Hypersomnia adalah kondisi seseorang yang sering atau selalu merasa sangat mengantuk di siang hari. Bahkan bisa terjadi setelah tidur malam yang cukup. Dalam bahasa Inggris sering disebut juga sebagai EDS (excessive daytime sleepiness). Kondisi hypersomnia ini bisa merupakan primer atau pun kondisi sekunder di mana kondisi tersebut disebabkan oleh kondisi atau masalah medis lainnya di tubuh penderita. Hypersomnia primer sendiri dikatakan sebagai idiopathic hypersomnia atau kondisi disebabkan oleh sesuatu yang tidak bisa dipastikan. Penderita hypersomnia sudah pasti sulit untuk berfungsi dan beraktivitas normal di siang hari, karena secara periodik mereka merasa sangat letih, hilang tenaga, dan konsentrasi menurun, persis seperti orang yang sangat mengantuk dan membutuhkan tidur.
Berbeda dengan narcolepsy yang disebabkan oleh kondisi neurologis yang dapat mengakibatkan serangan mengantuk secara tiba-tiba yang tidak dapat dilawan, penderita hypersomnia dapat melawan rasa kantuknya dan bisa untuk tetap terjaga. Namun tentunya dengan merasa sangat letih, mengantuk, dan ingin segera tidur. Penyebab hypersomnia primer sulit untuk ditentukan sehingga sering disebut sebagai “idiopatik”. Ilmuan hanya mengetahui kondisi ini terjadi karena ada masalah di dalam sistem otak yang mengontrol fungsi tidur dan terjaga. Sementara hypersomnia yang diketahui penyebabnya dan merupakan akibat dari kondisi medis lain adalah hypersomnia sekunder.
Penyebabnya hypersomnia akibat dari kondisi lain ini dibagi menjadi 3 kelompok:
1. Karena memiliki gangguan tidur (sleep disorder).
- Insomnia. Adalah kondisi yang sulit untuk mulai tertidur, atau sulit untuk tetap tertidur, menyebabkan penderita sangat kurang waktu tidurnya dan rendah kualitas tidurnya.
- Sleep apnea. Adalah kondisi terjadinya henti bernafas pada saat tidur di malam hari sampai membuat penderita terjaga agar bisa bernafas normal kembali.
- Circadian rhythm sleep-wake disorder atau gangguan irama tidur dan terjaga tubuh. Adalah kondisi yang bisa terjadi bagi mereka yang melakukan perjalanan lintas benua dan lintas wilayah dengan perbedaan waktu.
- Sleep debt atau utang tidur. Adalah kondisi ketika seseorang sering kurang tidur atau begadang di malam hari, sehingga senantiasa mengantuk di siang hari.
- Restless leg syndrome. Adalah kondisi rasa pegal atau nyeri pada tungkai bawah saat mulai tidur atau saat sudah tidur, sehingga membuat penderitanya sulit untuk tertidur atau menjadi sering terjaga dan sulit untuk tertidur kembali.
- Kleine-Levin syndrome. Adalah kondisi penderitanya yang membutuhkan tidur sampai 20 jam per hari untuk beberapa minggu. Penyebab dari sindroma ini masih merupakan misteri bagi para ahli.
2. Karena penyakit atau kondisi medis pada fisik penderita.
Yang termasuk di sini seperti penyakit infeksi, Parkinson’s disease, cedera otak akibat trauma, penurunan fungsi tiroid, CFS (chronic fatigue syndrome), gagal ginjal, kencing manis, dll.; di mana semua kondisi tersebut dapat membuat rasa mengantuk di siang hari akibat seringnya membuat penderita mengalami insomnia.
3. Karena adanya masalah pada psikis penderita.
Yang termasuk di sini seperti bipolar disorder, depresi, kecemasan berlebih, stres yang tinggi, dll. Kondisi psikis ini juga dapat membuat penderita kurang tidur di malam hari sehingga mencetus hypersomnia.
4. Karena pengaruh obat dan konsumsi alkohol.
Obat-obatan golongan opioid dan narkotik serta konsumsi alkohol sudah diidentifikasi dapat membuat seseorang mengalami hypersomnia.
