Belakangan ini banyak sekali anjuran agar kita giat berolah raga untuk menjaga kesehatan. Tapi banyak yang melakukannya dengan cara yang kurang benar, terlalu berat melakukannya, atau melakukan olah raga yang seharusnya memerlukan teknik khusus tanpa panduan dari seorang profesional. Akibatnya tidak sedikit yang justru mengalami cedera ketika berolah raga, yang bukannya mendapatkan manfaat dari olah raga, malah harus menderita karenanya. Cedera berolah raga biasa menjadi tambah parah bila ditangani dengan salah akibat minimnya pengetahuan yang bersangkutan atau rendahnya pemahaman pertolongan pertama bagi si penolong. Sehingga tidak jarang cedera berolah raga berujung menjadi sebuah kecacatan tetap.
Fakta Tentang Cedera Berolah Raga
- Diperkirakan 1 juta kejadian cedera berolah raga terjadi setiap tahun di dunia.
- Cedera berolah raga dapat terjadi pada semua orang, dan sebagian besar orang setidaknya pernah mengalami cedera ringan ketika berolah raga.
- Sebagian besar cedera berolah raga sebenarnya bisa dicegah bila dilakukan dengan cara yang benar.
- Sebagian besar orang yang menderita cedera akibat berolah raga dapat sembuh dengan sangat baik.
Katanya ‘no pain, no gain’. Apa benar seperti itu? Apakah memang harus sakit dulu baru ada hasilnya? Untuk olah raga sekedar merasa pegal setelah berolah raga mungkin masih dapat diterima, tapi kalau sampai cedera apa lagi sampai terjadi kecacatan yang menetap, sudah pasti tidak diingini oleh semua orang. Setiap bagian di tubuh dapat menderita cedera ketika berolah raga, tapi untuk istilah ‘sport injury’ atau cedera berolah raga biasanya terkait dengan sistem muskuloskeletal yang terdiri dari otot, tulang, jaringan ikat, dan ligamen, serta persyarafan tulang punggung dan otak. Cedera berolah raga dapat terjadi selama dan akibat dari suatu aktivitas olah raga, yang biasanya disebabkan oleh beberapa hal seperti:
- Pemanasan dan peregangan yang kurang sempurna
- Peralatan olah raga yang rusak atau kurang tepat
- Gerakan olah raga dilakukan dengan cara yang salah
- Meningkatkan level aktivitas olah raga di luar kemampuan
- Kecelakaan ketika melakukan aktivitas olah raga.
Resiko Besar Cedera Berolah Raga
- Seorang Atlit. Kita sering mendengar di berita seorang atlit profesional kelas dunia harus beristirahat karena cedera yang dideritanya saat melakukan aktivitas olah raga. Ini terjadi paling sering karena kecelakaan, misalnya atlit olah raga motorsport yang mengalami tabrakan. Tapi seiring dengan meningkatnya usia sang atlit, cedera bisa akan lebih sering terjadi, karena tubuhnya tidak lagi sefleksibel saat ia muda.
- Wanita. Kini semakin banyak wanita aktif berolah raga dibandingkan 3-4 dasa warsa sebelumnya, dan wanita kini mulai menekuni olah raga yang dulu hanya dilakukan oleh pria. Ini menyebabkan angka cedera yang terjadi pada wanita apa lagi seorang atlit, meningkat dari sebelumnya. Penelitian menunjukkan bahwa atlit bola basket wanita beresiko 6x lebih tinggi dibandingkan dengan atlit pria, untuk menderita cedera knee ACL (Anterior Cruciate Ligamen) atau robeknya ligamen depan lutut. Diduga hal ini terjadi karena atlit wanita sering ingin disamakan dengan pria saat melakukan aktivitas olah raga, di mana sebenarnya wanita dan pria tetap saja berbeda. Karena secara struktural lutut dan otot paha wanita memang sedikit berbeda dengan pria serta adanya pengaruh hormon estrogen yang mengatur siklus menstruasi serta faktor pengeroposan tulang yang terjadi pada wanita.
- Remaja dan anak-anak. Walau pun olah raga baik untuk kesehatan anak, tapi terlalu percaya diri, masih kurangnya koordinasi, serta disiplin yang masih rendah pada remaja dan anak-anak membuat mereka beresiko tinggi untuk menderita cedera berolah raga; yang tak jarang menyebabkan kecacatan tetap dan harus dihadapinya seumur hidup. Olah raga pada anak harus dibuat sedemikian rupa berbeda dengan dewasa karena tulang, otot, tendon, dan ligamen pada tubuhnya masih dalam tahap pertumbuhan. Terutama olah raga yang high impact harus dimodifikasi sedemikian rupa agar mereka aman.
