Bahu kita terdiri dari 3 tulang utama yaitu tulang lengan atas (humerus), tulang hasta (clavicula), dan tulang hasta (scapula). Ketiga tulang ini ditahan pada posisinya oleh otot-otot dan tendon-tendon membentuk kompleks sendi bahu yang dinamakan sebagai rotator cuff. Bahu merupakan sendi peluru di mana ujung tulang lengan atas yang berbentuk bola terletak di dalam lengkungan pada tulang hasta. Dengan adanya bentuk seperti ini kita menjadi dapat mengangkat dan memutar bahu. Tapi ini juga berarti otot-otot dan tendon-tendon pada sistem ini harus bekerja keras untuk menahan semua tulang pada posisinya terutama ketika bergerak. Otot dan tendon ini dapat menjadi aus dan robek yang disebut sebagai rotator cuff disorder. Keausan dan robek ini akan membuat tendon menjadi lebih lemah. Dan ketika tendon melemah akan memperbesar lagi kemungkinannya untuk menjadi tambah rusak. Tanpa mendapatkan penanganan, keausan dan kerusakan ini sampai dapat membuat peradangan bursitis dan tendinitis, serta dapat sampai membuat sendi bahu menjadi kaku sama sekali.
Fakta tentang Rotator Cuff Disorder
- Proses kesembuhan rotator cuff disorder berbeda-beda pada setiap kasus, bahkan bisa memakan waktu hingga tahunan.
- Semakin cepat ditangani, akan semakin baik hasil yang bisa didapatkan. Ini membuat penanganan rotator cuff disorder tidak boleh ditunda-tunda.
- Sejak usia 40 tahun seseorang mulai beresiko mengalami rotator cuff disorder.
- Tendinitis (peradangan pada tendon).
- Bursitis (peradangan pada bursa). Bursa adalah kantung berisi cairan yang berfungsi sebagai peredam kejut (shock breaker) pada persendian.
- Impingement. Adalah kondisi tendon tergencet dan tergerus oleh tulang. Kejadian ini bisa membuat peradangan dan perdarahan pada tendon.
- Calcific tendinitis, yaitu penumpukan kalsium pada tendon.
- Perobekan pada tendon, di mana bisa terjadi pada sebagian atau seluruh bagian dari tendon.
- Adhesive capsulitis (frozen shoulder). Adalah kondisi ketika bahu sudah tidak dapat digerakkan sama sekali.
Penyebab Rotator Cuff Disoder
Kerusakan terjadi secara perlahan yang bertambah lama semakin parah, sampai menimbulkan keluhan dan masalah. Penyebabnya adalah:
- Bentuk tulang yang irregular. Kelainan bentuk tulang ini bisa merupakan bawaan lahir atau karena bekas dari suatu cedera dan kejadian patah tulang sebelumnya.
- Penuaan. Seiring dengan waktu, gerakan keseharian bisa menyebabkan keausan hingga tendon menjadi menipis dan mengering, atau terjadi penurunan suplai darah pada tendon dan otot di bahu. Gerakan berulang yang membuat cedera ini diaktakan sebagai repetitive motion injury. Baca artikel lain tentang ini.
- Sendi bahu melanggar atau terjadi ketidakseimbangan kekuatan otot pada bahu.
- Gerakan bahu yang menggunakan kekuatan dan secara tiba-tiba seperti gerakan ketika olah raga tertentu. Misalnya melempar bola, mengayun raket, angkat berat, dll. Hal ini dapat menyebabkan impingement.
- Overuse. Ketika bahu dipergunakan secara berlebihan. Gerakannya mungkin tidak berat, tapi karena dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus sampai bisa menimbulkan keausan dan kerusakan. Misalnya terjadi pada gerakan dalam bekerja, gerakan olah raga, dll.
Faktor Resiko Rotator Cuff Disorder
- Penuaan.
- Pernah mengalami tendinitis dan bursitis sebelumnya.
- Pernah mengalami cedera bahu seperti dislokasi atau patah tulang.
- Sering mengangkat lengan ke atas kepala ketika bekerja seperti gerakan mengecat.
- Sering membuat bahu diam pada satu posisi dalam waktu lama seperti aktivitas menulis dan pekerjaan di atas meja.
- Sering mendapatkan suntikan kortikosteroid pada sendi bahu, yang lama kelamaan membuat tendon melemah.
- Merokok dan asap rokok yang dapat menyebabkan suplai darah berkurang ke tendon.
- Nyeri dan merasa lemah pada bahu ketika digerakkan. Seringnya nyeri dirasakan pada bagian depan lengan atas. Rasa nyeri ini bisa terasa sangat nyeri sampai tidak dapat melakukan aktivitas harian seperti menyisir, memakan baju, dll. Nyeri juga sering dirasakan malam hari hingga sulit untuk tidur.
- Nyeri dibagi menjadi 3:
- Nyeri kerusakan kecil: terasa bila sangat aktif dan bisa hilang bila diistirahatkan.
- Nyeri kerusakan sedang: masih terasa hilang timbul ketika istirahat, dan bisa terasa ketika berbaring miring.
- Nyeri kerusakan berat: ketika nyeri dirasakan terus menerus tanpa jeda.
- Karena nyeri, biasanya bahu jadi jarang digerakkan, yang akan menyebabkan tambah melemah, hingga bahu menjadi kaku sama sekali.
- Lama kelamaan leher pun akan terasa nyeri karena otot pada leher selalu mengkompensasi gerakan bahu yang terbatas. Baca di sini tentang nyeri leher.
- Pada tendinitis, nyeri bisa dirasakan menjalar hingga siku.
- Bisa terjadi bengkak pada bagian yang nyeri.