Faktor Resiko Hypersomnia
Orang-orang dengan kondisi yang dapat membuat mereka merasa letih di siang hari adalah yang paling beresiko terkena hypersomnia. Yaitu mereka yang memiliki penyebab-penyebab yang di bahas di atas. Menurut American Sleep Association (ASA), hypersomnia lebih beresiko terjadi pada pria dibandingkan wanita. Hal ini mungkin disebabkan karena penyebab-penyebab pencetus hypersomnia tersebut lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Ditambahkan oleh ASA, bahwa mereka yang aktif merokok dan kecanduan alkohol juga berkesempatan lebih besar memiliki resiko terkena hypersomnia di dalam hidupnya, di mana resiko tersebut bertambah besar seiring dengan waktu, kecuali mereka bisa berhenti merokok dan berhenti mengkonsumsi alkohol.
Tanda dan Gejala Hypersomnia
Banyak orang normal yang sesekali merasa tidak begitu bertenaga dan ingin segera beristirahat di siang hari. Hal ini belum tentu dikatakan sebagai hypersomnia. Namun bila rasa mengantuk di siang hari tersebut terjadi secara rutin, bahkan setelah tidur malam yang cukup, barulah dikategorikan sebagai hypersomnia. Gejala paling utama dari hypersomnia adalah rasa letih yang terus menerus. Lalu penderita walaupun sering melakukan aktivitas tidur siang, namun tetap tidak menghilangkan rasa mengantuknya. Mereka juga lebih sulit dibangunkan bila sudah lama tertidur, dibandingkan orang yang tidak memiliki hypersomnia. Gejala lainnya yang juga bisa muncul adalah: tidak bertenaga (low energy), gampang marah, memiliki rasa cemas berlebih, kehilangan nafsu makan, sulit berkonsentrasi, lambat dalam berfikir dan berbicara, kesulitan mengingat, dan kesulitan mengoperasikan mesin atau kendaraan bermotor.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Sudah jelas bila seseorang mengalami rasa kantuk luar biasa di siang hari dan dikeluhkan secara rutin, maka ia harus mencari pertolongan medis ke seorang sleep specialist atau dokter yang mendalami ilmu tentang tidur. Di Indonesia biasanya merupakan seorang dokter spesialis syaraf. Alasan untuk mencari pertolongan medis tersebut di antaranya:
- Hypersomnia terjadi walaupun sudah tidur malam dalam waktu yang cukup panjang.
- Rasa kantuk di siang hari tersebut sudah mengganggu kemampuan untuk berfungsi secara normal seperti sulit berkonsentrasi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
- Sudah terjadi gangguan daya ingat, membuat keputusan, dan kemampuan untuk menganalisa.
- Waktu bereaksi menurun seperti ketika berkendara sehingga rentan terjadi kecelakaan.
- Memiliki keluhan insomnia, sleep apnea, dan mengorok saat tidur malam.
Penegakan Diagnosis Hypersomnia
Dibutuhkan informasi yang kongkrit dari penderita agar dokter dapat menegakkan diagnosis hypersomnia. Sehingga ada beberapa alat bantu yang biasa digunakan dokter:
- Sleep diary atau catatan tentang tidur dan terjaganya penderita yang harus diisi secara jujur dan benar.
- Epworth Sleepiness Scale yang merupakan skala rasa mengantuk yang dirasakan penderita pada kondisi-kondisi tertentu untuk menilai tingkat keparahan hypersomnia.
- Multiple sleep latency test (MSLT) adalah pengukuran gelombang otak pada saat tidur siang, untuk mengetahui jenis tidur dan kelainannya yang dimiliki oleh penderita.
- Polysomnogram yang mirip dengan MSLT namun dilakukan sepanjang tidur malam. Yang direkam adalah aktivitas otak, gerakan mata, denyut jantung, level oksigen dan fungsi pernafasan.
Hal yang Harus Disampaikan Penderita
Saat berkonsultasi dengan dokter, penderita harus bercerita secara menyeluruh dan menyampaikan hal-hal di bawah agar memudahkan dokter menegakkan diagnosis dan menentukan langkah penanganannya.
- Riwayat kebiasaan tidur dan terjaga setiap harinya, bila perlu membawa sleep diary.
- Gejala yang terjadi selama tidur seperti insomnia, sleep apnea, mengorok, dll.
- Gejala pada fisik, seperti rasa sakit, pegal-pegal, atau malah sudah menderita CFS (chronic fatigue syndrome).
- Kondisi medis yang didertia seperti yang dijelaskan di atas.
