Bagi Anda yang menjalaninya, puasa di bulan Ramadhan dilakukan dengan sepenuh hati dan segenap ketahanan fisik. Karena puasa Ramadhan bukan aktivitas ibadah untuk orang yang lemah fisik dan/atau lemah mentalnya. Dan sudah pasti dibutuhkan endurance fisik dan keteguhan hati untuk dapat menunaikan ibadah yang hanya diwajibkan bagi seorang Muslim ini. Bila dilakukan setengah-setengah, tidak jarang kita mendapati orang yang menjalaninya “menyerah” sehingga memutuskan untuk tidak berpuasa karena fisiknya sakit atau memang semangatnya yang tidak cukup kuat. Padahal 14 abad yang lalu sudah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, bahwa “Berpuasalah kamu, maka kamu akan sehat.” Jadi jangan takut menderita sakit bila menjalani ibadah puasa Ramadhan.
Dua Dimensi di Dalam Tubuh Manusia
Tubuh fisik manusia pada hakekatnya tidak bisa dipisahkan dan sangat bergantung kepada dimensi psikis. Fisik dan psikis berjalan berdampingan membentuk sebuah equilibrium atau keseimbangan untuk segala fungsi dan sistem pada tubuh yang memungkinkan pemiliknya bisa beraktivitas dan berkarya di dalam hidupnya. Bila keseimbangan itu rusak, maka ia akan menderita sakit, baik sakit fisik, sakit psikis, atau pun keduanya. Karena fisik dan psikis tersebut selalu berjalan side-by-side, maka keduanya saling mempengaruhi dan saling menguatkan. Di sanalah letak pentingnya nilai sebuah niat atau sugesti yang merupakan dimensi psikis, dalam menyokong fungsi dan kekuatan fisik. Pepatah Bahasa Inggris mengatakan “You are what you think you are”, atau “kamu adalah apa yang kamu fikirkan”. Bila seorang yakin untuk menjadi sehat ketika ia sakit lalu berobat, maka ia akan lebih cepat untuk sembuh dibandingkan seorang lainnya yang kehilangan keyakinan untuk sembuh yang membuat ia malah sakit berkepanjangan.
Pada hubungan antara dimensi fisik dan dimensi psikis tadilah letaknya sebuah niat atau motivasi, termasuk niat untuk melakukan ibadah puasa. Niat yang tidak saja diucapkan oleh lisan, tapi dikuatkan oleh hati bahwa dengan secara sadar akan menjalankan ibadah puasa dengan segala tuntunan aturan di dalamnya. Bila niatnya kurang kuat, maka sudah bisa dipastikan fisiknya pun tidak akan kuat untuk menjalankan berpuasa dari terbit fajar sampai tenggelam matahari tersebut. Tapi bila niatnya kuat, bahkan ketika fisik tidak pada puncak kekuatannya pun, akan dapat diseimbangkan sehingga tahan berpuasa dari sahur sampai waktunya berbuka. Bila ada keyakinan kuat bahwa memang betul puasa itu dapat menyehatkan, dan memang sudah banyak penelitian yang melaporkan banyaknya manfaat puasa bagi kesehatan, maka puasa tidak akan membuat orang yang mempraktekkannya malah jatuh sakit.
Puasa untuk Sehat dan Bahagia
Ada sebuah buku yang sudah dicetak 13 kali dan dijual 450 ribu copy, ditulis oleh Herbert M. Shelton berjudul Fasting Can Save Your Live (Puasa dapat Menyelamatkan Nyawa Anda). Di dalam buku itu Shelton tidak membahas teori, tapi menampilkan fakta-fakta bahwa puasa merupakan suatu cara untuk mencapai kesehatan dan kebahagiaan (amazing new approach to health and happiness). Setidaknya ada 9 manfaat puasa di bulan Ramadhan yang sudah dapat kita ketahui (lengkapnya baca dalam artikel lainnya) sebagai berikut:
- Membantu seseorang untuk menurunkan berat badan, dengan cara sehat.
- Bermanfaat bagi ketenangan jiwa, karena rendahnya adrenalin ketika berpuasa.
- Meningkatkan kewaspadaan mental dan rasa senang karena cortisol tertekan sementara endorphin meningkat.
- Dapat menunda penyakit degeneratif seperti Alzheimer’s.
- Membantu kesembuhan rematik, karena fungsi netrofil meningkat.
- Meningkatkan sistem kekebalan tubuh karena limfosit dapat meningkat hingga 10 kali lipat.
- Memperbaiki fungsi ginjal, karena terjadi perbaikan kekuatan osmosis.