- Bisa sampai timbul suara dan terasa ada gesekan ketika bahu digerakkan.
Kapan Mencari Pertolongan Medis
- Bila timbul gejala-gejala seperti di atas untuk pertama kalinya, segerakan periksakan ke dokter agar tidak menjadi berkelanjutan.
- Bila sudah pernah terjadi sebelumnya, dan tidak bisa hilang ketika ditangani dengan cara-cara yang biasa.
Penegakan Diagnosis Rotator Cuff Disorder
Selain dengan pemeriksaan fisik, dokter bisa meminta dilakukan pemeriksaan tambahan untuk memperkuat diagnosis seperti Rontgen, MRI, USG, dan arthrogram. Pemeriksaan akan dapat melihat jenis robek pada tendon apakah berupa partial tear (robek sebagian), full thickness tear (robek keseluruhan), atau degenerative tear (robek karena faktor penuaan).
Penanganan Rotator Cuff Disorder
Penanganannya harus segera dilakukan setelah diagnosis ditegakkan. Karena kalau tidak, kondisi peradangan, keausan, dan kerusakan dapat terus terjadi sampai bisa membuat bahu tidak berfungsi sama sekali.
Dilakukan Sendiri
- Istirahatkan bahu dari gerakan kasar, tapi jangan sampai tidak menggerakkan bahu sama sekali.
- Hindari posisi dan aktivitas yang membuat nyeri kembali terasa atau memperparah rasa nyeri.
- Kompres bahu dengan panas atau dingin, yang mana yang dirasakan lebih enak. Lakukan 2-3 sehari selama masing-masing 20 menit. Tapi untuk kejadian cedera tiba-tiba seperti ketika berolah raga, jangan menggunakan kompres panas pada setidaknya 48 jam pertama.
- Minum obat-obatan anti inflamasi dan penahan nyeri.
- Lalukan gerakan-gerakan fisioterapi yang sudah diajarkan dokter atau therapist secara rutin di rumah.
Dilakukan Dokter
- Dokter akan memberikan obat-obatan anti inflamasi dan anti nyeri.
- Bisa juga dilakukan penyuntikan kortikosteroid pada bahu. Tapi tidak bisa dilakukan terlalu sering karena malah bisa memperburuk kondisi tendon itu sendiri.
- Menyarankan untuk dilakukan fisioterapi secara rutin dan terprogram dan meminta pasien untuk mengulang gerakan-gerakan tersebut di rumah.
Operasi
Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, maka dapat diambil pilihan operasi, walau pun hanya sebagian kecil saja dari rotator cuff disorder yang membutuhkan operasi. Operasi dapat dilakukan dengan cara arthroscopy, operasi terbuka, atau gabungan keduanya. Operasi biasanya dilakukan bila pasien masih muda dan rotator cuff masih dalam kondisi baik, karena operasi dapat memperbaiki kerusakan tapi tidak dapat mengatasi keausan. Jadi operasi tidak akan berefek banyak pada kondisi tendon yang sudah lemah dan mengering.
Tujuan operasi adalah:
- Memperbaiki tendon yang robek seperti kejadian ketika berolah raga berat.
- Mengatasi kondisi dari rotator cuff disorder yang sangat berat, agar setidaknya membuat kondisi lebih baik dari pada sebelum dioperasi.
- Mengganti sendi special shoulder replacement atau total shoulder replacement dengan protesa. Penggantian bisa sebagian, bisa juga hampir keseluruh bagian dari bahu. Namun operasi ini sangat jarang dilakukan.
Rehabilitasi dan Fisioterapi
Perlu dimengerti juga, bahkan setelah operasi, masih diperlukan rehabilitasi dan fisioterapi yang cukup lama, sampai hitungan bulan. Pada rehabilitasi dan fisioterapi akan dilakukan latihan peregangan dan secara perlahan mengembalikan fungsi serta memperkuat kembali bahu. Bisa juga dilakukan pemijatan dan penggunaan ultrasound untuk mengatasi nyeri dan mengurangi kekakuan otot di sekitar bahu. Ketika menjalani rehabilitasi dan fisioterapi pasien harus sabar, berkomitmen tinggi, bertekat kuat, dan rajin mengulang latihan yang dijalani. Tanpa keuletan dari pihak pasien, tidak jarang rehabilitasi dan fisioterapi memberikan hasil yang tidak optimal.
Terapi dalam Penelitian
- Menggunakan shock waves pada kasus calcific tendinitis untuk menghancurkan deposit kalsium pada tendon. Terapi ini disebut juga sebagai extracorporeal shock wave therapy.
- Suntik hyaluronan yang merupakan suplemen untuk membantu pelumasan sendi.
Pencegahan Rotator Cuff Disorder
Keausan dan kerusakan yang terjadi karena gerakan keseharian seiring dengan bertambahnya usia mungkin sulit untuk bisa dihindari, namun dapat dicegah agar tidak terjadi terlalu cepat. Tindakan pencegahan dari rotator cuff disorder yang bisa dilakukan adalah:
- Membuat otot di daerah bahu senantiasa fleksibel dan kuat dengan secara rutin melakukan gerakan latihan fleksibilitas.
- Miliki postur tubuh yang baik sepanjang waktu. Baca artikel lain tentang postur tubuh yang baik.
- Jangan mengangkat beban yang sangat berat di atas kemampuan diri.
- Hindari olah raga yang banyak terjadi benturan dan kontak fisik dalam aktivitas olah raganya.
- Jangan mengangkat lengan di atas kepala dalam waktu yang lama. Bila terpaksa rawatlah bahu pada malam harinya dengan kompres dingin dengan cara seperti di atas.