Ular adalah hewan yang menakjubkan, mereka termasuk spesies yang berhasil di darat, di laut, di hutan, di danau, bahkan di padang pasir. Ular adalah hewan karnifora yang memangsa serangga, burung, mamalia kecil, reptile, bahkan ular jenis lain. Banyak ular yang membunuh mangsanya dengan melilit mereka sampai mati, lalu menelannya bulat-bulat. Terlepas dari kengerian yang melekat pada ular, sebenarnya mereka lebih takut kepada manusia, dibanding manusia takut kepada mereka. Sebagian besar ular tidak bersifat agresif terhadap manusia tanpa diganggu, tapi sebagian kecil memang terkenal agresif, dan sangat berbisa. Gigitan ular berbisa pada manusia harus segera mendapatkan pertolongan medis, karena besarnya resiko kematian dari sebuah kasus gigitan ular.
Fakta Tentang Ular dan Gigitan Ular
- Hanya 200 dari sekitar 3000 spesies ular di seluruh dunia yang berbisa, di mana 25%-nya terdapat di Utara Amerika.
- Ada 20.000 kematian yang terlaporkan di seluruh dunia setiap tahunnya karena gigitan ular, di mana sebagian besarnya di Sub Sahara Afrika dan Asia. WHO memperkirakan banyak yang tidak terlaporkan dan mengestimasi sebenarnya ada sekitar 94.000 kematian.
- Di Asia jumlah kematian per tahun sampai 11 ribu, sementara di Asia Tenggara termasuk di Indonesia terlaporkan terjadi sekitar 790 kematian akibat gigitan ular.
- Namun di AS, hanya ada 5-6 kematian per tahun walau pun terjadi 7 sampai 8 ribu kasus gigitan ular berbisa di sana. Sementara di Australia yang banyak terdapat ular berbisa hanya terdapat 2-4 kematian setiap tahunnya.
- Cobra (Ophiphagus hannah),
- Mamba Hitam Afrika (Dendroaspis polylepis) yang sangat cepat,
- Mamba Asia (Bugarus),
- Ular Karang Amerika (Micrurus) dengan warna merah dan kuningnya,
- Ular Karang Australia (Oxyuranus scutellatus),
- Ular Macan (Notechis),
- King Brown (Pseudechis australis),
- Death Adders (Acanthopis)
- Dll.
2. Keluarga Viper; termasuk di dalamnya:
- Ular Derik Punggung Berlian (Crotalus atrax) di Amerika,
- Ular Derik Kepala Tombak (Bothrops) di Amerika,
- Ular Derik Kayu (Crotalus horridus) di Amerika yang suka menguap setelah makan,
- Moccasin Mulut Kapas (Agkistradon piscivorous) di Amerika,
- Saw-scalled Vipers (Echis) di Amerika dan Afrika,
- Russell’s Viper (Daboia rusellii) di Asia,
- Puff Adder (Bitis arietans) di Afrika,
- Gaboon viper (Bitis gabonica) di Afrika,
- Northern Copperhead (Agkistrodon contortrix) di Amerika,
- Dll.
Gigitan Ular Berbisa
Ular berbisa menyuntikkan bisa atau racunnya menggunakan kelenjar ludah yang sudah termodifikasi. Selama proses envenomation (penyuntikan bisa), bisa keluar dari kelenjarnya melalui taring dan masuk ke dalam tubuh mangsanya. Tidak semua gigitan terjadi penyuntikan bisa yang disebut dengan dry bites (gigitan kering). Ini terjadi karena ular sebenarnya bisa mengatur kapan mereka mau melepaskan bisa dan berapa banyak bisa yang dikeluarkan. Dry bites terjadi antara 25-50% dari seluruh gigitan ular berbisa. Bisa ular sendiri sebenarnya terdiri dari berbagai unsur protein dengan efek yang beragam. Secara sederhana racun ular bisa dibagi menjadi 4 golongan:
- Cytotoxins yang menyebabkan kerusakan jaringan
- Hemotoxins yang menyebabkan perdarahan organ
- Neurotoxins yang menyerang sistem syaraf
- Cardiotoxins yang langsung menyerang jantung.
Tanda dan Gejala Gigitan Ular
Gigitan ular berbisa menimbulkan efek yang sangat beragam. Dari sekedar luka gigitan, sampai yang dapat mengancam jiwa. Terkadang gejala tidak langsung muncul, lalu tiba-tiba korban menderita kesulitan bernafas dan masuk ke kondisi shock sampai akhirnya meninggal bila tidak tertolong. Tanda dan gejala gigitan ular dibagi menjadi beberapa kategori besar:
- Efek Lokal. Berupa bekas gigitan di kulit dan jaringan sekitarnya. Gigitan ular cobra dan viper sangat sakit dan dapat menyebabkan bengkak. Beberapa bisa ular cobra sampai dapat mematikan jaringan di sekitar gigitan.
- Perdarahan. Gigitan ular viper dan beberapa elapid dari Australia dapat merusak sistem pembekuan darah sehingga menyebabkan perdarahan yang tidak bisa berhenti dan bisa berakibat kematian. Perdarahan bisa terjadi pada lokasi gigitan, tapi bisa juga darah keluar dari mulut atau bekas luka lama yang ada di kulit.
- Efek pada sistem syaraf. Efek pada sistem syaraf bisa berupa efek lokal yang dekat dengan gigitan, atau berefek terhadap seluruh sistem syaraf di tubuh. Korban biasanya mengeluhkan gangguan penglihatan, kesulitan bernafas dan berbicara, atau merasa kebas di daerah gigitan. Bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung ke sistem syaraf. Bisa ular cobra dan mamba dapat secara spesifik membuat otot pernafasan berhenti bekerja.