- Baik untuk jantung, karena HDL meningkat sementara terjadi penurunan LDL.
- Meningkatkan kesuburan karena terjadi peremajaan hormon-hormon reproduksi.
Harus Dengan Cara yang Benar
Manfaat-manfaat puasa di bulan Ramadhan seperti di atas, dapat dinikmati bagi orang yang menjalaninya hanya bila ia melakukannya dengan cara yang benar. Bila dilakukan tidak dengan cara yang benar, barulah orang yang berpuasa tersebut malah bisa jatuh sakit. Karena antara tuntunan berpuasa dan aspek kesehatan ternyata sangat sejalan, maka mau tidak mau bila ingin berpuasa dan dapat juga menikmati manfaatnya untuk kesehatan, maka harus dilakukan dengan ilmunya sbb. (baca dalam artikel lain untuk lebih lengkapnya):
- Yang pertama aspek niat sebagai penguat dan dorongan sugesti dari dalam diri seperti yang dibahas di atas.
- Lalu aspek porsi dari makanan dan minuman yang harus dibagi. Makan dibagi menjadi 40% saat sahur, 50% saat berbuka, dan 10% saat malam hari setelah Sholat Tarawih. Sementara minum dibagi menjadi 40% saat sahur, 40% saat berbuka, dan 20% dicicil antara buka sampai tidur.
- Makan Sahur juga harus tepat. Seperti menghindari yang terlalu manis, mengkonsumsi minuman berelektrolit tinggi (isotonic atau hypertonic), menghindari konsumsi tinggi natrium, perbanyak protein, serat, dan buah-buahan.
- Saat berbuka, berbukalah dengan yang manis, tapi dalam jumlah sedikit seperti: kurma 3 butir, kolak atau cendol 3 suap, teh manis atau minuman manisnya 3 teguk, dlsb. Habiskanlah takjilan manis tersebut setelah makan berat. Bila tidak ada yang manis malah disunnahkan dengan air putih saja. Minuman saat makan berbuka harus air tawar, bukan minuman manis. Kecepatan makannya pun tidak boleh terlalu cepat serta tidak boleh sampai terlalu kenyang.
- Jangankan ketika makan sahur atau berbuka, ketika tidak sedang berpuasa pun rokok tidak ada manfaatnya malah berbahaya bagi kesehatan. Maka satu bulan saat Ramadhan, rokok harus ditinggalkan dan jauhilah asap rokok orang lain. Rokok saat sahur dan berbuka amat sangat berbahaya bagi kesehatan, lebih bahaya dibandingkan ketika tidak berpuasa.
Bila dilakukan dengan benar seperti yang dijelaskan di atas, seharusnya seorang yang berpuasa tidak akan menderita sakit. Ketika anjuran cara benar di atas tidak dijalankanlah sering muncul penyakit-penyakit orang yang berpuasa seperti berikut (baca dalam artikel lain untuk lebih jelasnya):
- Sakit Maag. Sudah banyak yang membuktikannya, bila pola makan saat berpuasa dijaga seperti anjurannya, maka sakit maag yang suka muncul, malah sembuh ketika berpuasa. Ada tambahan catatan yang juga harus dijalankan serta dihindari oleh seorang penderita maag bila ingin berpuasa, dan sakit maagnya ingin sembuh.
- Perut Kembung. Sering dirasakan bila seseorang mengkonsumsi terlalu banyak makanan berminyak dan berlemak ketika sahur dan berbuka. Dan bisa dihilangkan dengan mencukupkan minum dan buah-buahan.
- Sembelit. Kemudian sering dilanjutkan dengan kambuhnya wasir. Terjadi karena ketika sahur dan berbuka kurang mengkonsumsi serat. Maka untuk menghindarinya harus banyak makan sayur & buah-buahan, juga cukupkan minum.
- Pusing dan sakit kepala. Sering terjadi pada hari-hari pertama di bulan Ramadhan ketika tubuh belajar beradaptasi akibat berubahnya pola tidur dan pola makan. Lebih sering lagi dirasakan pada seorang perokok dan/atau pencandu kopi, karena tubuh tidak mendapat nikotin dan/atau caffeine sebagaimana hari-hari biasa. Kondisi ini akan hilang seiring dengan bertambahnya hari berpuasa. Dan bisa disiasati dengan berhenti merokok rokok dan/atau mengurangi kopi sejak beberapa minggu sebelum masuk bulan Ramadhan.
