Menopause sebenarnya merujuk pada waktu ketika seorang wanita berhenti mengalami menstruasi dan sudah terjadi selama 12 bulan berturut-turut. Dalam bahasa Inggris sering disebut sebagai “the change of life” atau perubahan hidup bagi seorang wanita, karena ia tidak bisa lagi untuk hamil. Sebelum mengalami menopause, seorang wanita akan menjalani masa perimenopause yang merujuk pada masa terjadinya perubahan pada tubuh dan organ reproduksi wanita sebagai proses masuk ke waktu menopause. Menopause bukan penyakit dan merupakan proses alamiah menjadi tua bagi seorang wanita, yang tidak dapat dicegah. Bila tidak ada hal yang mengganggu, kondisi medis ini tidak perlu mendapatkan pengobatan.
Fakta Tentang Menopause
- Walau pun menopause bisa terjadi sejak usia 40 yang dialami oleh 1% wanita dan disebut sebagai menopause prematur, tapi ada juga yang bertahan hingga usia hampir 60 tahun baru mengalami menopause.
- Wanita abad 20-21 mengalami menopause antara usia 45-55 tahun dengan rata-rata terjadi pada usia 51 tahun.
- Perimenopause sendiri bisa terjadi sejak usia 30 tahun sampai awal 50-an, dengan durasi antara 2-10 tahun.
- Menopause terjadi lebih cepat pada wanita perokok atau hidup dengan asap rokok, tidak pernah hamil, dan mereka yang tinggal di dataran tinggi seperti di pegunungan.
1. Penyebab alamiah
Ketika lahir, seorang anak perempuan memiliki 1-3 miliar telur di dalam kedua ovariumnya. Jumlah ini terus berkurang dan tersisa sekitar 400 ribu telur ketika ia mulai mengalami menstruasi (menarche). Selain keluar saat ovulasi setiap bulannya karena efek dari hormon FSH (follicle-stimulating hormone), sebagian besar telur diserap kembali oleh tubuh dengan proses yang disebut atresia. Pada masa perimenopause jumlah sel telur tinggal sekitar 100 ribu saja. Pada saat inilah terjadi perubahan hormonal yang kompleks di dalam tubuh wanita, dimulai dengan meningkatnya resistensi telur terhadap FSH. Hal ini mencetus ovarium terkadang memproduksi estrogen dalam jumlah besar tapi dalam waktu lain terjadi penurunan produksi estrogen. Sampai masanya hormon estrogen dan progesterone terus turun pada level yang menyebabkan siklus menstruasi berhenti sama sekali.
2. Penyebab non alamiah
Semua penyebab non alamiah yang menyebabkan berhentinya aktivitas pada ovarium dapat menyebabkan seorang wanita menopause lebih cepat dan biasanya akan mengalami gejala yang lebih terasa. Penyebab non alamiah tersebut di antaranya:
Operasi pengangkatan ovarium, terapi radiasi atau menjalani kemoterapi, memiliki keturunan menopause dini (genetik), lemak tubuh yang sangat sedikit, dan akibat merokok atau hidup dengan asap rokok yang dapat membuat menopause datang 1½ tahun lebih cepat.
Menopause dan Efeknya
Apa pun penyebab terjadinya menopause, akan terjadi penurunan/penghentian produksi hormon estrogen. Hormon ini mempengaruhi banyak organ dan sistem di dalam tubuh wanita termasuk pembuluh darah, jantung, tulang, payudara, rahim, sistem saluran kemih, kulit, bahkan otak. Sehingga kelangkaan hormon estrogen akan mencetus berbagai macam gejala dan keluhan. Selain estrogen, ovarium juga akan berhenti memproduksi testosterone yang bertanggung jawab terhadap libido seorang wanita.
Tanda dan Gejala Perimenopause
Beberapa wanita hanya mengeluhkan gejala yang minimal dan dapat terabaikan, tapi sebagian lagi mengalami gejala yang sangat jelas sampai mengganggu kesehariannya. Gejala perimenopause dapat bertahan 2-5 tahun, bahkan sebagian kecil terjadi selama masa perimenopause; seperti:
- Keluarnya darah menstruasi yang lebih banyak dari biasa; yang disebabkan oleh kondisi ketika estrogen dan/atau progesterone diproduksi lebih tinggi dari normal.