- Kematian Otot. Bisa dari ular Russell’s viper, ular laut, dan berapa elapid Australia dapat langsung menyebabkan kematian pada otot di berbagai area di tubuh. Dapat merupakan efek lokal di daerah gigitan (necrosis), tapi dapat juga pada otot yang jauh dari daerah gigitan (rhabdomyolusis). Serpihan dari otot yang mati, dapat merusak ginjal sampai terjadi gagal ginjal.
- Mata. Ular cobra dan ular ringhals dari Afrika mampu menyemprotkan bisanya dari jarak jauh yang mentarget mata korban. Mata korban akan terasa sakit, bahkan rusak. Selain itu bisanya juga dapat merusak jaringan otot di sekitar mata yang terkena.
Setiap korban gigitan ular harus selalu dianggap berbisa dan harus segera langsung dibawa ke instalasi gawat darurat. Penentuan berbisa atau tidaknya sebaiknya dilakukan di rumah sakit, agar penanganan tidak terlambat. Setidaknya luka bekas gigitan ular dapat segera mendapatkan perhatian medis.
Penegakan Diagnosis Gigitan Ular
Penegakan diagnosis gigitan ular, diambil dari anamnesis dan cerita kejadian gigitannya. Identifikasi jenis ular berbisa yang menggigit sangat penting bagi dokter untuk menentukan jenis anti bisa yang akan digunakan merawat korban. Bila dikhawatirkan terjadi kerusakan organ, dokter bisa saja meminta dilakukan pemeriksaan laboratorium darah dan urin untuk melihat ada tidaknya perdarahan, masalah pembekuan darah dan kematian otot.
Penanganan Gigitan Ular
Dilakukan Sendiri
- Cegah terjadinya gigitan kedua atau korban kedua. Jangan mencoba untuk menangkap ular, karena kemungkinan ular akan menggigit kembali sampai bisanya habis.
- Saksi yang melihat sebisa mungkin dapat mendeskripsikan jenis ular yang menggigit.
- Kecuali sangat benar-benar yakin, seluruh kasus gigitan ular harus dianggap berbisa dan harus dibawa ke UGD.
- Luka bekas gigitan dapat dibersihkan dengan sabun yang banyak dan air yang mengalir. Amati luka gigitan bila ada taring ular yang tertinggal.
- Lepas segala bentuk perhiasan atau jam tangan yang dekat dengan lokasi gigitan, karena besar kemungkinan terjadi pembengkakan.
- Korban sebisa mungkin tidak banyak menggerakan lengan atau tungkai yang tergigit untuk memperlambat peredaran bisa ularnya.
Tidak Boleh Dilakukan
- Jangan memotong atau menyedot lokasi gigitan dalam usaha mengeluarkan bisa, karena terbukti tidak berguna.
- Jangan menggunakan es, karena tidak menetralisir bisa.
- Jangan dikejutkan dengan arus listrik.
- Jangan menggunakan alkohol pada lokasi gigitan, lebih baik menggunakan iodine.
- Jangan melakukan balut tekan (tourniquet), karena penelitian terbaru tidak menunjukkan manfaat yang besar, malah dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
Dilakukan Dokter
- Pertama, dokter akan mengatasi kondisi-kondisi yang mengancam jiwa. Bila korban kesulitan bernafas, akan dipasangkan selang intubasi dan dipasangkan ke ventilator.
- Biasanya korban akan segera dipasangkan infus, selain untuk mencegah terjadinya shock juga untuk memberikan obat dan anti bisa ular.
- Tidak semua tenaga medis menguasai identifikasi ular berbisa. Bila sudah dapat ditentukan jenis ular berbisa yang menggigit, maka dokter akan memberikan SABU (Serum Anti Bisa Ular) yang spesifik dengan ular yang menggigit. SABU dapat menyelamatkan nyawa atau lengan/tungkai yang digigit. Efek samping pemberian SABU bisa dirasakan sampai beberapa hari setelahnya seperti demam, nyeri sendi, gatal, pembengkakan KGB, dan lemas. Tapi semua gejala ini tidak berbahaya dan akan hilang sempurna.
- Dokter juga akan membersihkan lokasi bekas gigitan. Melakukan debridement bila ada jaringan yang sudah mati, dan mungkin juga melakukan penjahitan, bila terjadi robekan kulit.
- Biasanya juga akan diberikan antibiotik sebagai tindakan profilaksis untuk beberapa hari.
- Bahkan korban gigitan ular tidak berbisa pun harus diobservasi selama beberapa jam di UGD untuk meyakinkan segala sesuatunya aman.
Kontrol Ulang
- Korban harus kontrol kembali ke RS bila mengeluhkan gejala kesulitan bernafas, gangguan kondisi mental, terjadi perdarahan spontan, atau nyeri dan bengkak semakin parah.
- Bila mendapatkan terapi SABU dan timbul efek samping yang tidak biasa atau yang tidak bisa ditahan. Efek samping SABU ini biasa timbul antara 5-10 hari setelah pemberian.
- Bila digigit oleh ular derik, dalam seminggu harus melakukan pemeriksaan darah, karena bisa terjadi gangguan bekuan darah 1 minggu setelah digigit.
Pencegahan Gigitan Ular
- Jangan mendekati, mengganggu, menangkap ular berbisa, karena sebagian besar kasus gigitan ketika korban sedang berusaha menangkap ular.
- Gunakan sepatu boots ketika hiking atau bekerja pada lokasi kemungkinan ada ular berbisa. Gunakan juga celana panjang, yang dapat mengurangi keparahan gigitan.
- Jangan biarkan anak-anak bermain di lokasi yang diketahui menjadi habitat ular.