Kanker terjadi ketika sekumpulan sel mengalami perubahan, tumbuh dan membelah diri dengan tidak terkontrol secara normal oleh tubuh. Sel-sel tersebut dapat juga menulari sel-sel sehat jaringan sekitarnya yang dinamakan dengan metastasis. Pertumbuhan yang tidak terkontrol ini merusak, merebut nutrisi dan oksigen, serta mengambil tempat sel-sel dari jaringan sehat sehingga terjadi kerusakan. Kanker indung telur (ovarium) terjadi bila kejadian tidak terkontrol tersebut berlangsung pada satu atau kedua ovarium seorang wanita. Tidak semua bentuk pertumbuhan abnormal tersebut merupakan suatu keganasan. Bila ia tidak berpotensi menyebar maka dikatakan sebagai tumor yang jinak. Pada ovarium juga bisa terjadi keduanya; jinak ataupun ganas.
Fakta tentang Kanker Ovarium
- Di dunia, kanker ovarium tertinggi ditemukan di negara Skandinavia, Israel dan Amerika Utara. Kasus terendah ditemukan di Jepang dan pada negara berkembang termasuk di Indonesia.
- Di AS satu dari 56 wanita memiliki tumor di ovariumnya, dengan 22 ribu lebih kasus baru per tahun, dan >14 ribu wanita per tahun di AS meninggal karena kanker ovarium.
- Kejadian massa >4 cm di ovarium pada wanita subur, 20%-nya merupakan kejadian keganasan. Sementara pada wanita pasca menopause 45-50%-nya merupakan kejadian keganasan.
- Bila ditemukannya sebelum metastasis, angka harapan hidup 5 tahun penderitanya sebesar 75%. Tapi menurun menjadi 20% bila sudah terjadi metastasis.
Ovarium atau indung telur adalah dua buah organ yang hanya dimiliki wanita yang berlokasi di dalam di perut (abdomen) bagian bawah, tepatnya di dalam rongga panggul (pelvis); satu pada setiap sisi di samping rahim (uterus). Ovarium berfungsi memproduksi dan melepas “ova” atau sel telur ke dalam fallopian tube dan akhirnya ke dalam uterus. Ovarium juga berfungsi sebagai produsen hormon estrogen dan progesteron. Bila terjadi tumor pada ovarium, maka seluruh fungsi dari ovarium bisa terganggu dan mencetus masalah seperti efek domino pada tubuh wanita penderitanya.
Pengklasifikasian Tumor Ovarium
Kalsifikasi tumor ovarium ditentukan berdasarkan jenis dan asal sel-sel tumor:
- Tumor epithelial yang berasal dari sel pada lapisan epitel ovarium. Jenis ini merupakan kasus terbanyak dari seluruh jenis tumor ovarium. Biasa terjadi pada wanita pasca menopause antara usia 45-70 tahun.
- Tumor Stromal yang berkembang dari jaringan pembentuk struktur ovarium dan yang memproduksi hormon-hormon kewanitaan. Biasanya hanya terjadi pada sebelah sisi ovarium saja. Terjadi ada wanita usia 40-60 tahun dan merupakan 5-10% dari seluruh kejadian tumor ovarium.
- Germ cell tumors yang tumbuh dari germ cells atau sel yang memproduksi telur. Biasanya terjadi pada wanita muda termasuk remaja wanita, dengan porsi 15% dari keseluruhan kasus tumor ovarium. 90% penderita jenis tumor ini biasanya sembuh, tapi banyak yang menjadi mandul secara permanen.
- Tumor metastasis dengan porsi kejadian 5%, yang terjadi karena penyebaran jenis kanker lainnya di tubuh. Biasanya berasal dari kanker usus besar, kanker payudara, atau kanker pankreas.
Pembagian Stadium Kanker Ovarium
Kanker ovarium dibagi menjadi 4 stadium (I sd. IV) berdasarkan jenis sel tumor (dari hasil biopsi), serta berdasarkan lokasi tumor dan ada tidaknya metastasis (A sd. C). Pembagian ini bertujuan untuk penentuan jenis terapi dan prognosisnya.
- Stadium I: (IA) bila pada satu ovarium, (IB) bila pada keduanya, (IC) bila ada pada permukaan satu/dua ovarium atau sudah terjadi asites.