- Berkurangnya frekuensi dan durasi menstruasi; yang disebabkan oleh kondisi ketika estrogen dan/atau progesterone diproduksi lebih rendah dari normal.
- Hot flashes; efek dari hilangnya efek estrogen pada kulit. Hot flashes merupakan gejala yang paling umum dirasakan di mana terjadi pada 75% wanita. Gejala bisa terjadi seperti rasa hangat pada seluruh tubuh selama 30 detik sampai beberapa menit, kulit menjadi memerah, dan produksi keringat meningkat.
- Insomnia; yang terjadi akibat timbulnya hot flashes.
- Palpitasi (jantung berdegup lebih cepat); efek dari hilangnya efek estrogen pada jantung.
- Payudara mengendur dan bentuknya berubah; efek dari berkurangnya efek estrogen pada payudara.
- Vagina menjadi kering; efek dari berkurangnya estrogen pada kelenjar Bartholin. Gejala ini akan mencetus dyspareunia atau nyeri ketika berhubungan seks.
- Inkontinensia urine; efek dari hilangnya efek estrogen pada sistem saluran kemih.
- Dan efek dari berkurangnya estrogen pada otak akan mencetus sakit kepala, perubahan emosi, serta kesulitan mengingat sesuatu dan kesulitan berkonsentrasi.
Turunnya kadar estrogen sebenarnya berefek positif di mana resiko seorang wanita terkena beberapa jenis kanker juga akan berkurang. Tapi efek hilangnya estrogen dapat mencetus hal-hal sbb.:
- Osteoporosis; karena kelangkaan estrogen akan mempercepat proses pengeroposan tulang. Puncak kepadatan tulang wanita terjadi pada usia 26 tahun, yang akan menurun 0,13% per tahun. Pada masa perimenopause penurunan menjadi 3% pertahun dan memasuki menopause kepadatan tulang terus berkurang 2% setahun sampai akhir hayatnya.
- Pengkeriputan kulit; karena kelangkaan estrogen mencetus turunnya produksi collagen yang bertugas membuat kulit tetap kencang.
- Penipisan epitel vagina dan saluran kemih; akibat turunnya produksi collagen, yang membuat aktivitas seksual menjadi sulit dan nyeri, serta mempertinggi resiko terkena infeksi pada vagina dan saluran kemih.
- Masalah pada gigi dan gusi; kelangkaan estrogen juga membuat menurunnya kekuatan jaringan ikat sehingga gigi mudah copot dan meningkatkan resiko penyakit gusi.
- Penyakit jantung dan pembuluh darah; yang terjadi juga karena menurunnya kekuatan jaringan ikat dan peningkatan cholesterol LDL, akibat kelangkaan estrogen. Ini membuat penyakit jantung dan pembuluh darah (CVD) meningkat pada wanita pasca menopause.
- Peningkatan berat badan; rata-rata terjadi peningkatan 2,5kg setiap 3 tahun pada wanita pasca menopause.
Kapan Mencari Pertolongan Medis
- Ketika menyadari telah masuk pada masa perimenopause, seluruh wanita harus menjalani general medical checkup, untuk persiapan waktu menopause dan mencagah efek samping berbahaya. MCU ini juga termasuk screening resiko CVD, breast exam dan mammogram, pelvic exam, serta bone densitometry (kepadatan tulang).
- Ketika alat kontrasepsi harus diperbaharui atau diganti, karena sangat tidak dianjurkan seorang wanita untuk hamil pada masa perimenopause.
- Bila darah menstruasi menjadi sangat banyak, atau frekuensi menjadi lebih sering, atau durasi menstruasi memanjang sampai lebih dari 1½ kali dari biasanya, atau kembali menstruasi setelah berhenti 6 bulan berturut-turut.
- Terjadi menstruasi pada saat menjalani terapi sulih hormon (hormone replacement therapy).
- Bila tanda dan gejala di atas sudah mengganggu keseharian dan keharmonisan berumah tangga serta bila terjadi tanda-tanda infeksi pada vagina atau saluran kemih.