Cedera Akut dan Kronis Berolah Raga
Cedera Akut
Cedera akut terjadi seketika saat aktivitas olah raga. Tanda dan gejalanya adalah: nyeri yang sangat dan terjadi mendadak, lemah pada tungkai atau lengan, nyeri dan kaku pada lengan, bengkak, tidak dapat meletakkan berat badan pada salah satu tungkai, tidak bisa menggerakkan secara penuh sendi tertentu, dislokasi sendi, serta patah tulang. Yang terjadi pada cedera akut adalah terjadi robekan pada serabut otot, tendon, dan/atau ligamen. Bisa juga disertai dengan rusaknya pembuluh darah kapiler di daerah sekitar cedera sehingga menjadi bengkak dan nyeri. Sering kemudian cedera menjadi suatu radang tendon (tendinitis) dan radang bursa (bursitis). Bahkan suatu cedera patah tulang juga bisa terjadi peradangan pada jaringan di sekitarnya.
Cedera Kronis
Sementara cedera kronis adalah cedera yang merupakan akibat dari terlalu lama suatu bagian tubuh digunakan melakukan aktivitas olah raga, dengan keluhan sebagai tandanya seperti nyeri ketika melakukan aktivitas setelah berolah raga, nyeri pada bagian-bagian tubuh ketika beristirahat, atau dapat terjadi bengkak pada bagian tertentu pada tubuh.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
- Sprain and Strains. Di Indonesia biasa dikatakan sebagai ‘keseleo’. Dapat terjadi pada pergelangan kaki, lengan atas (biceptendinitis), paha bagian belakang, bahkan otot bawah panggul. Baca dalam artikel lain untuk bahasan lebih dalam.
- Cedera lutut. Lutut menerima beban berat ketika olah raga karena menopang beban tubuh. Cedera lutut bisa merupakan cedera ringan, sampai cedera berat seperti dislokasi tulang tempurung atau patah tulang. Sering terjadi ketika melakukan gerakan melintir, melompat atau berlari.
- Compartment syndrome. Di banyak bagian tubuh terdapat pembuluh syaraf dan darah yang terletak bersisian dengan otot yang dinakaman compartment dan dibungkus oleh selaput kuat dinamakan fascia. Ketika otot bengkak, akan menekan syaraf dan pembuluh darah dalam compartment tersebut sehingga terasa nyeri atau pembuluh darah dapat rusak. Hal ini dikatakan suatu compartment syndrome yang sering disebabkan oleh benturan atau lari jarak jauh.
- Shin splints (nyeri tulang kering sampai kaki). Nyeri dapat juga menjalar sampai ke betis. Biasa terjadi karena berlari, melompat dan aktivitas di dalam gym.
- Cedera tendon Achilles. Yang merupakan ligamentum atau tendon terbesar di tubuh manusia yang menyambungkan otot betis bagian bawah dengan tulang tumit pada bagian belakang tungkai bawah. Sering terjadi pada atlit sepak bola dan bola basket serta sering terjadi pada manula.
- Epicondylitis. Merupakan cedera pada siku akibat gerakan mengayun seperti pada olah raga golf dan tennis. Gejalanya adalah dirasakan nyeri di dalam siku setelah melakukan gerakan mengayunkan lengan.
- Rotator cuff tendinitis. Merupakan cedra otot di bagian bahu yang biasa terjadi pada gerakan olah raga baseball dan tennis. Gejalanya adalah dirasakan nyeri pada daerah bahu yang dapat muncul seketika atau setelah selesai berolah raga.
- Hip Labral Tears. Merupakan cedera yang terjadi pada jaringan lunak yang membungkus sendi panggul. Biasa terjadi pada gerakan olah raga senam, yoga, ballet, dll. Gejalanya adalah dirasakan nyeri di dalam panggul dan terasa tambah nyeri saat berjalan.
- Dislokasi sendi. Merupakan kejadian lepasnya keutuhan dua tulang atau lebih pada suatu sistem sendi. Yang paling sering terjadi adalah dislokasi sendi lutut, bahu, dan siku yang terjadi karena gerakan mendadak, benturan kuat, terjatuh atau saat terjadi suatu kecelakaan.
