Electronic Muscle Stimulation (EMS) memiliki nama lain yaitu Neuromuscular Electrical Stimulation (NMES), yang bila diterjemahkan bebas ke Bahasa Indonesia menjadi ‘stimulasi listrik elektronik untuk otot dan syaraf’. Walau pun terkesan menyeramkan, sebenarnya ini adalah metoda baru dalam melakukan olahraga terutama senam dan fitness. Metoda ini dimulai dari usaha untuk mempercepat proses membuat otot yang lemah menjadi lebih kuat. Setiap ada metoda baru, maka akan masih banyak penelitian-penelitian medis yang sedang berjalan untuk melihat segala aspek dari pengaplikasiannya. Namun setidaknya, dari penelitian yang sudah ada, EMS dapat menjadi pilihan, selama tetap memperhatikan koridor keamanan dan kesehatan secara medis dan dilakukan dibawah supervisi seorang profesional.
Sejarah EMS
EMS sebenarnya sudah mulai digunakan sejak tahun 1950 oleh negara-negara blok komunis untuk berolah raga. Tapi negara Barat baru mengenalnya pada tahun 1973 sejak Dr. Y. Kots dari Central Institute of Physical Culture di Uni Soviet menemukan bahwa metoda EMS dapat memberikan hasil yang jauh lebih baik dari pada metoda berolah raga biasa dalam memperkuat otot. Penemuan ini memancing keingintahuan banyak orang, dan sejak saat itu sampai sekarang banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat efektivitas dari EMS. Saat ini EMS digunakan untuk merehabilitasi atlit yang cedera dan untuk kepentingan body builder.