Penyakit jantung termasuk penyakit yang sangat tinggi percepatan pertambahan kasusnya di dunia termasuk di Indonesia, terutama di antara orang yang tinggal di daerah perkotaan. Penyakit yang dulunya didominasi oleh orang usia 50 tahun ke atas sekarang sudah sering dilaporkan diderita oleh orang dengan usia lebih muda bahkan pada usia 30-an. Sudah banyak penelitian yang dijalankan untuk mencari penjelasan akan fenomena ini dan semuanya berkesimpulan bahwa kenaikan insidensi penyakit jantung dan meningkatnya faktor risiko seseorang untuk terkena penyakit jantung adalah karena kebiasaan hidup manusia modern yang semakin tidak sehat.
Dari seluruh kebiasaan yang disepakati oleh seluruh peneliti menjadi penyebab utama adalah sedentary lifestyle atau gaya hidup yang malas bergerak. Semakin aktif secara fisik seseorang, semakin rendah risikonya untuk terkena penyakit jantung. Penelitian juga melaporkan bahwa orang paruh baya bila tidak aktif secara fisik selama 6 tahun berturut-turut risiko untuk terkena penyakit jantung meningkat berkali lipat. Kebiasaan hidup penduduk kota di Indonesia sudah bisa dikategorikan sebagai sedentary lifestyle, karena mobilitas selalu menggunakan kendaraan. Jarang sekali sampai bisa menempuh 6000 langkah/hari atau 75 menit bergerak fisik/minggu, sebagai jumlah lang-kah dan waktu aktif secara fisik yang disarankan para ahli.
Asap rokok baik dihisap sendiri secara aktif atau terpapar secara pasif, sudah diyakini tanpa keraguan oleh para ahli menjadi penyebab kedua setelah sedentary lifestyle bagi seseorang untuk terkena penyakit jantung. Ada 4000 zat di dalam rokok dan semuanya berbahaya bagi tubuh. Tar dan nikotin adalah 2 zat yang paling berbahaya dan merusak jantung serta seluruh sistem pembuluh darah. Karena seluruh organ dan jaringan di tubuh dialiri oleh pembuluh darah, maka pada dasarnya seluruh organ dan jaringan dirusak oleh asap rokok. Jantung sudah tentu menjadi korban terberat karena pusat dari sistem CV tersebut.
Obesitas
Faktor ketiga yang menjadi penyebab meningkatnya kasus penyakit jantung adalah obesitas. Kini semakin banyak orang memiliki BMI di atas 25, batas atas normal yang direkomendasikan para ahli. BMI 25-30 dikategorikan sebagai overweight atau kelebihan berat badan, dan >30 masuk dalam kategori obesitas. Jangankan obesitas, baru overweight saja sudah meningkatkan risiko terkena penyakit jantung. Walaupun aktif secara fisik dan tidak merokok, tapi bila memiliki angka BMI yang tinggi tetap saja risikonya akan besar untuk terkena penyakit jantung. Di AS bahkan diprediksikan pada tahun 2035, 24 juta orang akan menderita penyakit jantung. Kenaikan ini juga terjadi di Indonesia karena jumlah orang dengan overweight dan obesitas juga meningkat di Indonesia.
Skip Breakfast (Tidak Sarapan)
Satu hal yang sepele, tapi ternyata skip breakfast atau memutuskan tidak sarapan di pagi hari meningkatkan risiko terkena penyakit jantung. Orang yang tidak pernah sama sekali sarapan risikonya 87% lebih besar terkena penyakit jantung dibandingkan yang rutin serapan setiap pagi. Sarapan pagi adalah makan yang terpenting dalam satu hari karena menyediakan kalori untuk metabolisme tubuh termasuk untuk otot jantung. Sarapan juga akan mengu-rangi kecendrungan seseorang memasukkan kalori lebih banyak ke dalam tubuhnya pada hari itu, karena perut sudah kenyang sejak pagi. Tidak hanya penyakit jantung, tidak sarapan pagi juga meningkatkan risiko terkena kencing manis, tekanan darah tinggi, kolesterol darah tinggi dan obesitas. Orang yang selalu sarapan pagi memiliki berat badan yang lebih sehat dibandingkan yang tidak sarapan.
