Binge eating disorder atau bila diterjemahkan bebas menjadi ‘Kelainan Kebanyakan Makan’, adalah kondisi makan yang sangat banyak tapi tanpa dikeluarkan atau dimuntahkan kembali. Ini yang membedakannya dari kelainan makan lainnya seperti anorexia nervosa, bulimia nervosa, orthorexia atau restrictive eating disorder di mana pada kelaian lain tersebut terdapat episode mengeluarkan atau memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan. Saat ini malah dipercaya bahwa binge eating disorder lebih banyak kasusnya bahkan di atas jumlah penggabungan kasus anorexia dan bulimia. Penderita kelainan ini biasanya memiliki kondisi psikis abnormal lainnya seperti stres, depresi, kecemasan, atau bipolar disorder.
Fakta Tentang Binge Eating Disorder
- Pertama kali dikemukakan pada tahun 1950-an, tapi baru pada tahun 2013 yang lalu menjadi diagnosis resmi dalam ilmu kedokteran jiwa, saat dipublikasikan di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM)-5.
- Binge eating disorder ditengarai menjadi faktor penting meningkatnya morbiditas penyakit metabolisme dan mortalitasnya pada dewasa muda saat ini.
- Kasusnya hampir sama antara pria dan wanita, yang berbeda dengan kelainan makan lain di mana wanita cendrung lebih banyak.
- 5.2% populasi di negara maju dan kota-kota besar di dunia dicurigai memiliki kelainan makan ini. Di mana 1 dari 30 dewasa muda di AS mengalami masa menjadi seorang dengan binge eating disorder dalam hidupnya.
- Hanya 43% penderita yang mencari pertolongan medis, di mana walau pun sebagian besar memiliki berat badan yang berlebih sampai obesitas, tapi tidak semua dari mereka memiliki berat badan yang berlebih.
- Dalam angka 43% tersebut yang mencari pertolongan bukan karena kebanyakan makannya, tapi karena masalah psikologis lainnya.
Penyebab pasti dari kelainan kebanyakan makan ini tidak diketahui. Tapi ditetapkan merupakan gabungan dari faktor genetik, faktor biologis tubuh, dan faktor psikologis. Ketiga faktor ini bisa diperkuat lagi oleh kondisi pada masa kanak-kanak dan kebiasaan makan dalam keluarga. Faktor biologis yang dapat mencetus kelainan makan ini terkait neurotransmitter di otak yaitu serotonin dan dopamine yang tidak saja mengontrol mood serta motivasi seseorang di dalam kesehariannya, kedua neurotransmitter ini juga mengontrol nafsu makan seseorang. Sementara faktor psikologis diteliti terkait dengan kepercayaan diri dan kepuasan seseorang terhadap penampilan dan bentuk tubuhnya. Selain itu sifat dan kondisi impulsif, perfectionist, stres, panik, rasa cemas, dan depresi; juga banyak terdapat pada penderita kelainan makan ini. Trauma masa lalu karena kekerasan verbal, emosional, fisik, dan seksual sehingga menjadi Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) juga dapat menjadi faktor resiko seseorang menderita binge eating disorder.
Tanda dan Gejala Binge Eating Disorder
Tidak semua kondisi kebanyakan makan dikatakan sebagai kelainan ini, karena terkadang seseorang memang makan sangat banyak sampai merasa tidak nyaman. Misalnya ketika berkunjung ke restoran all you can eat atau ketika menghadiri acara makan-makan. Dikatakan sebagai seseorang penderita binge eating disorder adalah ketika terjadi setidaknya seminggu sekali dalam masa 3 bulan dan masuk minimal 3 dari kategori-kategori di bawah ini:
- Makan terlalu sering dalam sehari, seperti makan setiap 2-3 jam sekali
- Makan sampai merasa sangat kekenyangan
- Makan dalam jumlah besar ketika tidak merasa lapar
- Ketika makan banyak tersebut dilakukan sendiri, karena ada rasa malu bila ketahuan makannya banyak
- Sering merasa bersalah, depresi dan menyesali diri setelah melakukannya.
Pembagian Binge Eating Disorder
- Ringan; bila terjadi 1-3 kali dalam seminggu
- Sedang; bila terjadi 4-7 kali dalam seminggu
- Berat; bila terjadi 8-13 kali dalam seminggu
- Sangat parah; bila terjadi di atas 14 kali dalam seminggu.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Sudah jelas bahwa kondisi dan penyakit metabolisme menjadi komplikasi dari binge eating disorder seperti radang saluran cerna, gangguan tidur, obesitas, penyakit kantung empedu, kolesterol dan trigliserida tinggi dalam darah, kencing manis, ketidakseimbangan natrium dan kalium dalam darah, tekanan darah tinggi, stroke, dan penyakit kardiovaskular. Selain beresiko juga untuk terkena kanker saluran pencernaan seperti kanker pankreas, kanker hati, dan kanker usus besar.