- Bila membutuhkan konfirmasi menopause dengan melakukan pemeriksaan FHS, estrogen, dan TSH (Thyroid stimulating hormone).
Terapi Sulih Hormon (Hormon Replacement Therapy)
HRT hanya dapat diberikan kepada wanita pada masa perimenopause, bukan pasca menopause. Juga hanya bisa diberikan bila tidak ada kontra indikasi. Jenis dari HRT yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan menghilangkan keluhan yang dialami. HRT dapat berupa pil kontrasepsi, levonorgestrel IUD (IUD yang melepas hormon progesterone ke rongga rahim), estrogen therapy (ET), atau bioidentical hormones yang masih dalam tahap penelitian. Selama mendapatkan HRT harus senantiasa berada dalam pemantauan dan pemeriksaan rutin dokter karena HRT memiliki efek samping seperti dapat mencetus serangan jantung, stroke, batu empedu, meningkatnya kadar trigliserida, kanker payudara dan kanker rahim.
Menghadapi Perimenopause dan Menopause
Berikut yang dapat dilakukan membantu menghadapi masa-masa tersebut:
- Mengatasi gejala secara umum dengan makan teratur, hindari konsumsi tinggi caffeine dan alkohol, teratur berolah raga, cukupkan istirahat, kontrol stres, dan buat hati senantiasa bahagia.
- Mengatasi hot flashes dengan berpakaian secara nyaman dengan bahan yang menyerap keringat, hindari berada dalam ruangan yang terlalu panas, tidak tidur dengan selimut yang tebal, minum minuman dingin, tidak makan terlalu banyak, menghindari alkohol, serta jangan merokok dan menghindari asap rokok orang lain.
- Menghindari osteoporosis, dengan mengkonsumsi 1200-1500 mg elemental calcium, dan 800 mg vitamin D secara rutin setiap hari. Kalsium harus dibagi menjadi beberapa dosis, karena usus hanya dapat menyerap sekitar 500 mg dalam satu proses. Makanan tinggi calcium itu adalah; susu, yogurt, cheddar cheese, ikan salmon, brokoli, dll. Yang alami lebih baik karena diserap lebih baik, tidak memperberat kerja ginjal, dan tidak beresiko over dosis.
- Melakukan Kegel exercises untuk mencegah inkontinensia urine dan keharmonisan aktivitas seksual.
- Untuk mengatasi gangguan aktivitas seksual, juga dapat dengan menggunakan pelumas setiap berhubungan seks atau menggunakan low-dose vaginal estrogen berbentuk krim, tablet, atau ring; yang dapat mengurangi kekeringan dan perubahan jaringan pada vagina.
- Mengkonsumsi obat non hormonal dari dokter seperti, clonidine (obat hipertensi) & gabapentin (obat anti kejang); yang dapat mengurangi efek hot flashes, ospemifene untuk menghilangkan dyspareunia (nyeri ketika berhubungan seks), atau antidepressant bila terjadi depresi.
- Menggunakan terapi alternatif. Di antaranya mengkonsumsi black cohost (maksimal penggunaan 6 bulan). Bisa juga estrogen bersumber pada tumbuhan (plant estrogens) seperti isoflavone yang terdapat pada protein kedelai, dengan banyak mengkonsumsi tahu dan tempe. Serta Herbal lainnya yang juga tercatat seperti dong quai, cengkeh merah, chasteberry, yam cream, dan kava. Selain itu juga dapat menggunakan akupunktur, refleksi, dll.
Penutup
Seperti yang dijelaskan pada pendahuluan, bahwa perimenopause dan menopause walau pun merupakan suatu kondisi medis, tapi bukan suatu penyakit. Banyak wanita dengan keikhlasannya menjalani prose alamiah tersebut, tidak sampai mengeluhkan kondisi yang berarti dan tidak perlu sampai mendapatkan pertolongan medis. Tapi seperti pada kondisi medis lainnya, setiap individu selalu berbeda. Jadi bila memang memerlukan bantuan medis atau mendapatkan terapi, carilah terapi dan pertolongan medis yang benar, tidak mencoba-coba serta harus mengerti segala efek samping yang mungkin ditimbulkannya.
IKM 2017-03