Sudah banyak sekali tulisan yang dapat kita baca membahas mengenai botol minuman atau kemasan makanan berbahan dasar plastik. Tidak sedikit juga penelitian yang sudah melaporkan mengenai efek samping dari kemasan plastik ini. Kemasan makanan dan minuman dari plastik bisa dipastikan ada di setiap rumah di Indonesia, bahkan Anda sendiri pun mungkin termasuk orang yang menggunakannya setiap hari. Tahukah Anda tidak semua jenis plastik aman digunakan sebagai bahan pembuat kemasan makanan atau minuman? Bahkan ada yang tidak boleh dan berbahaya bagi kesehatan. Lebih jauh, tanpa kita sadari plastik bahkan banyak terdapat pada mainan anak-anak atau bahan lain yang sering kita masukkan ke dalam mulut seperti sedotan, sendok plastik, dll.
Fakta Tentang Kemasan Plastik
- Penelitian melaporkan dari 259 air minum dalam kemasan (AMDK) yang di kemas dalam botol plastik (di ambil dari 27 lots, 11 merk, di beli di 19 toko pada 9 negara berbeda); 93% menunjukkan tanda terkontaminasi oleh microplastics.
- Microplastics termasuk dalam golongan EDC (Endocrine Disruptive Chemical).
- Sehingga dilaporkan bahwa kita saat ini sangat mungkin mencerna microplastics dari kemasan atau wadah minuman, makanan, mainan, dan kosmetik.
- Hal ini membuat WHO, merasa perlu untuk meneliti dan meregulasi kembali seluruh kemasan plastik untuk makanan, minuman, kosmetik, mainan, dll.
EDC atau diterjemahkan bebas menjadi “zat kimia pengacau kerja hormonal” merupakan zat yang sangat merusak tubuh manusia dan dapat mencetus kanker. Bahkan dalam dosis kecil pun bisa mencetus beberapa kelainan pada tubuh manusia. Hal ini disampaikan oleh seorang profesor di bidang fisiologi dan endokrinologi reproduksi dari David Gaffendi School of Medicine University of California di LA bernama Nancy Wayne, PhD. Dengan teknologi pembuatan wadah plastik yang bisa menciptakan partikel berukuran mikro, justru tambah berbahaya bagi manusia karena lebih mungkin bisa tercerna dan terserap di tubuh. Partikel ukuran mikro pada plastik ini dikenal dengan istilah microplastics yang termasuk ke dalam EDC dan dibahas pada bagian bawah.
Berefek Pada Generasi Masa Depan
Sebuah penelitian terbaru oleh Endocrine Society melaporkan bahwa efek dari EDC bisa sampai pada generasi pendatang, karena terbukti menurunkan jumlah dan kualitas sperma seorang pria usia subur. Hal ini dicurigai bukan dari konsumsi yang bersangkutan saja, tapi terjadi sejak ia masih berada di dalam kandungan ibunya yang terpapar tinggi oleh EDC. Hal ini disampaikan oleh Radwa Barakat, BVSC, MSc, peneliti dari Faculty at the College of Veterinary Medicine at University of Illinois at Urbana-Champaign. Memang penelitian lanjutan masih perlu dilakukan untuk lebih banyak penelitian pada manusia, karena kini lebih banyak penelitian pada hewan percobaan. Pada tubuh manusia efek buruk EDC ini akan sangat bergantung pada jalur metabolisme hormon, besarnya paparan, dan apakah paparan terjadi pada saat kehamilan, usia pertumbuhan, atau setelah dewasa.
Plastik yang Berbahaya
Yang berbahaya bukan plastik secara keseluruhan, karena molekul polimer plastik terlalu besar untuk larut di dalam makanan atau minuman dan masuk ke dalam tubuh. Tapi plastik juga mengandung molekul berukuran mikro yang sangat mudah meresap ke dalam makanan dan minuman untuk kemudian masuk ke dalam tubuh manusia. Seperti yang disinggung di atas, kini dengan kemajuan teknologi, semakin banyak microplastics terdapat di dalam sebuah produk kemasan dari plastik, sbb.:
- Polycarbonate (PC). Jenis plastik yang pada food industry sering dibuat sebagai wadah untuk makanan, botol minuman, epoxy resin pelapis bagian dalam dari kaleng kemasan makanan, bahkan sebagai bahan dasar botol susu bayi. Polycarbonate dapat melepas microplastics berjenis Bisphenol-A (BPA), sebuah zat yang termasuk EDC.