- Stadium II: Kanker ditemukan di luar ovarium, dan sudah menyebar ke rahim dan fallopian tube (IIA), menyebar ke area lain di pelvis (IIB), dan (IIC) bila ditemukan sel keganasan pada cairan asites.
- Stadium III: Kanker sudah penyebar di organ panggul lainnya atau menyebar ke KGB. (IIIA) bila sel kanker ditemukan pada permukaan peritonium, (IIIB) bila sudah tumbuh masa pada peritonium, dan (IIIC) bila sudah menyebar ke KGB.
- Stadium IV: Kanker sudah menyebar ke organ perut lain seperti limpa, liver, bahkan paru-paru atau lebih jauh. Stadium IV tidak dibagi lagi.
Faktor Resiko dan Penyebab Kanker Ovarium
Seperti juga untuk jenis kanker lainnya, penyebab kanker ovarium belum bisa ditentukan secara pasti. Tapi lebih besar kemungkinan terjadi pada wanita dengan faktor resiko sbb.:
Faktor Keturunan. Seorang wanita dengan ras atau keturunan dari Skandinavia, Israel, atau AS; lebih beresiko terkena kanker ovarium. Demikian juga dengan wanita yang memiliki riwayat pada saudara kandung dengan kanker ovarium; terutama first-degree relative seperti ibu atau saudara kandung. Bila ada dua first-degree relative tersebut yang terkena kanker ovarium, maka resikonya menjadi 50% lebih besar. Sementara seorang anak dari ibu yang memiliki kanker ovarium beresiko terkena juga pada usia kurang dari 60 tahun.
Sindroma Keturunan. Kanker ovarium juga terkait pada 3 buah sindroma keturunan (yang tidak akan dibahas dalam artikel ini) yaitu: breast-ovarian cancer syndrome, heredity nonpolyposis colorectal cancer syndrome, dan site-specific ovarian cancer syndrome. Di mana ketiganya merupakan sindroma karena terjadinya mutasi genetik.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
- Usia di atas 50 tahun
- Tidak pernah hamil
- Tidak menyusui
- Menggunakan obat-obat kesuburan
- Menjalani terapi sulih hormon (hormone replacement therapy)
- Seorang perokok atau aktif menghirup asap rokok orang lain
- Terpapar asbestos
- Penggunaan bedak talk untuk genital dalam waktu lama
- Pernah melakukan radioterapi di lokasi abdomen bawah
- Terinfeksi virus mumps (gondongan).
Faktor Pencegah Kanker Ovarium
Selain faktor resiko, juga ada faktor yang justru dapat mencegah terjadinya kanker ovarium; seperti:
- Kehamilan penuh 9 bulan. Semakin sering seorang wanita hamil penuh 9 bulan, akan semakin rendah resikonya terkena kanker ovarium.
- Menyusui. Semakin sering seorang wanita menyusui untuk waktu lama (2 tahun), semakin rendah pula resikonya.
- Menggunakan pil KB, juga mengurangi resiko terkena kanker ovarium.
- Operasi tubectomy, atau KB permanen wanita dengan mengikat fallopian tube, menurunkan resiko kanker ovarium.
- Pengangkatan rahim (hysterectomy), pengangkatan ovarium (oopharectomy), atau pengangkatan keduanya.
Tanda dan Gejala Kanker Ovarium
Kanker ovarium baru menimbulkan gejala bila sudah berada pada stadium lanjut. Keluhan baru timbul ketika kanker sudah membesar atau sel kanker sudah menyebar ke organ lainnya. Hanya satu gejala yang timbul pada tahap awal penyakit yaitu menstruasi yang tidak teratur. Ini pun tidak spesifik karena bisa terjadi karena penyebab lainnya. Begitu juga dengan gejala lainnya, tidak spesifik dan mirip dengan gejala berbagai kondisi medis lainnya; antara lain: nyeri atau rasa menekan pada pelvis, nyeri saat senggama, abdomen membesar, frekuensi buang air kecil meningkat, sembelit, asites, hilang nafsu makan, cepat merasa kenyang, sering kentut, diare, serta mual dan muntah.
