Ada beberapa kondisi dan kejadian yang bisa membuat otak kita kekurangan oksigen. Hal ini disebut dengan hypoxia otak. Lalu ada juga kondisi ketika sel darah merah kita tidak mengangkut cukup oksigen untuk kebutuhan organ-organ tubuh. Hal ini disebut dengan hypoxemia. Agar dapat berfungsi dengan baik sel-sel di otak manusia harus mendapatkan oksigen secara terus-menerus tanpa henti. Kondisi hypoxia dan hypoxemia bisa menyebabkan sel-sel otak tersebut rusak karena kekurangan suplai oksigen sehingga merupakan dua kondisi yang berbahaya dan berpotensi menyebabkan kematian, sehingga perlu mendapatkan penanganan dengan segera.
Fakta Tentang Hypoxia dan Hypoxemia
- Istilah “otak kekurangan oksigen” sering disalahgunakan dalam percakapan sehari-hari di Indonesia.
- Kondisi hypoxia pernah dialami oleh seluruh pilot tempur pesawat A-10 Warthog sehingga pesawat itu di-grounded.
- Pesawat Malaysian Airlines MH 370 yang hilang, juga diduga telah terjadi kondisi hypoxia pada kedua pilot dan seluruh kru serta penumpang, sebelum akhirnya kehabisan bahan bakar dan jatuh ke Samudra Hindia sebelah Utara kutub Selatan.
Seperti yang disinggung pada pendahuluan, hypoxia dan hypoxemia merupakan kondisi yang mirip tapi juga berbeda. Hypoxia adalah kondisi rendahnya level oksigen pada sel (terutama sel-sel otak), sementara hypoxemia adalah rendahnya level oksigen di dalam darah. Keduanya bisa, tapi tidak selalu terjadi secara bersamaan. Biasanya adanya hypoxemia mengarahkan dokter untuk memikirkan terjadinya hypoxia, karena rendahnya level oksigen di dalam darah, dapat membuat level oksigen juga rendah pada sel di tubuh.
Penyebab Hypoxia
Banyak kondisi medis atau kejadian yang dapat menyebabkan terputusnya suplai oksigen ke otak (hypoxia otak) seperti asma yang berat, stroke, henti jantung, irama jantung tidak beraturan, hipotensi yang berat, komplikasi pembiusan selama operasi, geger otak dan trauma kepala, tenggelam, tersedak, tercekik, keracunan CO, berada pada ketinggian di atas 2.400 meter dari permukaan laut, terjadi pada pilot dan penumpang pesawat karena rusaknya sistem kompresi kabin, dll. Kondisi-kondisi tersebut di atas bukan saja membuat oksigen tidak sampai ke otak, tapi juga membuat nutrisi tidak dapat diantar oleh darah ke otak. Potensi kerusakan otak bervariasi tergantung parah atau tidaknya sumbatan serta sebentar atau lamanya kondisi tersebut terjadi. Bila terjadi cukup lama sampai terjadinya kematian sel-sel otak, maka dapat sampai mencetus terjadinya kecacatan bahkan kematian.
Penyebab Hypoxemia
Berbeda dengan hypoxia, penyebab hypoxemia lebih banyak disebabkan oleh penyakit/kondisi pada paru-paru. Sehingga penyebab hypoxemia ini dibagi menjadi sbb.:
- Penyakit/kondisi di luar paru-paru: anemia dan berada pada ketinggian di atas 2.400 meter dari permukaan laut, dll.
- Penyakit/kondisi di paru-paru: asma, bronkhitis, pneumonia (radang paru), sleep apnea (nafas berhenti ketika tidur), acute respiratory distress syndrome (ARDS), emboli paru (darah menyumbat di paru-paru), pulmonary edema (terdapat cairan pada paru-paru), paru-paru mengempis (collapsed lung), kelainan bawaan pada paru-paru, pulmonary fibrosis (bekas luka di paru-paru), dan karena obat-obatan anestesi dan narkotika.