Makanan dan Minuman Manis
Jangankan dalam jumlah besar, mengkonsumsi satu porsi minuman manis setiap hari saja sudah meningkatkan risiko terkena penyakit jantung sebesar 20%. Apalagi sampai beberapa kali dalam sehari. Bila dilihat data demografi, orang muda saat ini termasuk di Indonesia cendrung lebih menyukai dan lebih rutin mengkonsumsi makanan dan minuman manis yang mereka lakukan setiap hari. Bukan hanya penyakit jantung, risiko terkena stroke juga meningkat 21%. Minuman manis yang pernah diteliti menjadi penyebabnya adalah jus buah dalam kemasan yang ditambahkan gula, minuman berkarbonasi, dan minuman kekinian seperti bubble tea, teh dalam kemasan, dan minuman-minuman instant manis lainnya.
Mengkonsumsi makanan/minuman manis dengan kadar gula berlebih akan mencetus spike atau naik tingginya kadar insulin di dalam darah, yang meningkatkan risiko terjadinya inflamasi atau peradangan. Dan inflamasi merupakan akar dari penyakit jantung manapun. Gula tidak memberikan keuntungan secara nutrisi selain untuk kalori. Bila kalori sudah didapatkan dari jenis makanan lain, maka asupan gula hanya akan menjadi asupan berlebih. Anjuran asupan gula/hari rekomendasi para ahli adalah 25 gram atau sekitar 6 sendok teh. Minuman manis dan minuman berkarbonasi rata-rata memiliki gula 34 gram per porsinya.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Banyak masyarakat di Indonesia termasuk di Jawa Barat merupakan penggemar makanan yang diasinkan dengan kadar garam yang tinggi; seperti ikan asin, cumi asin, dll. Bahkan banyak orang yang tidak bisa makan bila tidak ada kerupuk, yang mengandung kadar natrium sangat tinggi. Natrium terdapat di dalam makanan asin, dalam bentuk garam (NaCl), dalam penyedap rasa (MSG – mono sodium /natrium glutamat), dan dalam pengawet makanan (Natrium benzoat). Tubuh manusia membutuhkan natrium, tapi dalam jumlah yang tepat. Konsumsi natrium berlebih mencetus tekanan darah tinggi, stroke, dan tentunya penyakit jantung. Asupan natrium per hari yang dianjurkan para ahli adalah 2 gram atau sekitar 1 sendok teh.
Makanan Rendah Karbohidrat Kompleks
Kini semakin sering beredar informasi menjadikan nasi sebagai kambing hitam dan patron pola makan tidak sehat. Padahal sejak dahulu kala nenek moyang kita mengkon-sumsi nasi dan hidup mereka sehat serta baik-baik saja. Hal ini membuat semakin banyak rekomendasi untuk tidak mengkonsumsi nasi, karena kandungan karbohidrat di dalamnya. Padahal asupan tinggi karbohidrat harian lebih banyak dari makanan dan minuman manis dibanding dari nasi yang merupakan karbohidrat kompleks. Diet rendah karbohidrat diiringi dengan diet tinggi lemak ini dikenal dengan diet keto dan popularitasnya semakin meningkat.
Diestimasi sudah lebih dari 5% masyarakat perkotaan di dunia mencobanya. Hal ini sepertinya tidak terlepas dari propaganda bisnis, karena bisnis makanan diet keto ini diprediksi mencapai US$15.6 miliar pada tahun 2027 nanti. Memang diet keto bermanfaat untuk menurunkan berat badan, tekanan darah, trigliserida, dan HbA1C. Namun hanya untuk jangka pendek saja. Bila dilakukan dalam waktu lama penelitian justru menunjukkan bahwa diet rendah karbohidrat kompleks yang diiringi diet tinggi lemak ini, secara signifikan meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan sumbatan pada arteri sampai 2 kali lipat.
Salah Memasak Daging
Daging sapi/kambing harus dimasak atau disiapkan dengan tepat agar tidak memicu bahaya bagi jantung. Cara memasak daging yang direkomendasikan adalah cara “basah” seperti direbus, dikukus, ditumis, atau dibuat sop. Memasak daging dengan cara kering dan panas tinggi, seperti barbeque/dipanggang dalam oven dilaporkan oleh penelitian meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan kencing manis. Hal ini terkait dengan protein yang diberi nama AGEs (advanced glycation end products) yang meningkat di dalam tubuh setelah makan daging dimasak pada suhu tinggi seperti steak atau sate di Indonesia.
