Polusi udara (air pollution) adalah partikel yang terdapat pada udara, yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan merusak lingkungan. Polusi udara ini bisa berasal dari hasil alami yang merupakan proses di alam, tapi justru bagian terbesarnya adalah hasil dari aktivitas dan peradaban manusia. Walaupun polusi udara tidak dikategorikan sebagai sebuah penyakit, tapi ia merupakan faktor kontribusi dari berbagai jenis penyakit yang dapat terjadi pada manusia. Dari semua kelompok umur, anak-anak dan manula adalah kelompok orang yang lebih sensitif dan lebih rentan terhadap polusi udara.
Fakta Tentang Polusi Udara
- WHO melaporkan bahwa polusi udara adalah resiko kesehatan nomor wahid di dunia, yang diestimasi berkontribusi dalam membunuh 7 juta orang tahun 2012.
- Bila disatukan semua penyebab kematian pada usia muda di seluruh dunia, ternyata polusi udara berada di urutan ke-3, setelah rokok dan kecelakaan lalu lintas.
- Total biaya kesehatan di dunia akibat polusi udara diperkirakan mencapai US$100 miliar per tahun.
- Di wilayah perkotaan besar di dunia berkisar sekitar 60-an persen populasi terpapar oleh polutan yang ada di udara.
- Bahkan penduduk Mexico City, sebagai kota terpadat di dunia, diteliti beresiko untuk menderita penurunan kecerdasan dan perubahan metabolisme otak yang mirip dengan penyakit Alzheimer’s.
Setidaknya ada 6 polutan yang umum bisa terdapat di udara yang kita hidupi ini, yaitu: ground-level ozone, particle pollution, carbon monoksida, belerang dioksida, nitrogen oksida, dan timbal. Kontributor utama dari polutan-polutan ini adalah emisi pembakaran batu-bara dan penggunaan BBM. Kita ketahui, bahwa saat ini pembangkit listrik terbanyak di dunia adalah yang menggunakan batu bara, dan BBM masih menjadi sumber energi utama untuk segala jenis mesin, termasuk kendaraan bermotor, kapal, dan pesawat udara. Emisi gas buang ini rata-rata meningkat 6% setiap tahun di seluruh dunia. Dari keenam polutan udara tersebut, ground-level ozone dan particle pollution adalah yang paling berbahaya pada manusia. Khusus untuk ozon, gas yang tidak berwarna dan berbau ini berguna bila berada di atas atmosfir untuk melindungi bumi dari radiasi sinar matahari. Tapi bila berada di permukaan bumi gas ozon (O3) ini berbahaya bagi manusia.
Sensor Pendeteksi Polusi Udara
Sudah banyak kota-kota besar di dunia mempunyai alat sensor polutan udara yang disebut Aclima sensors, lalu menyajikan hasilnya pada tempat-tempat umum. Di Bandung dulu ada di perempatan tol Pasteur, tapi kini alat itu sudah rusak dan sepertinya tidak pernah ada usaha untuk memperbaikinya. Padahal bila kita tahu kualitas udara yang kita hidupi, setidaknya akan membuat kita lebih peduli untuk berusaha menjaga lingkungan tempat tinggal kita. Mobil Google yang sering lalu-lalang mengambil gambar Google Street View beberapa unitnya sudah dilengkapi oleh Aclima sensors ini, sehingga ketika kita membuka peta Google bisa didapati juga informasi mengenai kualitas udara di sana. Tentunya kondisi kualitas udara pada saat pengambilan gambar dilakukan. Bukan hanya di perkotaan, bahkan wilayah pedesaan pun sangat rentan terpapar partikel halus polutan di udara yang berasal dari mesin traktor dan pembakaran gabah di pertanian serta pembukaan lahan dengan cara membakar semak dan hutan.
Pengukuran Kualitas Udara
Kualitas udara diukur menggunakan Index Kualitas Udara atau Air Quality Index (AQI), dengan rentang angka 0 sd. 300. Semakin besar angka AQI, semakin besar resikonya bagi kesehatan bila menghirup udara tersebut, yang berarti semakin tidak sehat udaranya. Berikut pengelompokan resikonya:
- Sampai dengan 100, dikatakan layak untuk dihirup
- 101 sd. 150, mereka yang beresiko harus membatasi paparannya
- 151 sd. 200, setiap orang harus membatasi paparannya
- Di atas 200, dianggap sebagai kualitas udara yang sangat berbahaya dan mereka yang beresiko sebaiknya tidak terpapar sama sekali.