Jenis Hypoxemia
Karena penyebab-penyebab di atas, hypoxemia dibagi menjadi beberapa tipe tergantung dari jenis gangguannya sbb.:
- Paru-paru mendapatkan cukup oksigen dari pernafasan, tapi aliran darah tidak cukup untuk mengangkut oksigen.
- Aliran darah cukup, baik ke dan dari paru-paru untuk mengangkut oksigen, tapi memang tidak terdapat cukup oksigen di paru-paru.
- Gangguan difusi oksigen pada alveoli di dalam paru-paru ketika akan masuk ke kapiler.
- Kondisi hipoventilasi (nafas yang tidak cukup adekuat) sehingga level CO2 di darah lebih tinggi dari level oksigen.
- Jumlah ketersediaan oksigen yang memang rendah di udara, misalnya pada tempat tinggi di pegunungan.
Faktor Resiko Terjadinya Hypoxia
Hypoxia bukan kejadian yang dapat terjadi sehari-hari dan tidak harus terjadi pada setiap orang seperti dianggap oleh banyak orang di Indonesia. Sering kali ketika seorang anak sekolah atau orang di kantor yang sering mengantuk, dianggap sebagai kurangnya otak yang bersangkutan mendapatkan oksigen. Padahal otak kita tidak akan kekurangan oksigen kecuali terjadi penyebab seperti yang disebutkan di atas. Dan berikut adalah faktor-faktor resiko seorang bisa terkena hypoxia otak:
- Bekerja pada kondisi dengan kandungan gas CO tinggi.
- Olahraga high impact yang beresiko terjadinya trauma kepala seperti tinju, sepak bola, dll.
- Memiliki penyakit yang dapat mencetus kondisi hypoxia seperti yang disebutkan di atas.
- Memiliki penyakit degeneratif syaraf seperti amyotrophic lateral sclerosis (ALS); yang tidak kita bahas di sini.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Hypoxia bisa terjadi dari kondisi ringan sampai berat. Dalam kondisi hypoxia ringan, dapat timbul tanda dan gejala sbb.:
- Kehilangan memory secara sementara
- Tidak dapat menggerakkan tubuh secara sempurna
- Sulit untuk berkonsentrasi
- Sulit untuk membuat keputusan
Bila terjadi kondisi hypoxemia dapat muncul tanda dan gejala sbb.:
- Nafas pendek
- Batuk dan sesak
- Sakit kepala
- Jantung berdegup kencang
- Merasa bingung dan disorientasi
- Kuku dan kulit membiru, muka dan bibir pucat.
Kapan Mencari Pertolongan Medis
Karena hypoxia dan hypoxemia dapat berakibat fatal sampai bisa menyebabkan kecacatan dan kematian, maka sangat penting untuk memahami tanda dan gejala seperti di atas. Terutama bagi mereka yang memiliki faktor resikonya. Maka segeralah mencari pertolongan medis bisa mendapati kondisi, sbb.:
- Asma yang kambuh dan bertahan cukup lama
- Terjadi tanda dan gejala seperti di atas setelah melakukan olahraga high impact, atau saat mendaki tinggi di pegunungan
- Mengalami trauma kepala dan mendapati gejala di atas.
- Sudah terdiagnosis memiliki penyakit paru lalu keluhan dirasakan semakin memburuk dengan gejala seperti di atas.
Pemeriksaan Penunjang untuk Hypoxia dan Hypoxemia
Ketika seorang tersangka menderita hypoxia atau hypoxemia di bawa ke UGD, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk menilai kondisi dan membantu pengambilan keputusan untuk tindakan selanjutnya sbb.:
- Pemeriksaan saturasi oksigen di darah menggunakan pulse oximeter
- Tes pernafasan
- Pemeriksaan analisa gas darah
- EKG, untuk melihat kelistrikan dan kerja jantung
- CT scan dan/atau MRI, untuk melihat gambaran detil dari otak dan kepala
- Serta EEG, untuk melihat aktivitas kelistrikan dari otak.