- Polyvinylchloride (PVC). Merupakan jenis bahan sintetis yang paling tua di dunia, yaitu sejak tahun 1838 yang dikenalkan pertama kali oleh ahli fisika berkebangsaan Prancis bernama Henri Victor Regnault. Pada food industry jenis plastik ini biasa digunakan untuk membuat botol minuman, cling wrap dan tutup botol minuman atau selai. PVC sendiri sebenarnya bersifat keras dan biasa digunakan untuk pipa air dan saluran pembuangan. Agar menjadi fleksibel dan mudah dibentuk, PVC harus ditambahkan dengan plasticizers yang bisa sampai 40% dari keseluruhan bobot produk akhirnya. Plasticizer yang paling sering digunakan adalah phthalates, yang juga termasuk ke dalam zat EDC.
- Polystyrene (PS). Diperkenalkan satu tahun setelah PVC pada tahun 1839 oleh dokter berkebangsaan Jerman bernama Eduard Simon secara tidak sengaja, ketika ia sedang mempersiapkan obat dengan cara dibakar. Pada food industry PS digunakan untuk membuat alat makan, piring dan gelas plastik sekali pakai. Juga untuk membuat kemasan yoghurt. Dalam bentuk turunannya (polystyrene foam) atau lebih dikenal dengan Styrofoam sering digunakan membuat gelas plastik kopi pada café cepat saji. Di supermarket biasa dipakai untuk wadah sayuran dan buah-buahan. PS tidak sebahaya PC dan PVC, tapi sudah banyak peneliti yang mengkhawatirkan keamanannya.
Beberapa jenis plastik masih dianggap aman untuk saat ini. Tapi boleh jadi dengan bertambahnya penelitian, yang kini dianggap aman pun bisa menjadi berbahaya juga. Setidaknya, berikut daftar plastik yang masih dianggap aman tersebut.
- Polyethylene terephthalate (PET atau PETE). Diperkenalkan pertama kali oleh J. Rex Winfield dan James T. Dickson pada tahun 1940. Merupakan jenis plastik yang paling banyak digunakan di dunia saat ini. Pada food industry biasa digunakan sebagai bahan pembuat botol minuman air mineral dan minuman bersoda.
- Polypropylene (PP). Diperkenalkan pertama kali pada tahun 1951 oleh J. Paul Hogan dan Robert L. Banks dari perusahaan Phillips Petroleum. Ketika itu mereka berusaha merubah propylene menjadi bensin, tapi malah menemukan jenis baru dari plastik. Pada food industry biasa digunakan sebagai bahan pembuat tutup botol, botol yoghurt, dan kemasan mentega.
- High density polyethylene (HDPE). Dikenalkan pertama kali pada tahun 1953 oleh Karl Ziegler dan Erhanrd Hozkamp, ilmuan berkebangsaan Jerman untuk membuat pipa saluran air. Pada food industry saat ini HDPE biasa digunakan sebagai bahan pembuat botol susu, krim, dan yoghurt
- Low density polyethylene (LDPE). Merupakan turunan dari HDPE yang tidak sepadat HDPE. Pada food industry biasa digunakan sebagai bahan pembuat makanan cepat saji dan makanan beku, pelapis tahan air dari kotak susu, dan cling wrap.