- Masalah psikis yang diderita seperti yang dijelaskan di atas.
- Penggunaan obat-obat golongan narkotika dan kebiasaan merokok.
Penanganan Hypersomnia
Hampir semua penyebab hypersomnia dapat diobati, walaupun beberapa di antaranya membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan lainnya. Serta sudah jelas bahwa penanganan hypersomnia sekunder adalah dengan mengatasi atau menangani penyebabnya. Berbeda dengan hypersomnia primer yang lebih sulit untuk ditangani. Selain mengatasi kondisi penyebab, kondisi hypersomnia juga bisa diringankan dengan memberikan obat-obatan seperti dalam menanganai kasus narcolepsy. Termasuk di dalamnya pemberian amphetamine, methylphenidate, dan modafinil. Ketiga obat ini golongan narkotik bersifat stimulan yang dapat membantu penderita lebih mudah terjaga dan berkurang rasa kantuknya. Namun yang jauh lebih penting dan kritikal adalah penderita harus bisa merubah gaya hidup dan mengatur pola tidurnya.
Mencegah Hypersomnia
Hanya hypersomnia sekunder yang dapat dicegah, yaitu dengan cara menghindari semua pencetus dan faktor resiko yang sudah dijelaskan di atas. Dengan menjalani gaya hidup yang sehat yaitu dengan (1) mengatur diet yang sesuai dengan kondisi kesehatan, (2) berolahraga secara rutin dan terukur, (3) tidur dengan waktu yang cukup dan juga berkualitas, (4) mengatasi dan memanfaatkan stres, serta (5) menjalani hidup yang bahagia, ditambah dengan berhenti merokok dan menjauhi asap rokok orang lain, termasuk rokok elektronik/vape; akan dapat mencegah seseorang untuk terkena hypersomnia.
Hidup dengan Hypersomnia
Bagi yang sudah memiliki hypersomnia, ada beberapa tips yang dapat dilakukan. Tentunya tips ini dapat dipraktekkan sambil berusaha mengatasi penyebab terjadinya hypersomnia.
- Cukupkan minum, karena rasa kantuk di siang hari sering muncul karena seseorang kurang minum dan tidak terhidrasi sempurna.
- Minum kopi, dapat juga menjadi pilihan dalam mengatasi rasa kantuk sebagai stimulan meningkatkan kesiagaan. Sifat stimulan dari kopi dapat meningkatkan aktivitas di otak. Tapi jangan sampai terlalu banyak, karena dapat terkena efek samping dari caffeine itu sendiri.
- Tidur siang. Sempatkan tidur siang di waktu istirahat selama 10-15 menit, maksimal 30 menit. Dengan menidurkan diri, rasa mengantuk akan jauh berkurang.
- Bawa tubuh bergerak dengan cara bangkit berdiri dari kursi tempat kerja, berjalan di seputaran ruangan kantor, atau cari alasan untuk pergi ke ruangan lain. Lebih baik lagi bila naik turun lantai dengan menggunakan tangga. Aktif secara fisik, akan mengurangi sampai bisa menghilangkan kantuk.
- Sibukkan diri dalam kondisi apa pun. Jangan biarkan diri hanya duduk di meja tanpa melakukan aktivitas apa-apa, karena secara instant bisa memancing rasa kantuk untuk kembali lagi.
- Dengarkan musik, baik dari radio ataupun pilihan musik kesukaan. Pilihlah musik dengan tempo cepat yang dapat membangkitkan semangat. Sebelumnya pastikan diizinkan untuk mendengarkan musik di tempat kerja Anda.
- Jangan makan siang terlalu kenyang. Makan yang terlalu kenyang akan menyebabkan rasa kantuk, yang terkadang sampai sulit untuk dilawan. Hindari juga yang manis-manis saat makan siang.
- Lokasi tempat bekerja diatur agar terang, lebih baik lagi terang dari sinar matahari, karena ruang yang temaram akan membuat otak menjadi rileks dan terbawa dalam mode seperti akan tidur.
- Cuci muka. Dengan membasahi muka apa lagi dengan air dingin, akan membantu mengurangi rasa kantuk. Bagi yang muslim baik juga untuk berwudhu yang sampai membasahi kepala.
- Hidupkan kipas angin bila memungkinkan dan udara tidak terlalu dingin. Hembusan angin ke muka juga membantu mengurangi rasa kantuk.
©IKM 2023-01