Lupus atau lengkapnya Systemic Lupus Erythematosus (SLE), merupakan suatu penyakit autoimun di mana sistem imunitas penderita menyerang sel dan organ pada tubuhnya sendiri. Lupus dikenal juga sebagai penyakit multi sistem karena dapat berefek pada jaringan dan organ yang berbeda-beda di dalam tubuh penderitanya. Beberapa penderita lupus bisa memiliki manifestasi penyakit yang ringan dan bisa ditangani dengan obat-obatan sederhana saja. Tapi pada beberapa penderita dapat sampai terjadi kondisi yang mengancam jiwa. Lupus termasuk penyakit kronis yang ditandai oleh adanya episode remisi, relapse atau flare; saat gejala dari penyakit ini timbul.
Fakta Tentang Lupus
- Saat ini ada sekitar 1,5 juta orang di AS dan sekitar 5 juta orang seluruh dunia menderita lupus.
- Di Indonesia diperkirakan lebih dari 10.000 orang terdiagnosis SLE kurang lebih dalam 30 tahun terakhir. Tapi bisa saja ini puncak dari gunung es saja.
- Lupus lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan perbandingan 9:1. Alasan mengapa lebih banyak penderita wanita, belum sepenuhnya dimengerti.
- Sekitar 90% antara usia 15 to 50 tahun dengan puncak insidensi penyakit ini terjadi pada usia pubertas.
- Faktor resiko penyakit lupus bersifat genetik dan sama sekali bukan penyakit menular.
- Prognosis penderita lupus kini jauh lebih baik dibandingkan dengan masa lalu karena meningkatnya pemahaman dan lebih akuratnya pemeriksaan sehingga diagnosis dapat ditegakkan lebih dini. Obat-obat lupus pun kini semakin efektif dan semakin aman dibandingkan dulu.
Pada abad ke 12 Masehi, ada seorang ahli bedah bernama Rogerius Frugardi yang mengenali adanya luka pada kaki yang tidak dapat disembuhkan dan dia sebut sebagai “lupula”. Dari dasar katanya sendiri lupula bisa juga berarti serigala. Setelah pengetahuan semakin berkembang, baru akhirnya diketahui bahwa yang ditemukannya itu adalah bagian dari penyakit lupus seperti yang kita pahami sekarang.
Penyebab dan Faktor Resiko Lupus
- Faktor genetik. Seperti penyakit autoimun lainnya, faktor resiko penyakit lupus bersifat genetik. Hubungan tingkat pertama (first relatives) seperti ibu, ayah, saudara kandung, memiliki resiko 8-9 kali terkena lupus, dan sepasang kembar akan beresiko 3-10 kali lebih besar bila saudara kembarnya terkena lupus.
- Faktor Lingkungan. Walau pun demikian tidak menjamin seorang dengan faktor genetik harus terkena lupus juga. Ada kemungkinan 30-50% dia tidak terkena, karena faktor lingkungan juga memegang peranan yang besar. Yang dimaksud dengan faktor lingkungan di sini seperti obat-obatan, racun, pola makan, paparan sinar UV, dll.
- Obat-Obatan. Lebih khusus mengenai obat-obatan yang sudah terlaporkan dapat mencetus lupus adalah procainamide, hydralazine, minocycline, phenytoin, dan isoniazid. Serta beberapa obat-obat baru seperti etanercept, infliximab, dan adalimumab. Lupus yang tercetus oleh obat-obatan biasanya akan hilang dengan sendirinya ketika konsumsi obat pencetus dihentikan.
- Terkait menstruasi & kehamilan. Banyak wanita penderita lupus mengalami gejala atau keluhan lupus yang lebih parah pada saat ovulasi dan awal menstruasi. Hal ini diketahui disebabkan oleh peran estrogen, walau pun penderita lupus dapat aman-aman saja menggunakan pil KB yang berisi estrogen. Sementara kehamilan bukan merupakan pencetus lupus, tapi bila lupus menjadi aktif saat kehamilan akan meningkatkan resiko terjadinya keguguran. Ibu dengan antibody SSA (anti-Ro antibody) yang positif akan menyebabkan lupus neonatorum atau neonatal lupus pada anaknya.