Resiko Polusi Udara
Walaupun bisa terkena pada setiap orang, tapi mereka yang memiliki beberapa penyakit seperti di bawah ini, lebih beresiko untuk menderita lebih parah dibandingkan yang tidak, sbb.:
- Penderita penyakit paru dan pernafasan
- Penderita asma
- Penderita penyakit jantung
- Penderita kencing manis
- Anak-anak
- Manula
- Wanita hamil
Polusi Udara dan Penyakit
Seperti yang disinggung di atas, bahwa polusi udara bukan suatu penyakit, tapi bisa berkontribusi terhadap berbagai macam penyakit. Partikel halus polutan yang ada di udara ini, dapat masuk sampai ke relung terdalam paru-paru kita, lalu masuk ke dalam peredaran darah. Sehingga kualitas udara yang buruk sudah diketahui terkait erat dengan penyakit paru-paru dan jantung, irama jantung tidak beraturan, termasuk penyakit arteri koroner, emphysema, infeksi pernafasan, stroke, bahkan kanker. Pada tahun 2013, WHO melaporkan hasil penelitian bahwa polutan yang terdapat di udara dapat memperburuk kondisi penyakit asma, bronkhitis, batuk-batuk kronis, dan menurunkan fungsi paru. Bahkan juga dapat memperburuk kondisi penyakit kencing manis serta sangat berbahaya bagi seorang wanita yang sedang hamil karena dapat mencetus kecacatan pada bayi yang sedang dikandungnya.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Jangan berfikir kalau masalah polusi udara di sebuah negara, adalah masalah internal negara tersebut saja. Di negara seperti Cina dan India, ada kota-kota yang kita tidak bisa melihat dengan jelas benda yang berada 30 meter di depan kita pada saat puncak-puncaknya terjadi polusi udara. Bahkan di kota seperti Mumbai dan kota-kota kecil tempat berbagai industri di Cina, bernafas terkadang terasa seperti sedang menghirup asap rokok, bahkan bahayanya sama seperti merokok beberapa bungkus rokok dalam sehari. Tapi masalah tersebut bukan masalah mereka saja, karena di bumi ini, kita berbagi udara yang sama. NASA bahkan melaporkan efek dari jumlah besar polutan dari Cina dapat memperbesar angin topan yang terjadi di Samudra Pasifik. Polutan di udara, diketahui bisa menyebrangi Samudra. Yang dari India bisa menyebrang Samudra Hindia dan yang dari Cina tentunya bisa menyebrangi Laut Cina Selatan untuk sampai ke Indonesia.
Polusi Udara dan Public Health
Penelitian pernah melaporkan bahwa paparan partikel halus polutan yang ada di udara untuk waktu lama, dapat meningkatkan resiko kematian di usia muda. Dikatakan bahwa peningkatan partikel halus polutan udara 10 microgram per meter kubik, meningkatkan angka kematian sebesar 7,3%. Sehingga masalah polusi udara kini menjadi subjek kajian dan konsentrasi dari keilmuan public health atau kesehatan masyarakat. Penelitian ini juga mengestimasi potensi manfaat terhadap hidup manusia bila paparan terhadap polutan dapat dikurangi. Dengan hanya menurunkan 1 microgram per meter kubik, dapat menyelamatkan 12.000 nyawa manusia setiap tahunnya. Dan bila level ozon dapat dikurangi hanya 1 part per billion (ppb) saja, diestimasikan dapat menyelamatkan 1,900 nyawa setiap tahunnya.
