya ketidaknormalan pada kontrol neurologis pada siklus tidur-terjaga di otaknya. Ada satu musuh dalam film James Bond yang dalam cerita mengalami jenis insomnia ini.
Gejalanya:
- Biasanya dimulai sejak masa anak-anak (childhood onset insomnia).
- Penderitanya sering kesulitan memusatkan perhatian atau konsentrasi, dan cendrung hiperaktif.
- Secara emosi, penderita biasanya cendrung represif dan menganggap ringan suatu masalah emosi.
- Penderitanya sering menunjukkan reaksi atipikal seperti terlalu sensitif atau tidak sensitif terhadap obat-obatan apa pun.
- Kondisi insomnia akan tambah parah bila mengalami kondisi stres dan ketegangan.
3. Sleep state misperception insomnia
Salah persepsi terhadap suatu kondisi kekurangan tidur yang dikeluhkan seseorang padahal tidak disertai dengan bukti atau gejala terjadinya suatu kondisi kurang tidur atau insomnia. Jenis ini dapat membuat penderitanya merasa selalu kekurangan tidur sampai ia diyakinkan bahwa tidurnya baik-baik saja tanpa adanya gangguan.
Gejalanya:
Jumlah waktu tidur dan kualitas tidur yang bersangkutan normal, tapi ia mengeluhkan kurang tidur. Sehingga sering disebut sebagai sleep hypochondriasis dan dapat mencetus rasa cemas dan depresi.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Setiap kondisi kurang tidur berpotensi menimbulkan masalah medis. Oleh karenanya, sejak gejala awal insomnia dirasakan, seseorang sudah harus mencari pertolongan medis. Ini disebabkan karena gangguan tidur merupakan sesuatu yang lebih mudah ditangani saat awal dari pada harus ditunda sampai kondisinya semakin parah.
Penarikan Diagnosis Insomnia Primer
- Pemeriksaan psikis, medis dan laboratorium dilakukan untuk menggugurkan kemungkinan insomnia disebabkan oleh suatu kondisi medis atau psikis.
- Dianjurkan untuk membuat sleep diary untuk melihat pola tidur-terjaga penderitanya.
- Dilakukan tes polysomnography atau tes tidur malam. Tujuannya untuk melihat pola gelombang otak selama semalam. Pada insomnia primer akan didapati meningkatnya sleep latency (lebih lama waktu untuk mulai tertidur), berkurangnya efisiensi tidur, dan meningkatnya jumlah kejadian terjaga di malam hari.
- Dilakukan multiple sleep latency test. Di mana penderita diminta untuk melakukan perhitungan matematika sederhana setelah di minta tidur sebentar di siang hari. Pada jenis sleep state misperception, tidak terjadi kemunduran fungsi yang berarti tidurnya baik-baik saja.
Penanganan Insomnia Primer
Dilakukan Sendiri
- Menghentikan konsumsi kafein dari kopi dan minuman energi terutama setelah makan siang.
- Tidak merokok atau minum alkohol 6 jam menjelang waktu tidur.
- Tidak makan berat 3 jam sebelum tidur.
- Berolah raga secara rutin, tapi tidak di malam hari.
- Menghindari tidur siang dan memiliki jadwal tidur yang rutin setiap hari.
- Membuat suasana kamar tidur senyaman mungkin, dari pengaturan suhu, pencahayaan dan gangguan suara.
- Memberi obat-obatan bebas yang aman, yang biasanya bergolongan anti histamin.
Dilakukan Dokter
1. Obat golongan hypnotic dan benzodiazepines.
- Dosis yang diberikan adalah dosis serendah mungkin untuk dapat hasil yang seefektif mungkin.
- Diberikan dengan intermittent dosing (2-3 malam per minggu).
- Diberikan dalam waktu pendek (2-3 minggu sekali).
- Jenis short acting untuk yang sulit memulai tertidur, dan long acting untuk yang sering terjaga di malam hari.
- Obat-obatan ini dapat memiliki efek samping: amnesia, mengantuk di siang hari, terjadi rebound saat obat dihentikan, gangguan kognitif, dan pada orang tua jadi sering terjatuh ketika berjalan/beraktivitas.
- Obat-obatan ini harus berhati-hati untuk diberikan kepada penderita penyakit liver, ginjal, dan paru-paru. Serta tidak diberikan untuk wanita hamil, penderita obstructive sleep apnea, dan mereka yang memiliki riwayat penyalahgunaan narkoba.
2. Obat antidepressants.
Diberikan untuk yang terdiagnosis menderita psychophysiological insomnia atau yang memiliki riwayat penyalahgunaan narkoba. Diberikan sebelum tidur dalam dosis yang kecil. Obat ini tidak berefek rebounce saat dihentikan.
3. Melatonin Stimulants (ramelteon).
Merupakan stimulan dari reseptor melatonin, suatu neurotransmitter yang dihasilkan otak untuk seseorang merasakan mengantuk dan ingin tidur, serta yang mengatur ritme sirkardian seseorang.
Behavioral Therapy
Atau yang disebut sebagai terapi kebiasaan dan tingkah laku ini sebenarnya merupakan terapi yang paling dianjurkan karena penderita bisa tidak perlu menggunakan obat-obatan golongan narkotika.
Termasuk di dalamnya adalah stimulus control therapy yang dapat dijalankan sebagai berikut:
- Naik ke tempat tidur hanya ketika mengantuk saja.
- Menghindari pindah-pindah tempat/kamar tidur ketika sulit untuk tertidur.
- Mencoba bangun pada waktu yang sama setiap hari walaupun merasa kurang tidur di malam harinya.
Relaxation therapies
Penderita diajarkan untuk mengidentifikasi dan mengontrol ketegangan yang dirasakan. Biasanya dapat dilakukan dengan cara:
- Melatih otot secara berkelompok dengan mengencangkan dan melemaskannya secara bersamaan sedemikian rupa secara sistematis.
- Menggunakan teknik biofeedback yang mencoba mengontrol denyut jantung dan frekuensi nafas.
- Melatih penderita untuk lebih memfokuskan fikiran dan perasaan pada sesuatu yang menyenangkan dan menenangkannya dari pada memikirkan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman atau bahkan stres.
Pencegahan Insomnia Primer
- Salah satu jenis insomnia primer adalah psychophysiological insomnia yang tetap dilatarbelakangi oleh kejadian kondisi stres sebelumnya di dalam kehidupan penderita. Jadi salah satu cara mencegah insomnia primer adalah untuk hidup sehat secara mental dan jangan berlarut-larut berada dalam kondisi stres.
- Untuk mencegah jenis idiopathic insomnia yang terjadi sejak masa kecil, peran orang tua sangat penting untuk jeli menemukan gejalanya pada anak-anak. Segeralah membawa anak ke dokter agar kondisi insomnia dapat ditangani sedini mungkin.
- Janganlah menjadi seorang yang hypochondriac atau terlalu khawatir terhadap kondisi medis yang dialaminya, sehingga bisa menjadi over-worried terhadap kecukupan tidur yang mencetus terjadinya sleep state misperception insomnia.
- Memahami hal-hal apa saja yang dapat membantu dan mengganggu tidur. Baca dalam artikel lainnya.