Sebagian besar wanita mengalami rasa tidak nyaman pada payudara, nyeri-nyeri di otot, serta kembung dan bengkak pada tubuh beberapa hari sebelum datang siklus menstruasi. Kondisi tersebut aman dan merupakan gejala normal dari masa pra menstruasi. Tapi bila sampai mengganggu keseharian karena keluhan semakin kuat dan membuat suasana hati terganggu (moody), maka hal ini dikatakan sebagai PMS (Premenstrual Syndrome). Semua hal ini terjadi karena pengaruh hormonal dari siklus menstruasi pada organ reproduksi wanita, di mana terjadi pada fase luteal sekitar 2 minggu sebelum awal menstruasi. PMS biasanya tidak perlu mendapatkan pertolongan medis dan akan hilang dengan sendirinya, tapi bila sudah bertambah parah maka masuk ke dalam kategori PMDD (Premenstrual Dysphoric Disorder), dan harus mendapatkan pertolongan medis.
Fakta Tentang PMS
- Terjadi pada 1 dari 3 wanita subur di seluruh dunia, hanya intensitasnya berbeda-beda; dan hanya terjadi pada manusia, tidak pada makhluk lainnya.
- Belum bisa disimpulkan mengapa pengaruh hormon pada siklus menstruasi wanita memberikan efek berbeda pada wanita yang berbeda.
- Sebagian besar wanita mengalami PMS yang pertama pada usia 20an, tapi ada yang baru mengalaminya pada usia 30an. PMS biasa akan bertambah parah pada awal 40an ketika memasuki masa perimenopause (menjelang menopause).
- PMS diturunkan dalam keluarga.
- Wanita yang sudah menopause, tidak akan mengalami PMS lagi dalam hidupnya.
Siklus menstruasi pada tubuh wanita, merupakan simfoni dari kerja dan pengaruh dari hormon yang kompleks untuk mengatur siklus menstruasi dan masa kesuburan seorang wanita. PMS dan PMDD dapat terjadi karena perubahan normal pada keseimbangan hormonal tersebut di mana terjadi pada fase luteal dari siklus menstruasi, saat satu sel telur dilepaskan dari ovarium sampai sekitar 14-28 hari kemudian. Selama fase luteal tersebut akan terjadi penebalan dinding rahim. Bila terjadi pembuahan, maka telur akan ditanam pada dinding rahim untuk tumbuh menjadi janin. Tapi bila tidak terjadi pembuahan, maka sel telur akan diserap kembali. Pada fase tersebut juga terjadi peningkatan hormon progesterone dan penurunan hormon estrogen.
Perubahan antara kedua hormon pada masa 1-2 minggu inilah bersama interaksi dengan serotonin (sebuah neurotransmitter di otak) dapat mencetus kejadian PMS yang biasanya terjadi selama 3-4 hari. Serotonin sendiri berfungsi untuk mengatur suasana hati dan tingkat sensitivitas terhadap nyeri. Wanita yang tidak mengalami PMS biasanya memiliki kadar hormon serotonin yang tinggi di otaknya, dibanding dengan wanita yang mengalami PMS dengan kadar hormon serotonin yang rendah di otaknya. Rendahnya kadar serotonin diketahui akan membuat seseorang lebih rentan terkena gangguan psikis mengalami depresi.
Faktor Resiko PMS
Berikut adalah hal-hal yang dapat membuat seorang wanita lebih beresiko untuk terkena PMS atau malah PMDD.
- Memiliki riwayat keluarga dangan PMS juga,
- Usia; ketika mendekati masa menopause, gejalanya semakin terasa,
- Kurang berolahraga,
- Terlalu banyak konsumsi kafein, alkohol, dan garam,
- Merokok dan menghirup asap rokok orang lain,
- Kekurangan vitamin B6, calcium atau magnesium,
- Memiliki tingkat stres yang tinggi,
- Ada latar belakang kecemasan, depresi, dan gangguan psikis lainnya yang akan lebih mudah terkena PMDD.
Gejala PMS
Gejala PMS terkadang mirip dengan gejala awal kehamilan, karena sama-sama berada fase luteal. Sehingga bila keluhannya menetap, harus dipastikan oleh dokter. Gejala PMS biasanya akan semakin kuat pada 2-3 hari sebelum menstruasi dimulai sampai sekitar 1-2 hari awal menstruasi. Gejala yang biasa terjadi pada suatu kasus PMS adalah sbb.
- Bloating; yang merupakan kondisi terperangkapnya cairan lebih dari normal pada organ akibat hormon menstruasi mengganggu kerja ginjal untuk meregulasi garam dan cairan. Akibatnya akan terjadi bengkak pada bagian tubuh seperti kelopak mata, tungkai, perut, dll., serta terjadi peningkatan berat badan akibat akumulasi cairan.
- Payudara lebih keras dan cendrung terasa nyeri.
- Keram otot, sakit punggung bagian bawah, dan sakit kepala.
- Asma dan alergi kambuh.
- Sembelit atau diare (pencernaan tidak normal).
- Jantung berdebar kencang (palpitasi).
- Lebih ingin makan makanan yang manis, asin, atau pedas.
- Hilang libido seksual.
- Gangguan emosi ringan seperti mood swing, merasa cemas, mudah tersinggung, kurang konsentrasi, menarik diri
- Wanita yang sudah menjalani pengangkatan rahim, tetap dapat mengalami PMS bila masih ada ovarium yang ditinggal.