Penomoran Plastik
Seperti diuraikan di atas, ada 7 jenis dan penamaan plastik yang ada saat ini dan menjadi jenis plastik dari berbagai macam barang yang ada di sekitar kita. Mulai dari perabotan rumah tangga, mainan anak, pernak-pernik perhiasan, wadah dan alat makan/minum, sampai kemasan untuk makanan dan minuman. Penomoran jenis plastik ini diperkenalkan pertama kali oleh Society of the Plastics Industry (SPI) pada tahun 1988 untuk membantu orang dalam mendaur ulang plastik; sehingga dikenal sebagai kode SPI (SPI Code). Karenanya nomor diletakkan di tengah logo segi tiga daur ulang. Terkadang di bawah logo juga ditulis singkatan dari jenis plastiknya. Penomorannya adalah sbb.:
- Nomor 1 è PETE atau PET (Polyethylene Terephthalate)
- Nomor 2 è HDPE (High-Density Polyethylene)
- Nomor 3 è PVC (Polyvinyl Chloride)
- Nomor 4 è LDPE (Low-Density Polyethylene)
- Nomor 5 è PP (Polypropylene)
- Nomor 6 è PS (Polystyrene atau Styrofoam)
- Nomor 7 è Other; adalah jenis lainnya seperti PC (Poly-carbonate, polyctide, acrylic, acrylonitrile butadiene, styrene, fiberglass, dan nylon)
Terkait dengan kepentingan daur ulang; nomor 1 dan 2 bisa didaur ulang dengan mudah. Nomor 3 dan 4 membutuhkan cara khusus untuk mendaur ulangnya. Sementara nomor 5, 6 dan 7 tidak dapat di daur ulang. Penomoran menggunakan kode SPI ini bukan mengindikasikan jenis bahan berbahaya (micro-plastics) yang terdapat di dalam bahan dari plastik. Tapi dapat sangat membantu kita untuk membedakan jenis plastik, lebih mengerti, dan bisa memutuskan jenis plastik yang tidak aman dan masih dianggap aman untuk digunakan. Terutama yang kontak baik langsung maupun langsung dengan makanan dan minuman. Dari uraian di atas, berarti kita harus menghindari plastik bernomor 3, 6 dan 7, dan masih bisa menggunakan plastik bernomor 1, 2, 4, dan 5 untuk dijadikan kemasan makanan dan minuman.
Industri Plastik vs. Regulator
Industri plastik berjuang keras melawan regulator agar produk mereka masih diizinkan untuk digunakan, karena industri kemasan makanan dan minuman ini merupakan multi-billionaire business. Jadi sangat banyak sekali konflik kepentingan dalam meregulasi kemasan dari plastik ini. Setiap tahun diproduksi 400 ribu ton phthalate dan lebih dari 2 juta ton BPA di seluruh dunia. Sehingga para pelaku industri banyak yang membiayai penelitian agar jenis plastik yang mereka produksi bisa dianggap aman. Sebaliknya tidak sedikit juga peneliti independen yang meneliti untuk menentang hasil penelitian dari kelompok “pembela” industri plastik ini. Karena masih sedikitnya bukti-bukti klinis akan bahaya microplastics ini, membuat regulators di banyak negara maju termasuk di AS kesulitan untuk melarangnya. Mereka baru bisa membatasi penggunaannya, dan membatasi paparan yang masih bisa dianggap aman pada tubuh manusia. Baca pada artikel sebelumnya mengenai kemasan makanan dan minuman dari plastik.
Penutup
Semuanya kembali kepada kita sebagai konsumen. Tidak ada yang bisa lebih peduli terhadap kesehatan diri dan keluarga selain diri kita sendiri. Oleh karenanya jadilah konsumen yang cerdas dan kritis. Cobalah luangkan waktu sebentar saja setiap kali membeli makanan dan minuman dalam kemasan, untuk membaca jenis plastik yang digunakan. Jangan mempertaruhkan kesehatan kita, walaupun harganya murah. Mungkin harganya murah, karena menggunakan kemasan yang murah juga dan belum tentu aman bagi kesehatan kita. Hindarilah kemasan atau wadah dan alat makan dan minum yang berkode SPI 3 (PVC), 6 (PS) dan turunannya (Styrofoam) serta 7 (Others/lainnya). Plastik berkode SPI 3 sering ditambahkan plasticizer dari phthalate, dan yang berkode SPI 7, sering mengandung BPA. Dua jenis microplastics yang dikategorikan sebagai EDC. Sementara plastik berkode 6, walaupun tidak mengandung kedua jenis microplastics di atas, sudah dikhawatirkan oleh para ilmuan bisa membahayakan kesehatan manusia. Bila sangat terpaksa tetap harus menggunakannya, maka setidaknya hindari menggunakan ketiga jenis plastik tersebut untuk makanan panas, karena microplastics akan lebih mudah terlepas bila plastik dipanaskan.
©IKM 2019-01