Penegakan Diagnosis Binge Eating Disorder
Tidak ada cara spesifik yang khusus untuk dapat menegakkan kelainan makan ini selain anamnesis mendalam pada penderitanya atau keluarganya. Dalam anamnesis tersebut akan dilihat apakah ada kecendrungan yang sama dalam keluarga (genetis) dan menggali ada tidaknya faktor psikologis pada diri penderita yang membuatnya memiliki kelainan ini. Sebagian kasus ditemukan secara bersamaan saat penderita sedang diperiksa oleh seorang ahli jiwa untuk masalah kejiwaan lainnya seperti depresi dan kecemasan. Pernah juga ditemukan saat penderita sedang berobat untuk kasus metabolisme yang juga dideritanya seperti kencing manis, penyakit kardiovaskular, dll. Pemeriksaan laboratorium bisa saja dilakukan untuk melihat komplikasi yang mungkin sudah terjadi atau untuk mencegah penderita jatuh ke dalam komplikasi tersebut. Penegakan diagnosis binge eating disorder terhitung sulit, karena tidak sedikit penderita yang merasa malu sehingga tidak terbuka kepada dokter.
Karena komplikasi dari binge eating disorder bisa sampai mengancam jiwa, dan semakin lama kelainan ini ditangani akan semakin sulit untuk disembuhkan; maka sangat penting bagi seseorang atau keluarganya untuk segera mencari pertolongan medis bila terdapat tanda-tanda dan termasuk ke dalam kategori yang sudah diuraikan di atas.
Penanganan Binge Eating Disorder
Dilakukan Sendiri
- Berusaha semaksimal mungkin menjalankan terapi yang direncanakan dan disepakati.
- Jangan lupa untuk sarapan, karena perut yang kosong di pagi hari cendrung membuat seseorang makan lebih banyak pada siang harinya.
- Jangan mengisolasi diri terutama dari keluarga dan orang terdekat.
- Menjalani hidup yang aktif secara fisik dan melakukan aktivitas olah raga secara rutin.
Dilakukan Dokter
- Dokter akan mengobati penyakit komplikasi yang biasa terdapat pada penderita.
- Dokter juga bisa memberikan obat-obatan psikotropika dalam mengatasi keinginan penderita untuk terus menerus makan; seperti obat-obat stimulants, serotonin specific reuptake Inhibitors (SSRIs), anticonvulsant, dan antidepressants.
- Menyarankan penderita menjalani psikoterapi seperti
- Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yang memfokuskan hubungan antara fikiran, perasaan, dan perilaku.
- Interpersonal Psychotherapy (IPT) yang menitikberatkan hubungan dengan orang lain yang dapat berefek kepada diri penderita. Biasanya penderita diminta untuk masuk ke dalam support group.
- Melakukan Family Based Treatment (FBT) untuk penderita remaja yang masih mendapatkan support dari orang tuanya.
Prognosis Binge Eating Disorder
- Tanpa terdiagnosis dan tanpa diterapi, kelainan ini dapat bertahan bertahun-tahun lamanya dan akan berefek kepada kesehatan penderitanya, sampai dapat mengganggu fungsi dalam kesehariannya.
- Penegakan diagnosis sejak penderita masih berusia remaja membuat penanganan bisa lebih cepat dimulai memberikan hasil yang paling baik.
- Keberhasilan terapi diukur dari frekuensi makan berlebih yang berangsur berkurang sampai hilang.
- Hasil secara keseluruhan dari therapi binge eating disorder adalah antara 15-60%, yang sangat tergantung kepada tipe penanganan yang dipilih, lamanya terapi, dan keparahan dari kondisi kelainannya.
Pencegahan Binge Eating Disorder
- Dimulai dari level keluarga, yang senantiasa mengajarkan perilaku makan yang sehat.
- Tidak menjadikan makanan sebagai alat reward and punishment dalam mendidik anak.
- Menghindari terjadinya segala bentuk trauma psikis dan kekerasan di masa pertumbuhan.
- Tidak berlarut-larut berada dalam kondisi stres, cemas, dan depresi di dalam kehidupan.
- Senantiasa hidup sehat secara fisik dan psikis.
IKM 2016-01