Seorang wanita dikatakan mengalami PMDD, bila mengalami 5 atau lebih dari gejala-gejala berikut dan terjadi pada hampir setiap siklus menstruasi pada 1 tahun berjalan:
- Rasa cemas berlebih
- Sangat mudah tersinggung dan cepat marah
- Mood swing yang parah
- Sulit berkonsentrasi
- Kehilangan semangat kerja, sekolah, hobi, dan bersosialisasi
- Depresi
- Mengalami CFS (Chronic Fatigue Syndrome)
- Perubahan pola makan
- Gangguan tidur
- Nyeri atau keluhan pada fisik terjadi lebih parah.
Kapan Mencari Pertolongan Medis
- Bila sudah mengganggu aktivitas keseharian,
- Bila gejala terjadi lebih dari 4 hari padahal sudah dicoba mengobatinya dengan obat-obatan OTC (obat bebas),
- Bila sudah ada tanda-tanda PMDD.
Penegakan Diagnosis PMS dan PMDD
Dokter biasanya meminta pasien untuk membuat diary siklus menstruasi selama 2-3 bulan. Pada diary ini dituliskan waktu serta semua keluhan dan gejala yang terasa oleh pasien sesuai dengan waktunya. Tidak ada pemeriksaan khusus untuk penegakan diagnosis PMS dan PMDD. Bila diperlukan dokter bisa meminta untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menggugurkan diagnosis kondisi medis lainnya. Seorang dengan gangguan hormon tiroid bisa memiliki gejala mirip PMS, sehingga dokter mungkin memeriksa hormon tiroid tersebut.
Penanganan PMS dan PMDD
Dilakukan Sendiri
- Merubah pola hidup seperti makan makanan yang sehat, cukupkan berolah raga, cukupkan tidur, hindari stres, dan buat hati senantiasa bahagia.
- Kurangi alkohol, caffeine, dan garam; dengan tujuan mengurangi keluhan nyeri di payudara, bloating, dan sakit kepala.
- Berhenti merokok dan menjauhi asap rokok orang lain.
- Untuk keluhan nyeri, bisa mengkonsumsi obat penahan nyeri yang dijual bebas.
- Makan suplemen vitamin B6 (100mg/hari), calcium (1000-1200mg/hari), dan magnesium (200-360mg/hari).
- Mengkonsumsi gingko biloba yang dapat mengurangi rasa nyeri di payudara.
Dilakukan Dokter
- Dokter akan menyarankan hal-hal seperti di atas.
- Dokter akan memberikan obat penahan nyeri atau anti inflamasi untuk mengatasi rasa nyeri-nyeri di tubuh.
- Kemudian juga akan diberikan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) untuk menjaga level serotonin di otak, bila terjadi gangguan psikis.
- Bila diperlukan dokter memberikan diuretics untuk mengurangi akumulasi cairan pada organ sehingga menghilangkan keluhan bloating dan peningkatan berat badan.
- Untuk menanganai keluhan psikis, bisa diresepkan obat-obatan anti depresi dan anti cemas.
- Bila terjadi PMDD, dokter biasa meminta pasien untuk mengkonsumsi pil KB selama 21 hari untuk meregulasi kadar hormon reproduksi.
- Pemberian pil KB juga dapat mengatasi keluhan sakit kepala, mengurangi bloating, dan mengurangi nyeri pada payudara.
- Pada kasus berat PMDD akhirnya mungkin diberikan Danacrine; yaitu hormon pria, yang dapat menekan produksi hormon-hormon wanita penderita. Atau GNRH-a (Gonadotropin-Releasing Hormon agonist), yang memberhentikan sementara siklus menstruasi den membuat kondisi seperti menopause. Kedua obat ini sebagai cara terakhir, karena memiliki efek samping mempercepat menopause pada yang bersangkutan.
Operasi
Operasi yang dilakukan adalah:
- Pengangkatan ovarium (oophorectomy)
- Pengangkatan rahim dan ovarium (oophorec-hysterectomy)
Dengan diangkatnya ovarium, maka wanita yang bersangkutan tidak akan mengalami siklus menstruasi kembali atau dibuat menjadi menopause, yang sudah tentu tidak akan mengalami PMS atau PMDD kembali. Tindakan operasi untuk kasus PMDD sampai saat ini masih kontroversial, dan hanya bisa dilakukan bila memenuhi kriteria sbb.:
- Gejala tidak kunjung membaik dengan usaha-usaha penanganan yang dijelaskan di atas.
- Dipastikan bahwa semua gejala memang karena PMDD, bukan karena yang bersangkutan mengalami gangguan psikis lainnya,
- PMDD sangat berat dan sudah benar-benar mengganggu kehidupan yang bersangkutan,
- Sudah tidak ada rencana untuk memiliki anak kembali,
Efek samping operasi juga harus menjadi pertimbangan seperti:
- Gejala menopause akan lebih dirasa dibandingkan dengan menopause alami,
- Beresiko tinggi terjadinya osteoporosis,
- Efek psikis pasca operasi yang mungkin akan lebih berat dibandingkan dengan PMDD itu sendiri.
Pencegahan PMS dan PMDD
- Hidup dengan pola yang sehat yaitu makan dengan tidak berlebihan, teratur berolahraga, mencukupkan tidur, mengontrol stress, dan membuat hati senantiasa bahagia.
- Kurangi asupan garam dan kafein.
- Hindari konsumsi alkohol.
- Berhenti merokok dan jauhi asap rokok orang lain.
- Rutin konsumsi vitamin B6, calcium, dan magnesium; baik dari makanan (diet) atau dari suplemen.