12 Tanda dan Gejala Lupus
Saat awal mula penyakit lupus terjadi, tanda dan gejalanya sangat umum sehingga sulit sekali untuk ditegakkannya diagnosis lupus yang terkadang seperti flu-like syndrome biasa saja. Lengkapnya anamnesis untuk menggali ke-12 tanda di bawah menjadi kunci bagi dokter untuk menegakkan diagnosis:
1. Fatigue atau lemah. Adalah tanda yang paling umum terjadi, dan sering menjadi keluhan yang tersisa setelah pengobatan acute flares (lupus yang kambuh).
2. Demam. Demam yang terjadi biasanya ringan, jarang melebihi 38.9⁰C. Tapi tetap saja semua demam yang terjadi akan dianggap sebagai kejadian infeksi terlebih dahulu sebelum ada bukti sebaliknya.
3. Sakit otot (myalgia). Keluhan ini sangat sering terjadi baik saat awal penyakit atau pun ketika akan terjadi acute flare.
4. Sakit sendi (athralgia). Sakit pada sendi dapat terjadi baik dengan atau tanpa adanya peradangan sendi. Athralgia tanpa peradangan sendi merupakan keluhan yang juga sering terjadi, terutama pada kedua sisi dari tubuh. Sendi yang sering dikeluhkan nyeri adalah sendi-sendi pada tangan, pergelangan tangan, lutut; mirip seperti penyakit rheumatoid arthritis. Penderita lupus yang harus mendapatkan terapi steroid dosis tinggi dapat menderita kondisi pelannya aliran darah ke tulang dan akhirnya mencetus kematian tulang yang dikenal dengan avascular necrosis. Otot pun akan meradang dan terasa sangat nyeri, mencetus rasa lemah yang lebih berat lagi.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
6. Ginjal dan saluran kemih. Penyakit ginjal pada penderita lupus dikenal juga dengan lupus nephritis, dapat terjadi dari keluhan ringan sampai berat; di mana pada kasus berat penderita sampai harus mendapatkan layanan cuci darah (hemodialysis). Terkadang sampai dibutuhkan biopsi ginjal untuk penegakan diagnosisnya.
7. Jantung dan pembuluh darah. Sering terjadi peradangan pada pembungkus jantung (pericarditis) yang mencetus nyeri dada yang menyerupai gejala serangan jantung. Katup jantung juga dapat bermasalah dan sering terjadi pengerasan pembuluh darah (atherosclerosis) yang mencetus angina atau nyeri pada dada dan serangan jantung. Pembuluh darah perifer juga bisa terganggu karena terjadi kekakuan pembuluh darah dengan gejala ujung tangan dan kaki menjadi membiru yang disebut dengan Raynaud’s phenomenon. Kondisi ini biasa tercetus akibat faktor emosi, nyeri, dan lingkungan yang dingin.
8. Sistem Syaraf. Gangguan sistem syaraf terjadi pada 15% pasien lupus yang terdiri dari cerebral lupus, lupus cerebritis, sindroma psikiatri akut dan gangguan syaraf lainnya. Gejala bisa berupa kejang, kelumpuhan, depresi, psikosis dan strokes. Walau pun jarang peradangan saraf spinal bisa juga terjadi yang dapat mencetus kelumpuhan.
9. Paru-paru. Lebih dari 50% pasien lupus memiliki penyakit paru-paru dengan yang paling sering adalah peradangan bungkus paru-paru (pleuritis) yang dapat juga menjadi efusi pleura; dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada. Keluhan ini mirip dengan keluhan pneumonia atau radang paru-paru. Walau pun pasien lupus juga dapat menderita pneumonia sebagai efek samping terapi immunosuppressant.
10. Darah dan sistem limpatik. Sekitar separuh pasien lupus menderita anemia dan separuh pasien lupus menderita trombositopeni dan leukopenia. Kondisi ini dapat mencetus perdarahan spontan, lebam di kulit, dan flebitis.