- Lemas. Terjadi karena kondisi hipoglikemi atau rendahnya gula darah di dalam tubuh. Sering terjadi karena mengkon-sumsi tinggi gula ketika sahur. Perbanyak karbohidrat kompleks dan protein serta hindari yang terlalu manis ketika sahur untuk mengatasinya. Lemas juga biasa terjadi di jam 10-11 ketika gula darah sudah rendah, sementara pemecahan gula hati (glikogen) belum terjadi; serta jam 15-16 ketika glikogen sudah habis, sementara pemecahan lemak belum terjadi. Bila terbiasa, seiring dengan bertambahnya hari puasa, rasa lemas lebih tidak terasa.
- Keram Otot. Yang terjadi karena tubuh kekurangan kalsium, kalium dan magnesium. Untuk mengatasinya perbanyak mengkonsumsi mineral dari sayuran dan buah-buahan, serta minuman air bermineral tinggi.
Puasa Ramadhan vs. Puasa Diet
Topik ini juga sudah pernah dibahas di dalam artikel lainnya. Ditekankan lagi di sini, bahwa puasa Ramadhan tidak bisa disamakan dengan puasa diet yang banyak beredar di media sosial dan internet. Puasa diet sebagian besar hanya bertujuan untuk mengurangi berat badan, dan tujuan kesehatan lainnya. Sedangkan pada puasa Ramadhan, berat badan yang bisa turun serta manfaat kesehatan lainnya, merupakan efek samping positif dari yang memang sudah rutin dijalankan oleh seorang muslim di bulan Ramadhan sejak ia kecil sampai dengan tua nanti. Perbedaan mendasar antara puasa Ramadhan dan puasa-puasa diet adalah:
- Niat atau aspek sugesti yang dijelaskan di atas pada orang yang sedang menjalankan puasa-puasa diet, tidak akan sekuat niatnya seorang muslim yang sedang berpuasa di bulan Ramadhan. Karena niat puasa Ramadhan yang didasari oleh perintah agama dengan mengharapkan ridha Allah SWT, sudah pasti lebih powerful untuk mendatangkan equilibrium antara fisik dan psikis.
- Pada puasa Ramadhan, yang menjalaninya tidak sama sekali diperbolehkan untuk minum, sementara pada puasa-puasa diet minum masih diperbolehkan. Sehingga manfaat perut kosong secara 100% tidak bisa didapatkan pada puasa-puasa diet.
- Tidak ada pantangan jenis makanan tertentu pada pelaksanaan puasa Ramadhan, selama itu halal dan baik, sesuai dengan kesehatan dan kondisi penyakit seperti anjuran dokter untuk orang yang menjalaninya. Sedangkan pada puasa-puasa diet, sering kali jenis makanan tertentu dipantangkan dan/atau jenis makanan lain harus dimakan dalam jumlah besar seperti memantang karbohidrat, atau memakan sangat tinggi protein. Suatu hal yang dapat merusak konsumsi gizi seimbang bagi yang melakukannya. Dan suatu hal yang tidak akan terjadi pada praktek puasa Ramadhan.
- Puasa Ramadhan dilakukan secara rutin untuk waktu yang sangat teratur, dari terbit fajar sampai terbenam matahari, untuk full selama 1 bulan. Suatu pola yang dapat membuat tubuh kita beradaptasi dengan sangat baik. Dibandingkan dengan puasa-puasa diet yang tak jarang melakukan perubahan pola dan waktu makan dalam hitungan hari.
- Puasa Ramadhan dilakukan hanya selama 1 bulan saja secara non-stop untuk membawa tubuh pada suatu “kawah chandra di muka” mengembalikan metabolisme fisik yang baik serta menstabilkan psikis orang yang menjalaninya. Sedangkan puasa diet bisa dilakukan lebih panjang, atau malah putus-nyambung sesuai dengan keinginan dan kekuatan orang yang menjalaninya. Pola yang tidak akan memberikan efek pada fisik apa lagi psikis, semaksimal puasa di bulan Ramadhan.
Jangan Takut Sakit – Penutup
Oleh karenanya, tidak perlu dan jangan takut sakit bila ingin menjalani puasa di bulan Ramadhan, karena justru sebaliknya akan dapat mencegah penyakit, dan malah dapat menyembuhkan penyakit-penyakit yang sudah diderita. Tidak hanya sakit fisik, tapi juga sakit mental. Asal dilakukan dengan cara yang benar dan ilmu yang cukup. Baik dari sisi ilmu agamanya maupun ilmu kesehatannya. Maka berpuasa selama satu bulan, secara rutin, dengan menjalani dengan benar di bulan Ramadhan, pasti membuat tubuh lebih sehat dan lebih tahan dari berbagai jenis penyakit.
©IKM 2019-05