Kapan Mencari Pertolongan Medis
Bila merasakan keluhan dan gejala seperti di atas, apa lagi memiliki faktor resiko seperti yang sudah dibahas; lebih baik memeriksakan diri ke dokter spesialis obstetri dan ginekologi. Tujuannya adalah penegakan diagnosis dini, dengan penanganan optimal, sehingga mempertinggi harapan sembuh.
Penegakan Diagnosis Kanker Ovarium
Menegakkan kanker ovarium memerlukan pemeriksaan yang lengkap. Mulai dari pemeriksaan fisik oleh dokter, pelvic exam (pemeriksaan panggul), pemeriksaan laboratorium dengan sampel darah dan urin. Sampai menggunakan bantuan alat pencitraan yang dimulai dengan USG yang biasa dilakukan untuk screening pada wanita tanpa gejala sekalipun, CT-scan, dan MRI. Pemeriksaan darah biasanya dikhususkan untuk memeriksa tumor marker CA-125. Tumor marker ini adalah pemeriksaan yang unik tapi tidak spesifik. Artinya walaupun ditujukan sebagai tumor marker kanker ovarium, angkanya juga dipengaruhi oleh kondisi medis lainnya. Angka CA-125 hanya meningkat pada 80% penderita kanker ovarium stadium lanjut, dan hanya meningkat pada 50% penderita kanker ovarium stadium awal. Ia juga bisa dipengaruhi oleh faktor usia, siklus menstruasi, kejadian endometriosis, penyakit liver, gagal jantung kongestif, serta kanker lainnya seperti kanker payudara, pankreas, usus besar, dan paru-paru. Oleh karenanya CA-125 seringnya digunakan sebagai pemeriksaan follow up penderita untuk melihat keberhasilan terapi yang diberikan.
Penanganan Kanker Ovarium
- Stadium I. Ovarium dan fallopian tube sisi yang terkena akan diangkat. Tapi bila penderita sudah tidak berencana untuk punya anak lagi, ke dua sisi sampai rahim akan diangkat (salpingo-oopharectomy). Untuk stadium IC, akan diberikan kemoterapi setelah operasi.
- Stadium II. Sudah pasti akan dilakukan salpingo-oopharectomy dan pengangkatan bagian dari area panggul yang sudah terkena. Kemoterapi juga hampir selalu diberikan setelah operasi.
- Stadium III. Sama seperti Stadium II, tapi kemoterapi yang diberikan setelah operasi akan lebih agresif lagi.
- Stadium IV. Akan diberikan multi-agent chemotherapy. Sementara operasi bisa dilakukan bisa juga tidak, tergantung dari kondisi penderita.
- Operasi lanjutan. Setelah kemoterapi, bisa dilakukan operasi lanjutan bila masih ditemukan sel-sel kanker pada organ di dalam pelvis, atau pada organ hasil metastasisnya.
- Follow up. Tumor marker CA-125 akan diperiksa secara reguler setiap 3-4 bulan untuk melihat keberhasilan terapi. Dan harus secara rutin diperiksa dokter sepanjang hidupnya karena kanker bisa tumbuh lagi tanpa terdeteksi.
Pencegahan Kanker Ovarium – Penutup
Karena penyebab kanker ovarium sulit untuk ditentukan, tindakan bijak untuk mencegahnya adalah menjauhi semua faktor resiko yang dapat dihindari seperti yang sudah dibahas di atas. Tapi yang jelas memang seorang wanita itu, seperti fitrahnya dari Tuhan YME, sebaiknya menikah, lalu hamil selama 9 bulan, dan selalu menyusui anaknya untuk waktu 2 tahun. Bila memang karena satu dan lain hal tidak memungkinkan, maka disarankan walaupun tidak menikah seorang wanita dapat mengkonsumsi pil KB untuk waktu-waktu tertentu agar mengurangi resikonya terkena kanker yang mematikan ini. Untuk jenis pil KB, durasi, serta hal lainnya dapat dikonsultasikan kepada dokter yang dipercaya. Kemudian sangat bijak untuk melakukan medical checkup rutin setiap tahun bagi wanita yang sudah berusia di atas 40 tahun. Agar semua kondisi medis yang tidak menguntungkan dapat diketahui dan ditangani secara dini termasuk di antaranya kemungkinan terkena kanker ovarium.
©IKM 2018-09