AGEs adalah jenis protein yang terkait dengan proses penuaan sel. Semakin tinggi AGEs dalam tubuh seseorang, akan semakin cepat laju penuaan sel dalam tubuhnya. Tidak hanya pada kardiovaskular, AGEs juga ditemukan tinggi dalam tubuh penderita penyakit Alzheimer’s dan diabetes. Diyakini AGEs berbahaya bagi kesehatan karena mencetus stres oksidatif, inflamasi dan resistensi insulin. AGEs diproduksi oleh tubuh dan juga terdapat di dalam makanan protein hewani yang dimasak kering dalam suhu tinggi. Batasan maksimal daging yang dimasak kering dan suhu tinggi dalam seminggu adalah 60-120 gram.
Kualitas Tidur Malam Buruk
Rendahnya kualitas tidur di malam hari juga sudah diyakini para ahli terkait dengan kenaikan insidensi penyakit jantung, kanker, kencing manis dan obesitas. Sebuah penelitian yang dilakukan di AS yang mungkin juga sama kondisinya di Indonesia pada kota-kota besar, 75% orang terutama pria sering sekali mengalami kurang tidur karena aktivitas malam dan sebagian besar karena menggunakan gadget. Aktivitasnya beragam dari berselancar di dunia maya, membuka media-media sosial, bermain game offline maupun online, sampai main bursa saham. Padahal tidur malam sangat dibutuhkan tubuh dan pikiran untuk recharge beraktivitas esok harinya. Kurang tidur akan menurunkan fungsi kognitif dan kesiagaan sehingga juga meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan.
Pestisida pada Bahan Makanan
Sayuran dan buah-buahan menyehatkan. Rutin mengkon-sumsinya menurunkan risiko terkena penyakit jantung. Namun di zaman modern ini, pertanian hampir selalu menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama. Uap pestisida adalah yang sangat berbahaya yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Para petani jelas merupakan kelompok yang paling berisiko. Tapi pestisida yang menempel pada sayuran dan buah-buahan kemudian termakan juga berbahaya. Residu pestisida akan memicu tubuh membuat kondisi peradangan dan stres oksidatif yang sudah diketahui penyebab utama munculnya penyakit-penyakit kardiovaskular.
Pasca Infeksi COVID-19
Infeksi COVID-19 (C19) terutama yang berat dapat menyebabkan kerusakan pada jantung walaupun pada orang yang tidak memiliki penyakit jantung sebelumnya. Sehingga penyintas C19 dengan infeksi berat bisa mengalami gangguan atau menjadi memiliki penyakit pada jantungnya. Sebagian besar kerusakan ini terjadi akibat munculnya badai sitokin sebagai reaksi tubuh melawan virus C19. Badai sitokin ini membuat kondisi inflamasi di seluruh sistem tubuh dan sudah pasti merusak jantung. Penyebab lainnya karena infeksi sekunder pada otot jantung yang disebut myocarditis oleh bakteri yang bisa terjadi akibat daya tahan tubuh sudah lemah dan kewalahan melawan infeksi virus C19.
Memantau Kesehatan Jantung
Karena kebiasaan hidup kita saat ini banyak yang tidak pro kepada kesehatan jantung, menjadikannya sangat penting agar kesehatan jantung senantiasa dipantau. Disarankan agar setidaknya 1 tahun sekali melakukan general checkup sehingga masalah bisa dideteksi dan ditangani sejak dini. Selain itu sangat dianjurkan agar senantiasa mengetahui frekuensi denyut jantung pada berbagai jenis aktivitas dalam sehari; seperti saat tidur, saat duduk dengan aktivitas fisik minimal, beraktivitas fisik harian, dan ketika berolahraga. Jantung yang sehat memiliki frekuensi denyut <90/menit ketika tidur dan tidak beraktivitas fisik. Lalu berada di rentang tidak lebih dari denyut nadi olahraga saat beraktivitas fisik harian, dan tidak boleh melewati denyut nadi maksimal di saat berolahraga. Baca mengenai hal ini dalam artikel lain.
©IKM 2023-09