Penanganan Hypoxia
Hypoxia harus ditangani secara segera untuk mengembalikan kondisi darah kembali mengalir ke otak melanjutkan suplai oksigen dan nutrisi ke sana. Tujuannya agar tidak terjadi kerusakan otak yang permanen dan mencegah terjadinya kecacatan dan kematian. Jenis tindakan tergantung oleh penyebab dan keparahan kondisi hypoxia-nya.
- Bila penyebabnya karena ketinggian pada pendaki gunung, maka ditangani dengan segera membawa penderita ke daerah yang lebih rendah.
- Bila penyebabnya karena trauma kepala, maka ia akan dipantau secara ketat terutama untuk 24 jam pertama di RS.
- Akan diberikan juga obat-obatan untuk mengatur tekanan darah dan denyut jantung.
- Penyakit pencetus dari hypoxia juga secara bersamaan akan ditangani dan diterapi.
- Pada kondisi lebih berat, penderita akan diberikan transfusi darah dan cairan intra vena.
- Pada kondisi berat, sampai harus dipasangkan ventilator dan dirawat di ICU.
Penanganan Hypoxemia
Karena hypoxemia merupakan kondisi rendahnya level oksigen di dalam darah, maka target penanganannya adalah mengembalikan level oksigen di dalam darah pada kondisi normal. Pertama dengan memberikan oksigen terapi, lalu mengatasi penyakit dan kondisi penyebab terjadinya hypoxemia seperti juga yang dilakukan pada kondisi hypoxia di atas.
Pasca Hypoxia dan Hypoxemia
Setelah seorang selamat dari kondisi hypoxia dan hypoxemia, ia bisa mengalami keluhan dan menderita kondisi yang dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama setelah kejadian hypoxia/hypoxemia tersebut. Kondisi-kondisi yang bisa dikeluhkan dan dialami oleh pasca penderita hypoxia dan hypoxemia adalah: insomnia, amnesia, muscle spasm (kejang otot) dan halusinasi. Untuk kejadian hypoxia, bila terjadi di tas 8 jam, maka keluhannya akan bertambah berat dan prognosis yang juga lebih buruk.
Mencegah Hypoxia dan Hypoxemia
Cara mencegah hypoxia dan hypoxemia, adalah mencegah diri dari kondisi pencetus dan menjauhi dari faktor-faktor resiko seperti yang diuraikan di atas. Dapat dilakukan hal-hal sbb.:
- Pada penderita asma, harus selalu membawa obat-obatan yang sudah disarankan oleh dokter.
- Menghindari dari mendaki gunung lebih dari 2.400 meter tanpa berlatih secara berkala sebelumnya.
- Tidak bekerja pada lingkungan dengan CO tinggi di udara.
- Menggunakn pelindung kepala saat melakukan olahraga high impact.
- Selalu menggunakan helm ketika naik motor.
- Menangani dan berobat secara teratur bila memiliki penyakit paru-paru seperti yang diuraikan di atas.
Kesalahan Persepsi di Indonesia
Sering kita dengar pendapat yang banyak dipercaya di Indonesia; bahwa ketika kita kurang tidur, sering mengantuk, atau anak-anak sekolah dengan prestasi yang buruk pada pelajaran dan olahraganya, atau karyawan yang berprestasi buruk di tempat kerja; dikatakan otaknya menderita kekurangan oksigen. Memang bisa saja terjadi masalah medis seperti anemia atau kondisi medis lain yang membuat seorang sering mengantuk atau pelajar dengan prestasi buruk. Tapi kondisi tersebut tidak membuat otak kekurangan oksigen, seperti yang dimaksudkan dalam pengertian medis. Level oksigen di dalam darah dan di otak tidak bisa langsung ditentukan dari kejadian sering mengantuk dan buruknya prestasi, melainkan setidaknya harus diperiksa dengan alat pulse oximeter. Lebih jauh, kondisi otak kekurangan oksigen merupakan sebuah kegawatdaruratan medis yang harus mendapatkan penanganan dengan segera.
©IKM 2019-07