11. Sistem pencernaan. Banyak pasien lupus menderita sariawan di mulutnya. Banyak juga yang mengeluhkan nyeri perut akibat adanya peradangan atau infeksi pada saluran pencernaan.
12. Mata. Mata kering sangat umum terjadi pada pasien lupus. Peradangan atau kerusakan pada retina walau pun jarang, bisa juga terjadi pada pasien lupus.
Kapan Mencari Pertolongan Medis
Dari ke-12 tanda dan gejala dari lupus di atas, seseorang harus mencari pertolongan medis bila terjadi hal-hal seperti di bawah walau pun belum tentu suatu manifestasi dari lupus; seperti: demam tinggi, sakit kepala yang tidak biasanya, ada darah dalam urin, sakit dada, nafas sesak, tungkai bengkak, terasa lemah pada otot muka, lengan, atau kaki, nyeri perut yang tidak biasa, nyeri sendi yang tidak biasa, sering keguguran, dan adanya gangguan penglihatan.
Diagnosis Lupus
Seperti yang disebutkan di atas, bahwa penegakan diagnosis terkadang sangat sulit, sehingga dibuatlah panduan penegakan diagnosis untuk lupus. Ada 11 kriteria untuk klasifikasi, di mana pasien harus memenuhi setidaknya 4 kriteria untuk dikatakan menderita lupus. Ke-11 kriteria tersebut adalah: (1) malar rash, (2) discoid rash, (3) sensitif terhadap cahaya, (4) sariawan di mulut, (5) arthritis, (6) serositis atau peradangan pada bungkus paru (pleuritis), bungkus jantung (pericarditis) atau bungkus perut (peritonitis), (7) penyakit ginjal atau nefritis, (8) gangguan syaraf, (9) gangguan atau kelainan darah, (10) kelainan imunologis, serta terjadi (11) pemeriksaan positif pada Anti-Nuclear Antibody (ANA-test). Sebagian besar penderita lupus memiliki hasil test ANA yang positif.
Penanganan Lupus
Dilakukan Sendiri
- Meminum obat yang diberikan oleh dokter.
- Istirahat yang cukup, terutama ketika terjadi flares.
- Melatih otot dan sendi menghindari kekakuan dan peradangan.
- Bila keluar rumah dan berpotensi terpapar sinar matahari, sebaiknya memakai lotion tabir surya (sunscreen) dengan SPF tinggi yang dapat menahan UV-A dan UV-B.
Dilakukan Dokter
- Dokter akan memberikan NSAID (Non Steroid Anti Inflammation Drugs) atau OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid), dan memantau ketat pemberiannya.
- Terkadang dokter memberikan obat yang bukan immuno-suppressant seperti azathioprine atau cyclosphosphamide.
- Dokter bisa juga memberikan obat antimalarial (hydroxyl-chloroquine) untuk penderita yang tidak berespon baik terhadap OAINS. Obat antimalarial ini menunjukkan hasil penurunan angka kambuhan (acute flares).
- Memberikan obat baru seperti belimumab untuk pasien dewasa yang memiliki test active-autoantibody yang positif.
- Beberapa pasien berespon baik bila diberikan suplemen makanan seperti DHEA dan Echinacea.
- Untuk yang sensitif terhadap paparan matahari, dokter dapat memberikan steroid topikal untuk dioleskan pada kulit.
- Serta dokter akan memberikan obat-obat lainnya untuk mengatasi gejala-gejala dan keluhan-keluhan lainnya.
Pencegahan Lupus
Lupus tidak dapat dicegah 100%. Tapi seseorang yang mengetahui memiliki genetik penyakit lupus, dapat menghindari pencetus atau faktor-faktor lingkungan yang dapat membuat dirinya terkena lupus juga. Kemudian penting bagi penderita lupus untuk mencegah agar tidak terlalu sering terjadi acute flares atau relapse. Kunci sukses merawat lupus adalah rutin berkonsultasi dan memeriksakan diri ke dokter.
IKM 207-04