Bahaya Smog
Smog adalah istilah yang lahir di abad 20 untuk menggambarkan jenis polusi udara yang merupakan gabungan antara smoke dan fog atau asap dan kabut, yang sering terjadi pada kota-kota besar di dunia. Smog terbentuk ketika sinar matahari bereaksi dengan gas hidrokarbon dan nitrogen oksida yang terdapat di atmosfir. Menurut Environmental Protection Agency (EPA), akan sangat berbahaya bila kita menghirup smog, karena di dalam smog terdapat emisi dari polutan industri, kendaraan bermotor, dan hasil pembakaran lainnya yang bisa merusak jaringan paru-paru. Di negara subtropis, smog biasa terjadi pada musim panas, tapi di Indonesia, smog dapat terjadi sepanjang tahun, walaupun lebih sering terjadi pada musim kemarau. sering juga disebabkan karena pembakaran hutan.
Smog dan Ozon
Di dalam smog juga bisa terdapat gas ozon. Seperti juga polutan lainnya, anak-anak dan manula adalah yang paling sensitif dan paling sering menderita. Bahaya gas ozon bila terhirup oleh manusia sbb.:
- Bagi penderita asma, dapat pencetus dan memperburuk keluhan dan gejala dari asmanya.
- Menyebabkan batuk serta iritasi pada tenggorokan dan pada level tinggi dapat mengiritasi saluran pernafasan sampai ke paru-paru. Efeknya bisa bertahan beberapa jam, dan walaupun keluhannya kemudian hilang, daya rusaknya bisa bertahan lebih lama lagi.
- Efek kerusakan jangka panjang dari terhirupnya ozon adalah kesulitan bernafas dan merusak jaringan paru-paru.
Melindungi Diri dan Keluarga
Polusi udara tertinggi terdapat pada saat terpanas di siang hari. Karenanya diri kita dan keluarga harus senantiasa merencanakan untuk beraktivitas di luar ruangan agar dilakukan pada pagi hari atau pada malam hari. Harus dihindari juga untuk jogging atau bersepeda pada jalanan yang ramai kendaraan bermotornya. Bila terpaksa harus berkendara dengan sepeda motor, sebaiknya menggunakan masker yang memang dirancang khusus untuk bikers. Jangan gunakan masker tipis yang banyak dijual, karena partikel halus polutan yang ada di udara tersebut bisa sangat mudah menembus masker yang tipis. Untuk menjaga daya tahan tubuh agar tidak langsung sakit ketika terpapar polutan di udara, kita harus rajin mengkonsumsi makanan yang kaya antioksidannya seperti buah-buahan dan sayuran. Atau bila perlu mengkonsumsi suplemen antioksidan.
Polusi Udara di Dalam Ruangan
Ternyata udara di dalam ruangan juga bisa terkontaminasi oleh polutan yang sering tidak kita sadari. Walaupun tidak sekotor udara di luar rumah, udara berpolusi tersebut bisa sangat mudah masuk ke dalam rumah. Apa lagi bila rumah berlokasi di pinggir jalan yang sibuk. Berikut tips agar bisa mengurangi polutan yang ada di udara di dalam rumah kita:
- Pergunakan AC atau air purifier
- Filter pada AC dan air purifier harus sering dibersihkan
- Bersihkan rumah dengan vacuum cleaner, terutama untuk tempat yang menampung debu seperti karpet, gordyn, dll.
- Hindari ada ruangan di rumah yang lembab, karena mudah untuk ditumbuhi oleh jamur
- Dan saat udara sedang bagus, seperti di awal pagi, bukalah jendela agar bisa terjadi pertukaran udara.
Penutup
Hidup di zaman modern sekarang ini, memang kita banyak sekali mendapatkan manfaat dari perkembangan teknologi serta perkembangan peradaban manusia. Tapi sayangnya, manfaat tersebut datang berpasangan dengan efek negatifnya juga. Salah satu dampak negatif tersebut adalah polusi udara. Sampai saatnya nanti umat manusia dapat mencari alternatif dari eksploitasi batu bara dan BBM, serta “insyaf” dari ketamakan membakar hutan, sepertinya kita masih harus hidup dengan polusi udara tersebut. Agar tidak terkena dampak buruknya secara maksimal, setidaknya kita dapat melakukan tindakan pencegahan dari level terkecil di rumah, dengan cara berhemat menggunakan listrik dan bahan bakar. Serta dapat memilih waktu untuk beraktivitas di luar rumah, menghindari waktu paparan terburuk dari polusi udara.
©IKM 2019-05