- Cedera tulang punggung. Banyak gerakan olah raga yang dapat menyebabkan cedera pada tulang punggung, mulai dari senam, yoga, sampai olah raga berat seperti motorsports. Bisa berupa cedera ringan seperti otot tertarik, sampai cedera berat seperti cakram yang bergeser dan patah tulang punggung akibat benturan yang keras.
- Patah tulang. Gejala patah tulang pada olah raga dapat terjadi seketika dan terlihat kasat mata terjadinya suatu patah tulang, tapi dapat juga terasa ketika sudah selesai berolah raga karena merupakan patahan kecil. Gejalanya adalah nyeri progresif pada tulang dan jaringan sekitarnya ketika beraktivitas setelah berolah raga.
- Geger otak (concussion). Terjadi akibat benturan yang keras pada kepala. Bahkan ketika sudah menggunakan pelindung helm tetap dapat terjadi.
Kapan Mencari Pertolongan Medis
Ketika nyeri terjadi, hentikan segera aktivitas olah raga dan carilah pertolongan medis bila:
- Dirasakan sangat nyeri dan bersifat progresif
- Terjadi bengkak dan/atau kebas (baal)
- Keluhan disertai dengan bengkak pada sendi
- Terlihat suatu deformitas pada bagian tubuh yang nyeri.
Penanganan Cedera Berolah Raga
Dilakukan Sendiri --> dengan metoda RICE
- R-est. Beristirahat dan mengurangi aktivitas harian dan tidak menggunakan bagian tubuh yang terasa nyeri.
- I-ce. Kompres dengan es 4 – 8x per hari selama masing-masing 20 menit. Kompres dingin akan mengurangi nyeri, mengurangi bengkak dan peradangan, serta mengurangi keram otot. Hindari memakai suatu yang panas saat terjadi cedera karena akan memperburuk kondisi bengkak dan perdarahan di dalam bagian yang cedera. Panas dapat digunakan nanti untuk melemaskan otot-ototnya.
- C-ompression. Melakukan penekanan pada bagian yang cedera menggunakan verband elastis, kain, dll.; guna mengurangi bengkak, tapi jangan sampai menambah nyeri.
- E-levation. Senantiasa letakkan bagian yang cedera lebih tinggi dari ketinggian jantung untuk mengurangi bengkak.
Selain dengan metoda RICE, bila cedera membaik tidak perlu ke dokter dan dapat meminum obat anti nyeri dan anti inflamasi bila perlu. Kemudian, baru setelah nyeri dan bengkak berkurang, dapat dilakukan terapi hangat yang bermanfaat untuk mempercepat proses penyembuhan, meringankan kekakuan pada otot dan sendi, meningkatkan fleksibilitas, serta dapat juga mengurangi rasa nyerinya.
Dilakukan Dokter
- Dokter yang menangani cedera berolah raga adalah dokter spesialis KFR (Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi), spesialis olah raga, dan spesialis bedah orthopedi.
- Bila cedera ternyata berat, maka dokter akan menyarankan untuk imobilisasi atau tidak digerakkan sama sekali seperti menggunakan bidai, tongkat, kursi roda, dll.
- Bila terjadi robekan pada tendon, dislokasi atau patah tulang, maka ada kemungkinan untuk dioperasi.
- Untuk mendukung proses pemulihan, dokter juga akan menyarankan fisioterapi. Baca dalam artikel lain untuk fisioterapi.
Mencegah Cedera Berolah Raga
- Milikilah ilmu dan pengetahuan yang cukup terhadap jenis oleh raga yang ingin ditekuni. Bila perlu cari seorang yang ahli atau trainer profesional untuk mendampingi.
- Gunakan segala pengaman yang dibutuhkan untuk olah raga yang ditekuni.
- Gunakan sepatu yang tepat untuk olah raga yang ditekuni.
- Kenalilah batasan yang dimiliki oleh tubuh, sehingga tidak terlalu ngoyo ketika berolah raga.
- Jangan melakukan olah raga dengan porsi besar sekaligus atau istilah bahasa Inggrisnya ‘weekend warrior’. Lakukanlah secara bertahap.
- Lakukan pemanasan dan peregangan setiap sebelum aktivitas olah raga serta pendinginan dan peregangan kembali setelahnya.
- Konsumsi makanan yang sehat serta cukup mikro nutrien untuk kesehatan otot dan tulang agar senantiasa kuat saat melakukan gerakan-gerakan olah raga.